Lonceng kafe berbunyi setiap kali pelanggan masuk. Seorang pelayan pun menyapa "Selamat datang." Ucapnya ramah. Sara melanjutkan langkah kakinya semakin dalam memasuki kafe. Interior mewah, menjelaskan bagaimana pelayanan hingga menu yang disediakan di kafe ini. Tentu lebih bagus diatas kafe tempatnya bekerja.
Seorang pelayan kembali menghampiri Sara. Menanyakan meja nomor berapa yang dipesan Sara.
"Meja 115." Jawab Sara.
"Silahkan ikuti saya." Jawab pelayan laki-laki itu yang kini berjalan didepan Sara.
"Silahkan." Ucap pelayan itu ketika sampai dimeja yang dimaksud Sara.
"Terimakasih." Ucap Sara. Seseorang tersenyum sinis begitu mendengar ucapan terimakasih Sara. Gadis itu menoleh.
"Nyali lo gede. Gue kira lo gak akan dateng." Ucap Joanna. Sara duduk.
"Makasih udah nunggu, maaf karna gue terlalu sibuk." Ucap Sara. Kalimat singkat itu cukup membuat Joanna kesal.
"Gue rela nunggu lo karna gue harus beri lo peringatan!"
"Apa? Jauhin Aksa? Pindah dari apartemen? Berhenti temuin Aksa? Lupain Aksa? Atau lo mau bunuh gue?" Tantang Sara. Joanna kesal bukan main.
"Lo bisa peringatin itu semua lewat telpon, gak perlu ketemu seperti ini." Imbuh Sara. Gadis itu mencondongkan tubuhnya lebih dekat dengan Joanna sebelum gadis itu membuka mulut untuk merespon.
"Jo, gue udah bilang sebelumnya. Kalo dia Aksa milik lo, lo gak perlu khawatir berlebihan seperti ini. Tapi, jika dia Aksa milik gue, maafin gue karna gak akan biarin dia berada disisi lo lagi. Sara yang sekarang, jauh lebih gila dari pada Sara yang dulu." Bisik Sara.
"Gak ada yang gue takutkan. Apalagi untuk hak yang harus gue perjuangin. Gue, Sara tunangan Aksa." Ucap Sara tegas. Kesal, Joanna menyiram minuman yang dipesannya ke wajah Sara.
"Bangun! Ngimpi lo terlalu jauh!!" Teriak Joanna. Sara tertawa.
"Entah mimpi siapa yang terlalu jauh, dan siapa yang seharusnya bangun. Tapi Jo, lo gak bisa lawan takdir lewat mimpi. Jadi meski Aksa yang dulu udah mati, atau hilang ingatan, tapi jika dia ditakdirkan untuk gue, takdir bisa menghidupkan kembali Aksa yang dulu, takdir bisa membuat Aksa ingat kembali dengan kenangan-kenangannya yang hilang."
"DIAAMM!!!" Teriak Joanna. Beberapa tamu menatap ke arah Joanna. Sara menyeringai.
####
Sara keluar dari kafe. Beberapa pengunjung yang berpapasan dengannya menatap tubuh Sara yang basah oleh siraman jus. Emosi mengendalikan rasa malu Sara. Merasa sudah cukup jauh dari kafe, gadis itu berhenti. Kakinya terasa lemas, tangannya bergetar hebat.
Sungguh semua yang diucapkannya kepada Joanna hanya karna Sara ingin terlihat kuat. Padahal segalanya gelap. Dirinya tak seyakin itu mengenai Aksa.
Sara terkejut saat seseorang menutupi bahunya dengan jaket. Sara menoleh.
"Darimana? Kenapa berdiri sambil bengong?" Tanya Arlan. Cowok itu duduk dikursi yang disediakan minimarket. Lokasinya cukup jauh dari kafe tempat Joanna mengajaknya bertemu.
Sara menghampiri Arlan. Gadis itu duduk.
"Udah makan?" Tanya Arlan lagi. Sara tak menyahuti.
"Tunggu bentar." Ucap Arlan. Cowok itu memasuki minimarket. Tak lama Arlan kembali dengan dua cup mi instan.
"Tunggu bentar lagi biar bener-bener mateng." Sela Arlan ketika melihat Sara bergegas membuka cup. Cowok itu kembali masuk ke minimarket. Lalu kembali dengan tissue, beberapa keripik dan minuman. Ada dua botol air mineral, dan minuman kaleng yang sering Sara minum saat stress. Arlan membuka tutup botol air mineral, lalu menambahkan sedotan.
"Udah mateng, buruan makan." Ucap Arlan. Cowok itu membukakan penutup cup mi instan milik Sara. Sara semakin bimbang.
####
Arlan mengantarkan Sara sampai parkiran apartemen. Arlan sadar, hanya sampai situ saja ia mampu menganggu privasi Sara. Cowok itu cukup peka untuk tak mengantar Sara sampai pintu apartemen. Karna tahu Sara tak nyaman. Untuk pertama kalinya, Sara berbalik dan melambaikan tangan kepada Arlan. Bahkan mengucapkan terimakasih juga kepada Arlan. Cowok itu tentu cukup terkejut.
"Ati-ati dijalan." Pesan Sara lalu berbalik pergi.
####
"Jaket siapa?" Tanya Aksa. Sara spontan terkejut. Gadis itu memasuki lift sembari melamun. Aksa mengikutinya memasuki lift.
"Cowo lo?" Tanya Aksa.
"Bukan urusan lo." Jawab Sara datar.
"Besok gue pindah." Ungkap Aksa setelah diam cukup lama. Sara terdiam. Bimbang untuk merespon.
"Gue harap, lo gak nekan pin kamar gue saat mabuk." Ucap Aksa lagi. Sara masih terdiam. Pintu lift terbuka, Aksa menatap Sara yang masih terdiam. Gadis itu bahkan tak keluar dari lift. Hingga pintu lift kembali tertutup.
"Lo gak keluar?" Tanya Aksa. Kali ini Sara menekan tombol lantai teratas gedung apartemen.
"Mo ngapain ke rooftop?" Tanya Aksa.
"Yang gak keluar itu elo, bukan gue. Gue gak bermaksud untuk pulang, gue mau ke rooftop." Jawab Sara ketus.
"Lo ada masalah hari ini?" Tanya Aksa pengertian. Sara menghadap Aksa.
"Urusin urusan lo." Jawab Sara. Gadis itu lalu keluar dari lift. Aksa mengikutinya ke atap. Aksa mencekal tangan Sara tepat setelah mereka berada di rooftop.
"Gini cara lo berterimakasih?" Tanya Aksa. Sara menatapnya cukup lama, rautnya yang datar lalu berubah riang dan tersenyum.
"Terimakasih telah menolong saya sebanyak dua kali. Terimakasih telah merawat saya selama dua malam karna saya mabuk dan tak sadar kamar mana yang saya masuki. Maafkan saya menganggu privasi anda, hubungan anda, dan membuat pasangan anda salah paham kepada anda. Jika perlu saya akan berlutut untuk memohon maaf kepada anda dan pasangan anda." Ucap Sara. Aksa melepas tangan Sara. Gadis itu melengos lalu melenggang pergi. Sementara Aksa masih terdiam ditempatnya berdiri. Cowok itu teringat lagi percakapannya dengan Airin di WhatsApp. Aksa menoleh menatap Sara yang berdiri di pinggir rooftop.
"Sebenernya ada banyak hal yang pengen gue tanyain ke elo. Tentang siapa sebenarnya elo, apa hubungan kita, dan kenapa wajah gue mirip dengan tunangan lo."
"Lo boleh nanya, karna itu emang hak lo. Tapi gue gak berkewajiban jawab pertanyaan lo itu." Jawab Sara tanpa sedikitpun menoleh. Aksa mengangguk paham, cowok itu lalu berbalik masuk ke lift untuk turun.
####
Pertahanan Sara runtuh seketika. Tangis yang ditahannya sejak bertemu Aksa di parkiran tadi, pecah seketika. Kakinya terasa lemas, tak mampu menyangga berat tubuhnya. Disaat bersamaan, jaket Arlan terlepas dari punggungnya. Membuat Sara teringat ucapan Arlan yang setia menunggunya hingga detik ini tanpa peduli perasaannya yang sulit Sara balas. Sara semakin terisak.
"Kenapa sulit banget nerima lo?"
"Kenapa gue gak terima keadaan saat ini? Tentang hubungan Aksa dengan Joanna? Tentang perasaan Arlan yang udah sabar nunggu gue! Kenapa hati gue sakit!"
Sara menyeka kasar air matanya. Gadis itu mengambil ponselnya. Menghubungi satu nama dari kontaknya.
"Gue cinta sama lo!" Ungkap Sara setelah telepon tersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara
Teen FictionWarning Alert! ⚠️ 21+ aksara adalah sebuah bahasa jawa yang berarti huruf. Bila dirangkai, akan membentuk sebuah kata. Kata demi kata yang tersusun akan menjadi sebuah kalimat. Sara, adalah seorang siswi sebuah SMA elite yang mendapat perhatian khus...