Pulang sekolah lebih cepat dari biasanya membuat Jaemin merasa bosan sendirian di rumah. Ingin melakukan sesuatu rasanya dirinya mager, ingin tidur tapi tak mengantuk, memainkan ponselnya semakin membuatnya bosan karena tak ada yang menarik. Mengajak ketiga sahabatnya kumpul, ia malas keluar apalagi harus ganti baju.
"Bosen banget elah." Kesalnya memilih ke balkon. Memandangi area kediamannya dan tanpa sengaja kedua pupilnya menangkap seorang anak kecil dan seorang wanita paruh baya memberikan sebuah kado ke anak kecil tersebut.
Kado, Jaemin jadi teringat moment di masa lalunya. Ia teringat hadiah pemberian ayah, bunda, Mark, dan juga di hari ulang tahunnya. Seingatnya ia memasukkannya dalam kardus dan menyimpannya di gudang.
Lelaki itu bergegas keluar kamarnya menuju ke gudang namun saat ingin membukanya, pintunya terkunci dan pastinya hanya sang ayah yang menyimpannya. Maka dari itu, Jaemin kembali ke kamarnya. Mengambil ponselnya yang tergeletak diatas kasur lalu menelfon sang ayah.
"Halo, Na. Ada apa, tumben nelfon. Mau ayah belikan sesuatu?."
"Ayah, Nana ganggu sebentar ya. Nana mau nanya, ayah simpen kunci gudang dimana?."
"Kamu mau ngapain di gudang?. Gudang kotor Na, banyak debunya."
"Nana cuman mau ngeliat barang-barang pemberian bunda dan bang Mark, semuanya Nana simpen di gudang."
"Masuk aja di kamar ayah, ada di laci nakas. Kalo udah taro lagi di tempatnya."
"Siap, makasih ayah."
Jaemin mematikan sambungan secara sepihak lalu ke kamar Doyoung. Belum saja sampai di depan pintu, ponselnya tiba-tiba berdering. Keningnya mengerut manakala ia melihat siapa yang nelfonnya, nomor baru. Entah siapa pemilik nomor itu. Karena diabaikan, pemilik nomor tersebut mengirimi Jaemin pesan namun Jaemin tak melihatnya sebab sebelum dering telfonnya berhenti, ia telah melempar ponselnya ke kasur.
Beberapa menit berlalu setelah Jaemin keluar dari gudang. Sedaritadi lelaki itu mondar-mandir di kamarnya dengan satu foto polaroid di tangan kanannya. Foto seorang lelaki yang memeluk anaknya tapi siapa mereka.
"Orang yang di foto ini siapa?."
🐰🐰🐰
"Bener kok disini tempatnya tapi kenapa gak ada orang?." Gumam Jaemin membuka helmnya dan menuruni motornya. Memperhatikan dengan jelas lokasi yang dikirim oleh seseorang yang tak diketahuinya.
Jaemin mengedarkan pandangannya dan mendapati bangku kosong. Ia memilih duduk di bangku tersebut sembari menunggu seseorang. Tak berselang lama, kedua matanya seketika terpejam manakala tengkuknya dipukul dengan kuat menggunakan balok. Disela ringisan kesakitannya, Jaemin menoleh melihat siapa pelakunya namun beberapa detik setelahnya, ia kehilangan kesadarannya. Jaemin pingsan.
Cukup lama Jaemin pingsan bahkan seseorang yang memukul sedaritadi berdecak kesal karena terlalu lama menunggu. Hingga mendengar ringisan, ia langsung menoleh ke arah dimana ia membaringkan Jaemin dengan kedua kaki dan tangan terikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTER LIFE (REVISI)
Teen FictionKebahagiaan yang tak pernah berpihak kepada seorang anak laki-laki yang bernama Na Jaemin. Kepahitan dan kekejaman dunia seolah ditakdirkan untuk dirasakannya setiap saat. Na Jaemin.