13. Orange (Asahi)

310 53 1
                                    

Mashiho menangis tertahan melihat keadaan adiknya di dalam sana.

Bertahan.
Semoga adiknya bisa bertahan.

Asahi datang bersama dengan Sarang dan bunda Jisoo, Berniat menenangkan Mashiho.

Melihat Sarang dan Jisoo disana, Mashiho berlari menghampiri mereka.

Tiba-tiba bersujud didepan Sarang dan Jisoo.

"Sarang"

"Mohon maafin kita, aku mohon bantuannya" Ucap Mashiho tersendu.

"Tante maafin ayah saya tante, tolong doanya supaya Mako sehat lagi"

Mako.
Gadis itu...

"Nak bangun, kamu yang tenang ya" ucap bunda Jisoo menenangkan Mashiho.

"Bunda" panggil Yoshi yang datang bersama ayah.

Sebelum kemari Sarang dan bunda sudah pamitan, ayah juga mengijinkan.

Tapi Yoshi berpesan pada Sarang untuk menghubungi nya jikalau dibutuhkan.
Jadi Sarang tadi mengirim pesan dulu ke kakaknya untuk menyusul, karena bingung saja.

Ayah juga tau semuanya, selama ini ayah masih menyelidiki kasus ini bersama timnya. Tak disangka malah mereka sendirilah yang datang mengakui.

Kini semua hening menunggu Mako keluar dari ruangannya. Mashiho tak berhenti merapalkan doa, dan tentunya tuan dan nyonya Takata yang sedari tadi cemas di depan pintu.

Asahi dapat pesan dari perawat, kabarnya nyonya Hamada sudah lumayan membaik. Jadi Asahi dlsedikit tenang.

Sedangkan keluarga Kanemoto tetap diam membisu, Jisoo merapalkan doa supaya gadis kecil yang dia temui waktu itu selamat.

Dokter keluar beserta satu perawatnya.
Semoga kabar gembira terdengar diruangan ini.

"Kondisi jantung pasien sangat lemah, kami mohon maaf pasien tidak bisa kami selamatkan" ucap dokter sendu.

Nako adalah pasien nya tentu dia tau betapa lukanya keluarga Takata saat ini.

"Boleh berbicara dengan wali?" Ucap dokter itu lagi.

Tuan dan nyonya Takata mengangguk kemudian mengikuti langkah dokter menjauh dari ruang operasi.

Bunda Jisoo mendekat, memberikan usapan hangat untuk Mashiho.

~~~

Sudah terhitung lima jam sejak operasi selesai.

Namun gadis itu masih belum bisa dijenguk oleh keluarganya.

Sang ibu menunggu cemas di ruang tunggu, datanglah ibu lain menyemangati dengan air mata yang sudah mengering.

Sang ayah tak jauh berbeda, dia merapalkan doa terbaiknya untuk putri tercinta.

Tiga orang pemuda berusia sebaya duduk berjejer, ketiganya melamun.

Yang satu kehilangan, yang satu penuh harap dan yang satu lagi dilema.

Mashiho, kehilangan adiknya malam ini.
Asahi, dilema ingin menemui ibunya namun tidak enak dengan Mashiho yang sedang berduka. Dan Yoshi, adiknya, Sarang, ada di ruang operasi.

Malam ini kabar duka datang untuk keluarga Takata, putri tercinta keluarga ini harus pergi meninggalkan mereka. Dan kabar bahagia untuk keluarga Kanemoto, putri tercinta mereka mendapatkan donor pita suara.

Mako, gadis kecil seusia sarang pengidap penyakit jantung bawaan. Dia mendonorkan pita suaranya untuk Sarang, korban dari keserakahan ayahnya dulu.

"Boleh berbicara dengan wali?" Ucap dokter itu lagi.

Tuan dan nyonya Takata mengangguk kemudian mengikuti langkah dokter menjauh dari ruang operasi.

"Maaf sebelumnya, bukannya lancang saya tahu apa yang terjadi antara tiga keluarga"

"Karena Mako menceritakan semuanya, saya pikir bisa membantu meringankan beban pikiran Mako"

"Saya sempat khawatir dengan kondisi Mako yang terus memburuk, sampai Mako berpesan.."

Tuan dan Nyonya Takata menunggu.

"Bahwa jika sampai dia tidak bisa bertahan dia mau mendonorkan pita suaranya untuk putri keluarga Kanemoto"

"Bagaimana? Kami tidak akan memaksa jika keluarga tidak setuju, itu sudah jadi aturan rumah sakit kami" tutur dokter bernametag Kim seokjin.

Tanpa pikir panjang, nyonya Takata menyetujui pesan tersebut dan berakhir operasi pita suara malam itu juga.

Mengetahui bahwa Mako yang jadi pendonor, hati Jisoo sakit. Gadis itu mengemban beban yang berat selama ini. Tapi Jisoo juga bersyukur akhirnya gadis itu terlepas dari rasa sakitnya.

"Sa, jenguk ibu lo dulu"tutur Mashiho.

"Nggak papa?"

Mashiho mengangguk.

"Nanti gue balik lagi"

~~~

Yoshi tak berhenti menangis sambil menyuapi bubur ke mulut adiknya, tangisan haru seorang kakak.

Di ruang rawat hanya mereka berdua, ayah dan bunda pergi melayat ke kediaman Takata.

"Kak Yoshi jangan nangis mulu jadi jelek" ucap Sarang dalam gerakan tangannya.

Yoshi mengangguk.

Operasi berjalan dengan mulus, namun Yoshi tak sabar menunggu sarang diperbolehkan berbicara. Untuk saat ini Sarang masih belum diperbolehkan berbicara, untuk adaptasi pita suara kata dokter.

Pintu terbuka, ada Yuri disana datang bersama Doyoung.

"Hai Sarang" sapa Yuri mendekat.

Sarang melambaikan tangannya.

Doyoung meletakkan keranjang buah diatas bankar yang digunakan Sarang.

"Taro dimeja napa si doy" sungut Yuri.

"Iya-iya"

"Gimana keadaannya?" Tanya Yuri lagi.

"Kayak yang diliat, tapi maaf belom diijinin ngomong sama dokter" jelas Yoshi diangguki oleh Sarang.

"Cepet pulih ya rang" ucap Doyoung.

~~~

Asahi tersenyum cerah hari ini, ia masuk ke sekolah dengan bahagia.

"Happy banget kenapa nih?" Tanya Junkyu.

"Mama membaik?" Tanya Jaehyuk.

Asahi hanya menunjukkan senyum indahnya. Jaehyuk mengangguk ikut bersyukur.

"Udah dua hari mama bangun"

"Wah selamat ya sa, jagain mama lo" tutur Jaehyuk.

Malam disaat Sarang operasi, untung saja Mashiho menyuruh Asahi kembali ke ruang ICU untuk menjenguk mamanya. Tepat saat itu juga namanya membuka mata.

"Yoshi" panggil Junkyu.

Yoshi menghampiri mereka.

"Gimana keadaan adek lo? Sorry gue nggak njengukin" kata Junkyu.

"Dia udah baikan, nanti sore udah boleh ngomong" kata Yoshi tak kalah riang.

"Oh ya?"

Yoshi sudah memaafkan Junkyu dan Jaehyuk, karena Sarang yang bersikukuh. Katanya cuma mereka teman yang bisa menghibur Yoshi jadi apa gunanya bertengkar lama-lama. Toh Sarang tidak apa-apa.

treasure And Love [Treasure Imagine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang