Prewed?

101 6 0
                                    

"What??! Lo ngomong apa barusan?" Cintya terkejut setelah mendengar cerita Sara. Gadis itu meneguk segelas arak lagi.

Flashback

Aksa menemani Sara memilih gaun untuk Joanna. Entah apa yang ada difikiran Aksa, tapi sebanyak, sebagus, atau bahkan semahal apapun gaun yang ada didepannya, yang menarik perhatiannya hanya Sara. Gadis itu benar-benar fokus memilih gaun untuk Joanna. Sara menoleh karna merasa Aksa memperhatikannya. Cowok itu spontan mengalihkan perhatiannya ke depan. Sara kembali memilih gaun.

"Tadi pagi lo bilang, gue tunangan lo." Ucap Aksa. Sara berhenti lalu menoleh.

"Iya." Jawab Sara.

"Terus kenapa lo mau saat gue mintai tolong nyari gaun buat cewek lain selain lo?"

Sara kembali memilih gaun. Ada lima gaun ditangannya.

"Gue juga udah bilang, kalo lo Aksa yang gue kenal, gue bakal nanyain banyak hal. Tapi kalo lo bukan Aksa milik gue, sebanyak apapun yang ingin gue tahu, gue ngga akan dapet jawaban yang gue mau."

Aksa terdiam.

"Lo punya refrensi? Kalo ada kasih ke gue biar gue coba." Ucap Sara.

"Gue cobain dulu gaun yang gue pilihin." Imbuh Sara lagi lalu pergi keruang ganti. Aksa mendongak, matanya mengikuti tubuh Sara yang kian menjauh lalu hilang dibalik korden. Aksa duduk termenung.

"Gue bahkan gak tau gue sedang apa dan kenapa gue disini." Gumamnya.

####

"Ra," panggil Veliza, pemilik butik.

Sara menyahutinya dengan berdeham. Gadis itu merapikan lagi rambutnya.

"Lo kenal cowok didepan? Siapanya elo?" Tanya Veliza penasaran.

"Temen." Jawab Sara singkat sembari memakai sepatu.

"Beneran?" Tanya Veliza memastikan. Sara mengangguk.

"Kalo gitu, dia temen gue juga dong?" Ucap Veliza.

"Serah lo." Ucap Sara cuek. Gadis itu sudah cukup tersiksa dengan memilih bahkan memakai baju pengantin ini untuk Joanna. Rasa kesal Sara sudah mencapai batas, tapi harus tetap baik-baik saja didepan Aksa. Sara menatap pantulan dirinya di cermin sesaat setelah Veliza keluar dari ruang ganti.

"Lo sama sekali gak inget gue. Gue tersiksa tapi tetep pengen mastiin siapa lo sebenernya. Rasa penasaran gue ke elo, hampir bikin gue mati. Tapi otak maupun hati gue, gak mau dengerin gue untuk menjauhi lo. Gue bingung mesti gimana. Kalo lo emang ditakdirin buat gue, lo bakal inget siapa tunangan lo dan siapa yang bukan, Aksa."

Tirai pembatas ruang ganti terbuka. Sara berdiri di atas panggung kecil didepan Aksa. Matanya menyorot lurus menatap manik mata Aksa. Mereka saling menatap untuk waktu yang cukup lama.

Aksa memakai tuxedo hitam.

"Keren ngga?" Tanya Veliza. Aksa menunduk tersipu. Sara sudah membuka mulut untuk mendebat, tapi dihentikan oleh Veliza.

"Stop!! Jangan ngamuk dulu!" Ucap Veliza. "Poto prewed dulu, buat promoin butik sama akun baru gue. Baru nanti gue jelasin." Imbuhnya.

"Ngga perlu!" Ucap Sara ketus.

"Tenanggg, gue dobelin tiga kali lipat deh." Bisik Veliza. Sara menatapnya jengkel.

"Gue udah ijin dia, dianya mau. Dimananya gue salah coba?" Ucap Veliza sembari nyengir.

"Serah lo!" Ucap Sara lalu pergi menuju lokasi pemotretan.

####

"Lo cantik." Puji Aksa berbisik disela pemotretan. Sara tak menyahuti.

"Bukannya gue yang harusnya marah?" Bisik Aksa lagi. Sara tetap diam.

"Butuh berapa pose?" Tanya Sara kepada Veliza datar.

"Sebanyak mungkin sampai gue dapet potret keren buat diunggah." Jawab Veliza.

"Gue ada jadwal lain. Setengah jam lagi." Ucap Sara.

"Oke gapapa, gue anterin sampai lokasi jadwal lo berikutnya." Ucap Veliza sembari mengulurkan buket bunga kepada Sara.

"Sumpah demi apapun gue pengen banget gantung lo di ranting cabe rawit." Gumam Sara lirih.

"Ayok, kapan?" Tantang Veliza. Sara mendesis kesal.

####

Aksa menunggu Sara diparkiran. Tak berselang lama, Sara keluar dari butik. Gadis itu sibuk dengan ponselnya hingga tak sadar Aksa sedang memperhatikannya. Seorang pesepeda datang dari arah berlawanan. Aksa bergegas berlari kearah Sara. Menarik gadis itu sebelum terserempet sepeda.

"Kalo ngelamun liat tempat woy!!" Teriak pesepeda itu. Tapi Sara tak mendengarnya dengan jelas. Keterkejutannya berlipat ketika menyadari posisinya yang kini berada dalam pelukan Aksa. Sara bangkit berdiri dan sedikit menjauh.

"Lo sinting?" Ucap Aksa panik.

"Jalanan ini bukan milik lo! Jangan main hape dijalanan!!" Imbuhnya. Sara hanya diam. Gadis itu membungkuk untuk memungut ponselnya. Layar ponsel itu retak tepat di potret wajah Aksa.

"Sory, gue panik. Lo nggak apa-apa?" Tanya Aksa tenang. Sara kembali menatapnya.

"Seharian telinga gue dengerin lo tanpa sanggahan. Tapi sekarang, tolong dengerin gue. Dimata lo, gue ngga ada. Dalam ingatan lo, gue ngga ada. Mungkin nama hingga wajah dan postur tubuh lo, sama dengan Aksa yang gue kenal, tapi gue orang lain dimata lo. Kita ngga saling kenal. Jadi gue mohon, tolong lo pergi. Jauhin gue sebelum gue salah mengenali lo." Ucap Sara lalu berbalik dan mulai melangkah.

"Lo nyuruh gue ngejauh?" Ulang Aksa setengah berteriak. Langkah Sara terhenti.

"Lo gak salah ngomong?" Tanya Aksa. Sara tetap tak berbalik, gadis itu hanya terdiam ditempatnya berdiri.

"Siapa yang mendekat dan siapa yang harusnya menjauh?" Tanya Aksa. Saat itulah Sara membalikan tubuh menghadap Aksa lagi.

"Lo nyuruh gue ngejauh?" Tanya Aksa.

"Iya. Anggep semua yang terjadi beberapa hari ini hanya sebuah mimpi bur-"

"Gimana kalo gue merasa sayang sama lo?" Pertanyaan itu berhasil membungkam Sara sepenuhnya.

"Gimana kalo seandainya gue beneran Aksa yang lo cari? Gimana kalo gue Aksa tunangan lo? Apa lo tetep nyuruh gue ngejauh?" Pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut Aksa tak mampu Sara jawab. Tapi bulir-bulir air matanya berhasil terjun begitu saja. Aksa menatap Sara, ada rasa menyesal dihatinya. Sara berbalik memunggungi Aksa. Menyeka kasar wajahnya.

"Gue masih waras untuk bisa membedakan mana Aksa tunangan gue dan mana yang bukan. Lo pacarnya Joanna. Calon suaminya. Bukan Aksa tunangan gue." Ucap Sara.

"Kenapa bilang kek gitu dengan memunggungi gue? Itu berarti lo ragu." Ucap Aksa. Sara mulai kesal. Gadis itu kembali berbalik.

"Gue ragu atau tidak, itu urusan gue!" Ucap Sara tegas.

"Gue nunggu lo dari tadi, ayo gue anter pulang." Ucap Aksa.

Flashback off

####

Sara dan Cintya berada di warung lesehan. Gadis itu sudah setengah mabuk.

"Gue heran, kenapa anggur diwarung ini enak banget? Oiya, lo ngapain disini Siti? Lo harusnya pulang, chatingan sama gebetan lo! Berjuaannggg!"

Ck ck ck Cintya menggelengkan kepalanya. Gadis itu menatap Aksa yang masih menunggu dimeja yang lain. Sara tergeletak tak sadarkan diri setelah meneguk berbotol-botol minuman.

Cintya akhirnya menghampiri Aksa. Cintya duduk didepan Aksa lalu menuang minuman dan meneguknya sekaligus.

"Sory harus bikin lo repot dateng kesini, tapi dikontak dia yang paling sering dihubungi nomor lo." Ucap Aksa. Cintya membuka ponsel Sara. Cintya membandingkan wallpaper ponsel Sara dengan wajah Aksa.

"Beneran mirip. Pantesan Sara hampir stress." Gumam Cintya lirih.

"Btw, makasih sebelumnya udah ngasih tau kondisi Sara." Ungkap Cintya. Aksa mengangguk lalu menoleh menatap wajah Sara. Gadis itu sudah tak sadarkan diri.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang