Lo Adalah Aksa

60 8 2
                                    

Minidress putih yang dipakai Zaya berubah warna menjadi merah. Dipenuhi bercak darah Shaka. Tubuhnya masih bergetar hebat. Darah Shaka di tangan Zaya masih meninggalkan bekas. Zaya duduk didepan ruang rawat Shaka. Air matanya masih tak mau berhenti menetes.

Seorang perawat menghampiri Zaya.

"Nona, sepertinya Anda juga membutuhkan perawatan. Silahkan berganti pakaian." Ucap perawat itu sembari mengulurkan baju pasien kepada Zaya.

"Saya ngga akan pergi kemana-mana, sus. Ngga sampai saya tau keadaan kekasih saya." Tolak Zaya.

"Tapi nona, tubuh Anda kurang sehat dan penuh noda darah. Sebaiknya,"

"Saya tau. Tapi, saya ngga mau kehilangan jejaknya lagi. Saya ngga mau dia pergi tanpa pamit seperti saat dia mengalami kecelakaan dan koma!" Bentak Zaya tepat saat seorang pria datang. Pria itu berdiri disamping sembari mendengarkan Zaya.

"Saya ngga mau kehilangan Aksa lagi. Saya akan menunggu dia sadar dan tahu keberadaan saya. Tahu siapa dia sebenarnya." Ucap Zaya sembari menatap pintu ruang rawat Shaka.

"Siapa yang anda maksud?" Tanya pria itu. Zaya menoleh.

####

"Apa hubungan Anda dengan Shaka?" Tanya pria itu setelah Zaya duduk bersimpuh di depan pintu ruang rawat Shaka. Zaya mendongak.

"Alasan apa yang membuat saya berkewajiban menjawab pertanyaan Anda?" Tanya Zaya kesal. Bukan kesal kepada pria di depannya, tapi kesal kepada dirinya sendiri. Kesal. Kecewa. Karna Shaka dalam kondisi sekarang itu semua karna dirinya yang tak mampu menjaga Shaka dengan baik.

Pria itu tak menjawab. Tapi memilih duduk di kursi tunggu.

"Saya tidak pernah berlaku kurang sopan terhadap orang yang lebih tua. Tapi, karna saya juga tidak mengenal Anda, lebih baik jika Anda tidak ikut campur urusan pribadi saya." Ucap Zaya tajam. Asisten pria itu akan menyela, tapi dihentikan oleh pria itu.

"Saya kerabatnya." Jawab pria itu.

"Yang saya tahu, dia anak tunggal. Jangan ngaku-ngaku." Balas Zaya. Namun detik berikutnya, Zaya terdiam. Pria didepannya ini-

Pria itu tersenyum.

"Seberapa banyak yang kamu ketahui tentang cucu saya?" Tanya pria itu. Zaya teringat peringatan yang Andrew sampaikan tentang kakek Aksa. Beliau membungkam semua orang yang tahu identitas Aksa.

"Saya tunangan Aksa." Jawab Zaya tegas. Gadis itu menatap lurus ke dua manik mata kakek Aksa.

"Saya tunangan Aksa sebelum Aksa kecelakaan beberapa tahun lalu. Dia melamar saya. Dia memberikan saya cincin dan berjanji selamanya akan berada disisi saya sampai akhir usianya." Ucap Zaya tegas.

"Saya Sara Andrea Betari." Ucap Zaya. Ekspresi wajah pria itu nampak sedikit berubah, yang awalnya datar kini sedikit terkejut.

"Datanglah," ucap kakek sembari mengulurkan kartu nama beserta alamat rumah yang tertera di kartu tersebut. Sara menatap kartu tersebut.

"Saya ingin mengenal Anda lebih jauh. Mari kita minum teh bersama." Imbuh kakek.

"Saya tahu semuanya. Dia satu-satunya yang Anda percayai. Satu-satunya orang yang berharga dalam hidup Anda. Tapi dia adalah satu-satunya keluarga yang saya miliki. Satu-satunya hati yang saya hargai." Ucap Sara sembari memohon.

"Apa maksudmu-"

"Entah mereka hidup atau mati. Tapi saya memahami yang Anda lakukan demi kebaikan Aksa. Demi menjaga satu-satunya cucu berharga Anda. Tolong beri saya kepercayaan Anda, untuk membuktikan betapa saya mencintai cucu Anda. Beri saya kesempatan untuk membuktikan saya mampu menjaga Aksa. Karna saya tahu siapa dalang yang menyebabkan saya menjadi yatim piatu dan membuat Aksa kehilangan ingatannya." Ucap Sara. Kakek menatap tajam mata Sara.

####

Diluar ruang rawat Aksa, beberapa penjaga berdiri. Sara sudah berganti baju. Sara lega telah mendapat kesempatan dari kakek. Gadis itu sedang duduk di samping Aksa.

"Rasanya kek karma. Tau ngga, dulu lo juga jagain gue semalaman. Padahal lo jahat banget ke gue, tapi gue juga sadar lo setega itu juga karna kelakuan buruk gue." Cerita Sara.

"Aksa, gue sayang sama lo." Bisik Sara.

"Harusnya gue tau dari awal. Maafin gue karna ngga becus jagain lo."

"Gue janji, setelah lo sadar. Gue bakal bilang semuanya, gue bakal cerita semua, tentang siapa lo, siapa gue, dan gimana kita ketemu dulu. Gue yakin lo pasti bakal marah. Seperti saat kita pertama ketemu."

"Cepet sadar sayang. Cepet sembuh. Gue rindu."

####

Sara tertidur di samping Aksa berbantal tangan. Sementara cowok itu sedamg duduk sembari menatap Sara. Aksa membelai perlahan rambut Sara. Seorang suster masuk, sebelum bersuara, Aksa menghentikan suster itu agar diam. Namun gesekan pintu membuat Sara tetap terbangun.

Sara mengerjapkan kedua matanya lalu melakukan peregangan.

"Pagi sus," sapa Sara. Suster hanya mengangguk dan tersenyum.

"Saya kembali lagi nanti." Ucap Suster lalu keluar.

"Eh, kena-"

"Ngga menyapa gue?" Tanya Aksa. Sara menoleh.

"Aksa?" Panggil Sara lalu memeluk cowok itu. Dahinya berkerut seketika. Aksa melepas melukan Sara.

"Kenapa lo panggil gue Aksa?" Tanya Aksa mengintimidasi.

"Eeem, maksud gue Shaka. Lidah gue keseleo keknya." Ucap Sara.

"Zaya, lo belum bisa lupain tunangan orang lain?" Tanya Shaka.

"Bukan gitu, Shaka."

"Tadinya gue seneng karna lo ada disamping gue, nemenin gue dari semalem. Tapi keknya gue salah menilai lo." Ucap Shaka.

"Gue bakal jelasin semuanya. Itu janji gue semalem. Tentang siapa lo dan apa hubungan kita selama ini." Ucap Zaya tegas.

####

Zaya meletakan cincin yang diberikan Aksa dulu dimeja.

"Lo Aksa. Ini adalah cincin lamaran yang lo sematin di jari gue."

"Karna gue lebih kaya dari Aksa, jadi lo berpikir gue adalah Aksa?" Shaka berdecih.

"Gue adalah yatim piatu. Gue kehilangan kedua orang tua gue dan lo kehilangan ingatan tentang gue. Mobil yang lo kendarai mengalami rem blong, dan menabrak pembatas tol karna menghindari taksi yang ditumpangi orang tua gue. Sayangnya, truk dari arah lain menabrak taksi itu hingga terlempar cukup jauh." Air mata Zaya berlinang. Cepat-cepat gadis itu menyekanya. Shaka terdiam.

"Gue ngga akan tidur dengan cowok lain kalo bukan dengan Aksa. Karna lo adalah Aksa, kekasih gue, pemilik hati gue." Tegas Zaya.

"Gue ngga mau kehilangan lo lagi. Jadi, gue kembalikan cincin ini sampai lo ingat semuanya. Jika cincin ini kembali tanpa hasil, lo bisa membuangnya." Ucap Zaya lalu berbalik keluar dari ruangan.

"Gue cinta sama lo, tapi tidak dengan kenangan lo. Gue Shaka, bukan Aksa." Ucap Shaka menghentikan langkah kaki Zaya. Zaya menghela nafas.

"Entah lo Shaka, atau Aksa seperti yang gue kenal. Gue tetap mencintai lo. Sampai gue mampu membuktikan lo adalah Aksa, maka tetaplah menjadi Shaka. Gue pamit." Ucap Zaya lalu melanjutkan langkah kakinya. Shaka memandang punggung Zaya yang kian menjauh lalu tertutup oleh pintu ruangan. Gadis itu tak berhenti melangkah meski Shaka sangat mengharapkan hak itu terjadi.

Cowok itu mengepalkan kedua tangannya. Shaka menatap cincin yang ditinggalkan Zaya.

"Gue benci jika benar kenyataannya gue adalah Aksa. Karna itu berarti gue ngga bisa jagain lo hingga menderita selama ini." Shaka menahan tangisnya.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang