15. Orange (Asahi)

423 57 0
                                    

Singkat cerita bagaimana Asahi dan Sarang berpacaran.

Hari saat Sarang boleh berbicara sorenya bunda Jisoo pergi berdua dengan mama Hamada. Yoshi belum kembali ke rumah sakit dia dan ayah sedang di rumah, membereskan rumah untuk persiapan Sarang pulang.

Keluarga Takata juga kembali pulang, begitu pula Yuri dan Doyoung.

Sarang sendiri an di kamarnya. Sampai Asahi masuk ke sana menemukan Sarang yang sedang duduk menonton Tv. Ruang VIP gitu loh.

"Eh kak Asa" ucap Sarang setelah menyadari kehadiran Asahi.

"Hai, selamat ya" ucap Asahi mendekat.

"Kak aku bosen, enaknya nonton apa ya" tanya Sarang untuk mencari topik.

"Emm, lo masih suka senja?" Tanya Asahi.

Sarang mengangguk.

"Mau liat?"

Sarang mengangguk antusias.

"Boleh?" Tanya Sarang.

"Bentar, gue tanya dulu"

Asahi pergi mencari dokter alasannya padahal dia menelfon Yoshi sedang minta ijin. Supaya menyampaikan pesan ke bunda Jisoo bahwa putrinya dia bawa jalan-jalan.

Eh malah di kasih nomer bunda Jisoo, katanya disuruh bilang sendiri. Ya sudah Asahi hubungi saja. Diijinkan bunda, Asahi segera mencari kursi roda dan kembali ke tempat Sarang berada.

Tibalah di taman atas rumah sakit, awalnya Sarang meminta taman bawah saja namun Asahi menolak dengan alasan takut nanti kenapa-kenapa baru saja sehat. Sarang menurut. Padahal alasannya supaya tidak dilihat bunda Jisoo dan mamanya yang ada di kantin bawah.

"Kenapa lo suka senja?" Tanya Asahi.

"Indah" jawab Sarang singkat.

"Ada yang lebih indah"

"Apa?"

"Lo"

Hening, Sarang sedang mencerna.
Dan Asahi sedang menimang.

"Gue suka lo, kalo di tanya alesaannya gue nggak butuh alesan buat suka sama lo"

"Dan dari rasa suka itu, gue selalu pengen tau lo lebih dalem yang malah ngebuat gue cinta sama lo"

"Emang nggak tau diri gue, udah bikin lo menderita malah jatuh cinta"

Ungkap Asahi cepat dengan tetap memandangi matahari yang mulai tenggelam.

Sarang diam memandangi Asahi dari samping.

Mata Asahi jujur, tapi Sarang tidak suka. Tak suka Asahi yang masih berfikir kolot tentang kecelakaan itu.

"Aku nggak suka kak Asa" tutur Sarang masih memandangi Asahi.

Asahi menoleh, dia sudah menimang jika Sarang menolak pernyataan nya.

"Aku nggak suka kak Asa yang terus-terusan ngerasa bersalah karena kecelakaan itu"

"Kak, aku sekeluarga udah iklas"

Wajah Asahi bingung harus menampilkan ekspresi bagaimana.

Tiba-tiba Sarang menusuk pipi Asahi dengan telunjuknya menggerakkan membentuk lingkaran tepat di tempat dimana lesung pipi Asahi berada.

"Aku suka lesung ini, waktu itu dia yang aku lihat pertama pas kak Asa tiba-tiba dateng ikut menikmati senja"

"Saat itu aku sadar, ada rasa tenang kalo kak Asa dideket aku"

"Ditambah, aku tau kalo kak asa yang pernah nolong aku waktu dulu aku dibully di kamar mandi dengan ngeluarin suara aneh kayak Monster"

Sarang ngukir senyuman nya.

"Kak, lupain masalalu kak Asa harus fokus ke depan, boleh si sesekali nengok ke belakang tapi itu cuma buat ngambil hikmahnya aja"

Asahi menurunkan tangan gadis itu yang masih bermain dengan lesung pipinya. Menggenggam erat tangan gadis itu.

"mau denger sesuatu?"

"Ini mungkin akan ngerubah kita entah ke mana jadi makin jauh atau makin dekat"

Asahi menarik nafasnya perlahan.

"Kamu mau jadi pacar aku?"

Sarang mematung, otaknya belum bekerja. Masih mencerna. Terlalu cepat tapi juga Sarang tidak mau kehilangan Asahi.

Sarang mengangguk pelan penuh keyakinan.

Senyum Asahi mengambang, segera pemuda itu bangkit dan berjingkrak-jingkrak.

"HARI INI, SORE INI, DISAKSIKAN MATAHARI TENGGELAM GUE JADIAN SAMA SARANG" ucap Asahi

"Kak Asa, ayo masuk jangan teriak-teriak" ucap Sarang tak enak dengan pasien lain.

Asahi berbalik dan bersimpuh didepan gadis itu.

"Kedepannya, ayo kita saling menjaga dan selalu inget kalau orenji yang ngebuat kita sampai disini" ucap pemuda itu.

Sarang menangguk.

Cup.
Asahi menyium pipi Sarang dan mulai mendorong kursi rodanya.

Tidak tau saja aksinya tadi ditonton oleh dua pasang mata.

"Aduh, maaf ya Asahi main nyosor aja" tutur wanita di atas kursi rodanya juga.

Jisoo tertawa mendengarnya.

"Nanti pura-pura aja nggak tau" sambung Jisoo kemudian mendorong kursi roda nyonya Hamada menuju ke ruangan putrinya.



End.

treasure And Love [Treasure Imagine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang