13. Convenience

664 164 5
                                    

"Duduk." Sahut Renjun dengan suara dingin, memandang danau yang terbentang luas meski tak seluas lautan di hadapannya seolah pemandangan itu lebih menarik dipandang daripada menoleh menatap Jaemin yang masih berdiri di sampingnya.

Setelah kejadian di sekolah tadi, Renjun membawa Jaemin ke taman yang terdapat danau. Jika saja Jaemin tak menahannya dan memohon agar ia tidak adu bugeman dengan Jaehyun mungkin saja Jaehyun sudah babak belur dibuatnya. Sejak kecil, Renjun memang sudah dilatih bela diri untuk berjaga-jaga sewaktu-waktu jika kedua orang tuanya pulang ke China. Karena itu, ia mahir dalam perkelahian apalagi adu tinju.

Jaemin menurut, ia duduk disamping Renjun. Duduk berselesehan diatas rerumputan hijau nan segar. Diam, keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing. Hanya terdengar gemericik air, kicauan burung, bisingnya jalan raya dengan berbagai bunyi klakson yang berbunyi secara bergantian, semilir angin, dan pergesekan ranting yang tertiup angin.

Cukup lama hingga Renjun menghela nafas kasar, menunduk menatap ujung sepatunya. Membiarkan seekor semut yang dengan tidak sopannya naik keatas sepatunya. "Gue sahabat lo apa bukan?."

Hanya lima kata namun mampu membuat dada Jaemin sesak. Hanya Renjun yang menemaninya dari kecil, hanya Renjun yang selalu ada untuknya, hanya Renjun yang menjadi sandarannya ketika lelah, hanya Renjun yang menjadi tempatnya untuk pulang ketika dunia tak menganggapnya ada, dan hanya Renjun yang rela panas-panasan dan kehujanan demi menemaninya berkunjung ke rumah Na Mi Young. Dari banyaknya yang mereka lalu bersama, mengapa Renjun bertanya seperti itu. Layaknya dua pihak yang saling mengenal beberapa hari lalu.

"Definisi sahabat menurut lo apa sih, Na?." Lanjutnya sebab Jaemin hanya diam tanpa menjawab pertanyaannya.

"Kita sahabatan dari kecil bahkan dari awal kenal, kita udah saling ngelindungi satu sama lain tapi kenapa sekarang lo ngelarang gue ngelindungin lo?. Iya gue tau maksud lo ngelarang gue biar gue gak ngerasain sakit, biar gue gak terluka. Tapi lo sadar gak?, setiap kali gue liat lo ditindas sama anak-anak, lo pikir gue gak terluka?." Renjun menoleh, menatap Jaemin yang tertunduk seraya memainkan jemarinya.

"Gue terluka, Na. Gue selalu ngerasa gagal ngelindungi lo. Gue sayang sama lo bukan layaknya seorang sahabat, lebih dari itu. Gue udah nganggep lo sebagai saudara gue sendiri asal lo tau itu."

Renjun memalingkan wajah kala Jaemin menatapnya, rasanya ia merasa lemah menatap manik mata Jaemin. "Lo ngelarang gue ngelindungi lo tapi larangan lo itu justru makin buat gue terluka. Tiap hari, selalu aja ada bekas luka di wajah lo. Andai lo ngelawan, gue bakal berenti ngelindungin lo. Karena dengan lo ngelawan, lo gak bakal terluka, lo gak bakal dipandang sebelah mata, mereka gak bakal semena-mena lagi sama lo, Na."

"Gue marah tapi gue juga khawatir. Gue takut mereka ngelakuin hal yang lewat batas karena itu gue nyariin lo sampe ketemu. Dan gue hargain maksud tujuan lo ngelarang gue karna itu cara lo ngelindungi gue."

"N-njun." Ucap Jaemin dengan suara rendah dan terbata-bata.

Renjun mendengarnya tetapi ia mengabaikannya, "Kasih tau ke gue, kenapa lo gak pernah ngelawan?." Kini, Renjun kembali menatap Jaemin.

Jaemin tersenyum tipis, sangat tipis hingga Renjun tak mengetahuinya. "Kamu tau sendiri gimana kondisi wajah aku setiap hari. Gimana aku mau ngelawan, udah jelas-jelas tenaga mereka lebih kuat daripada tenaga aku, Njun."

Kembali memalingkan wajahnya, Renjun menghelas nafas pasrah mendengar jawaban Jaemin kemudian berdiri. "Pulang, Na. Istirahat. Aku ajarin kamu bela diri, itupun kalo kamu mau. Aku gak bakal maksa. Aku pulang duluan, pulangnya hati-hati."

Setelahnya, Renjun benar-benar pergi meninggalkan Jaemin seorang diri di taman. Dengan berat hati, Jaemin membiarkan Renjun pergi, memandang punggung tegap itu hingga tertelan jarak, meski sebenarnya ia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Renjun sekarang juga tetapi sepertinya Renjun masih sangat marah padanya. Mungkin saja, Renjun kecewa. Tapi masih ada hari esok, ia akan memanfaatkan hari esok dengan sebaik-baiknya untuk mendapat maaf dari Renjun.

BITTER LIFE (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang