Andrea Sara Batari

1.7K 27 0
                                    

Sudah pukul 09.00 pagi. Tapi selimut putih itu masih menyembunyikan gadis berperawakan kurus dibaliknya. Dering alarm sejak pukul 06.30 tadi, tak berhasil membuat pemilik telinga terganggu. Bahkan ketukan dipintu kamar pun tak mampu membangunkannya.

Gadis itu menggeliat, menjulurkan tangan kurus putih dari balik selimut. Suara menguap terdengar jelas, gadis itu bangkit dan terduduk. Dering alarm kembali berbunyi. Tapi dengan cuek, gadis itu bangkit lalu menatap pantulan dirinya pada sebuah cermin besar disudut kamar. Gadis itu kembali menguap. Ia mulai mengerjap, membuka matanya.

"Aaaaaaaaaaaaaa!!!!!" Gadis itu menjerit histeris.

####

Para pelayan berdiri berjajar didepan nona muda yang sedang duduk. Raut wajahnya kesal. Sementara para pelayan itu menunduk ketakutan.

"Kemaren piketnya siapa?" Tanya gadis itu.

"S-saya non." Ucap salah seorang pelayan, suaranya bergetar terdengar ketakutan. Para pelayan lain saling melirik dalam diam. Tentu mereka kasihan membayangkan hukuman yang akan diterima temannya. Tapi, mau mengelak bagaimana pun, nona muda mereka tak akan mau mendengar penjelasan mereka. Yang terburuk adalah, fakta yang sebenarnya menjadi sebuah kebohongan didepan nyonya rumah.

"Jadi lo yang sengaja gak pasang alarm biar gue dimarahin mamih?"

"Dan bikin gue telat bangun, iya?"

Pelayan itu awalnya menggelengkan kepala berkali-kali, bersujud didepan nona muda agar memberi ampun.

"Apapun yang saya katakan, tidak membuat nona percaya kepada saya. Meski saya menjawab dengan jujur. Saya rela dipecat tanpa pesangon hari ini juga non," ungkap pelayan senior itu, beliau bangkit setelah merasa sujud permintaan ampunnya tak membuahkan hasil.

"tapi, sakit hati saya selama bertahun-tahun sulit untuk disembuhkan. Saya berdoa, semoga ada seseorang yang bisa membalas sakit hati saya terhadap nona. Saya berdoa, semoga nona merasakan sakit hati seperti saya hingga berkali-kali lipat. Itu doa saya!" Sumpah pelayan itu, tapi nona mudanya dengan cuek menggorek telinganya.

"Doa lo-lo semua tuh gak mempan ke gue! Jadi jangan mengada-ngada. Udah sana out!!! Gak usah banyak drama!" Usir nona muda itu.

####

Namanya Andrea Sara Batari, akrab dipanggil nona Sara. Putri pemilik SMA Rajawali sekaligus Rajawali.corp. Gadis berperawakan kurus dengan kulit putih itu pewaris tunggal Rajawali.corp. Kelak, dialah pemilik gedung sekolah. Tak heran, kepala sekolah mengistimewakannya.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, kegiatannya selalu diawali dengan menghukum pelayan yang tidak melakukan tugasnya dengan benar bagi dirinya. Meski pelayan itu sudah melakukan tugasnya dengan baik, jika Sara tak menyukai pekerjaannya, maka pelayan itu akan dihukum.

Tak terhitung berapa banyak pelayan yang dipecatnya. Banyak pula yang merasa tak sanggup meladeni Sara.

Tak jauh berbeda dengan keadaan dirumah, Sara pum juga selalu sewenang-wenang ketika di sekolah. Gadis itu sering datang terlambat, sering absen ditengah jam pelajaran, membolos, bahkan sengaja pamit tidur ke ruangannya.

Tidak ada yang mau berteman dengannya karna sikap sewenang-wenangnya tersebut.

####

Sara memutuskan berangkat ke sekolah. Bergegas karna takut dihukum? Takut kena poin? Atau takut ketinggalan pelajaran? Semua itu tidak ada dalam kamus hidup Sara.

Gadis itu menghabiskan setidaknya satu jam untuk berendam dan luluran. Setengah jam memilih sepatu, setengah jam memilih tas dan outfit ke sekolah. Seragam? Sara tidak mengenal seragam. Gadis itu tidak pernah memakai seragam sekolah. Tidak dimarahi mami-papinya? Tentu tidak selama Sara mau berangkat sekolah.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang