Seminggu berlalu, selama itu pula Sara tak bertemu lagi dengan Aksa. Setiap pulang dari kafe maupun berangkat ke butik, Sara tak pernah berpapasan dengan pemilik apartemen disebelah apartemennya. Awalnya, Sara cukup tenang. Setidaknya untuk melupakan cowok itu. Tapi pertanyaan Aksa malam itu jelas masih terngiang dikepalanya.
Sara keluar dari lift. Melihat lagi pintu apartemen Aksa. Masih tertutup rapat seperti biasanya. Sikap tenang Sara mulai goyah. Pagi ini, gadis itu secara tak sadar menanyakan penghuni dikamar sebelah kepada resepsionis lalu bertanya lagi kepada pelayan yang sering membersihkan kamarnya.
"Jadi, dari seminggu yang lalu kamu ngga pernah beresin kamar sebelah?" Tanya Sara kepada pelayan. Pelayan itu mengangguk.
"Memang sejak menempati kamar sebelah, pemilik jarang membuka pintu apalagi mengizinkan pelayan membersihkannya." Jawab pelayan itu. Sara mengangguk.
Jawaban resepsionis dan pelayan hampir sama. Tapi Sara mengajukan pertanyaan lain kepada resepsionis itu.
"Tapi pemiliknya udah check out belum?" Tanya Sara dimeja resepsionis. Resepsionis itu menatap Sara sedikit curiga.
"Anda pacarnya? Atau... istrinya?" Tanya resepsionis itu. Sara gelagapan.
"Bu-bukan. Gue- ya sebagai tetangga gitu aja, nanya aja." Jawab Sara terbata lalu nyengir. Resepsionis itu tersenyum lalu menjawab dengan menggelengkan kepala.
####
Sara menyandarkan pungunggunya pada sandaran bangku. Helaan berat keluar dari mulutnya. Sara mengaduk bubur ayam didepannya tanpa berselera. Cintya memperhatikan tingkahnya.
"Andai aja tuh bubur bisa teriak, dia bakal ngeluh pusing woy, diaduk mulu!" Cibir Cintya sembari mengecek ulang hasil jepretan kemarin.
"Sama. Cape woy, digantung mulu. Dikira jemuran!" Keluh Sara tanpa sadar. Cintya mengerutkan dahi lalu bergegas duduk didepan Sara.
"Siapa yang gantung lo?" Tanya Cintya.
"Gada, gue sendiri aja yabg ngerasa digantung." Ucap Sara lalu menyuapkan sesendok penuh bubur ayam yang sudah dingin.
"Lo kena karma mungkin." Ucap Cintya.
"Karma dari siapa coba, ngawur aja tu moncong!" Tak berselang lama Arlan datang. Cowok itu meletakan kamera yang mengantung dilehernya. Lalu memeriksa kamera-kamera lain yang ada di rak.
"Tuh, dateng orangnya." Jawab Cintya lirih.
"Dari awal gue gak suka sama dia. Kalo lo naksir, kenapa gak lo gebet aja?" Goda Sara. Cintya langsung melengos, takut wajahnya yang mulai memerah ketahuan oleh Sara.
"Gue dah tau kali." Ucap Sara lantang.
"Apaan sih!" Cintya takut Arlan mendengar mereka.
"Dia sibuk dengan dunianya. Ga bakalan denger, ga perlu bisik-bisik."
"Ra!" Panggil Arlan. Sara menoleh.
"Apa?"
"Ikut gue yuk,"
"Kemana?"
"Makan malem, sekalian ada yang pengen gue omongin." Ucap Arlan.
"Gue udah kenyang. Lagian, ngomong aja disini." Ucap Sara saat menyadari Cintya yang terdiam. Arlan menghampiri Sara. Melirik mangkuk berisi bubur ayam yang sudah berair. Tentu saja bubur itu hanya berkurang sesendok.
"Gue gak mau lo sakit, lo bilang kenyang karna gak mau berdua sama gue. Lo ngehindari gue." Jelas Arlan.
"Itu yang mau lo omongin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara
Teen FictionWarning Alert! ⚠️ 21+ aksara adalah sebuah bahasa jawa yang berarti huruf. Bila dirangkai, akan membentuk sebuah kata. Kata demi kata yang tersusun akan menjadi sebuah kalimat. Sara, adalah seorang siswi sebuah SMA elite yang mendapat perhatian khus...