34. MENERIMA KENYATAAN

21.3K 2.1K 363
                                    

Jangan lupa ramaikan komen disetiap paragraf!

Vote dulu nanti lupa!

Follow juga kalau suka dengan cerita ini!

Follow juga kalau suka dengan cerita ini!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

34. Menerima kenyataan

----

Fakta yang baru saja Jihan dengar mampu membuatnya terkejut sekaligus tidak percaya. Fakta yang mengatakan bahwa dirinya dan Dewangga merupakan saudara kembar. Tentu tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa ada darah yang sama yang mengalir ditubuhnya dan juga tubuh Dewangga.

Kini Jihan sedang berada di ruang rawat seorang diri. Matanya melihat Dewangga yang masih belum sadarkan diri. Namun kondisi laki-laki itu sudah bisa dikatakan stabil setelah mendapatkan transfusi darah.

Pintu ruangan dibuka oleh Raga. Lantas Jihan langsung mengarahkan matanya melihat laki-laki yang berstatus Ayah kandungnya itu.

Raga mendekati Jihan yang duduk di kursi yang berada di samping brankar tempat Dewangga berbaring. "Kamu nggak mau pulang? Ini sudah malam."

"Nanti aja," jawab Jihan sedikit canggung.

"Papa boleh bicara sebentar?"

Jihan mengangguk pelan. "Boleh."

Raga membawa Jihan untuk duduk di sofa yang terletak di dalam ruangan. "Kamu marah sama Papa?"

"Marah karena apa?"

"Marah karena telah menyembunyikan fakta ini dari kamu dan juga Dewangga."

"Aku nggak marah. Tapi kaya masih belum percaya kalo sebenarnya aku sama Dewangga saudara kembar," ujar Jihan.

"Dulu kehidupan ekonomi Papa belum seperti sekarang ini. Biaya untuk makan saja susah. Pada saat Widia ingin melahirkan kalian Papa harus hutang sana sini untuk membayar biaya persalinan dan rumah sakit. Namun ternyata umur Widia tidak panjang. Widia meninggal setelah melahirkan kalian berdua. Papa terpaksa memisahkan kalian karena pada saat itu Papa tidak yakin jika bisa membiayai hidup kalian berdua dan akhirnya Papa membiarkan kamu di rawat oleh Mama Arum. Tapi setelah Papa meraih kesuksesan semua biaya hidup kamu dan Mama Arum Papa yang tanggung. Papa sama sekali tidak melepas tanggung jawab Papa sebagai orang tua kandung kamu," jelas Raga.

"Kenapa nggak bilang dari dulu?" tanya Jihan. Mata perempuan itu sudah berkaca-kaca.

"Papa hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan fakta ini. Tapi justru Papa malah mengulur waktu yang pada akhirnya membuat kali semakin terluka."

ALASKA [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang