Zaya terbangun pukul 08.45 pagi. Kepalanya masih terasa pusing tapi tak separah kemarin. Notifikasi pesan masuk memaksanya membuka mata. Pesan dari Cintya.
"Sara tolongin gue,"
"Ada produk baru yang kepingin lo jadi modelnya."
"Bisa dateng kesini, kan?"
"Plis."
Zaya hanya membacanya. Gadis itu beralih menghubungi Shaka.
"Dimana?"
"Pagi banget. Kenapa ngga bangunin gue?"
"Oh. Yaudah. Oiya, hari ini gue ada acara ke butik."
"Iya, Siti bilang ada produk baru dan gue di minta buat jadi modelnya."
"Em. Ngga usah, gue bisa berangkat sendiri."
"Iya. Miss you."
Klik. Sambungan pun terputus. Bagas dan para klien pun menahan tawa mereka ketika mendengar percakapan Shaka dengan Zaya. Shaka berdeham salah tingkah.
####
Zaya bersiap mandi. Gadis itu terkejut mendapati leher dan tulang selangkanya memerah. Zaya membuka bajunya lebih lebar. Ada beberapa titik yang memerah.
"Kemaren gue ngga jatuh, deh. Trus.."
Zaya semakin mendekatkan diri pada cermin. Lalu mulai tersadar bahwa itu bekas cupangan. Zaya menggigit bibir bawahnya.
"Ngga mungkin gue keluar rumah kek gini." Gumam Zaya.
"Banyak pertanyaan yang bakal gue denger. Dan gue ngga suka." Imbuhnya sembari tersenyum melihat bekas cupangan Shaka.
"Batalin aja deh." Ucapnya bahagia.
Flashback
"Lo bisa kan, undang Sara kesini? Gue kangen sama dia." Ungkap Arlan memohon tanpa peduli perasaan Cintya yang terluka. Arlan bersikeras menemukan Sara apapun caranya. Dia ingin tahu keberadaan Sara. Jika Sara memenuhi undangan Cintya, mau tak mau Sara akan keluar dari persembunyiannya. Dengan begitu, Arlan bisa mengetahui dimana Sara tinggal selama ini.
Cintya mengangguk meski merasa sakit. Gadis itu lalu memutar otak mencari cara agar Sara bersedia datang ke butik tanpa Cintya tahu maksud Arlan sebenarnya.
Flashback off
Tapi keadaan Zaya tak memungkinkan untuk pergi. Gadis itu mengambil ponselnya bersiap menghubungi Shaka. Sayang sekali ponsel Shaka non-aktif. Zaya pun akhirnya meminta Cintya untuk mengirim paket produk yang akan di pakainya.
"Gue sibuk hari ini. Gue ngga bisa dateng." Balas Zaya.
"Yahh gimana dong." Keluh Cintya.
"Gini aja, kirim ke alamat rumah. Ntar gue kirim foto-foto hasil jepretannya. Gue kirim email nanti." Balas Zaya lagi.
"Oke. Kirim alamat rumah lo ya." Balas Cintya. Setelah membaca pesan itu Zaya terdiam sejenak. Lalu kembali mengetik sebuah alamat dan mengirimnya kepada Cintya.
####
Shaka pulang lebih awal, karna ingin memasak untuk Zaya. Cowok itu masih khawatir dengan kondisi Zaya. Terlebih hari ini gadis itu memaksakan diri untuk pemotretan. Tanpa Shaka tahu, Zaya masih berada di kamarnya. Sibuk berpose di depan kamera otomatis memakai produk yang dikirim Cintya.
Usai melakukan pemotertan, Zaya memilih beberapa hasil jepretannya yang akan dikirim untuk Cintya. Gadis itu duduk di sofa sembari menggigit apel yang dipakainya berpose.
Shaka membuka pintu kamar. Mendapati kekasihnya duduk dengan posisi menggoda.
"Udah pulang?" Tanya Zaya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tablet.
"Em-i-iya." Jawab Shaka terbata. Cowok itu melonggarkan dasinya lalu berdeham. Zaya akhirnya menatapnya.
"Lo ngga jadi keluar tadi?" Tanya Shaka kikuk. Zaya menggelengkan kepala karna mulutnya mengunyah apel.
"Gue minta Siti kirim produknya aja. Males keluar." Jawab Zaya.
"Oh. Udah makan?"
Zaya mengangguk lagi sembari memperlihatkan apel ditangannya.
"Yaudah." Jawab Shaka singkat. Cowok itu kembali kepanasan. Ia bergegas keluar dari kamar. Berdiri di balik pintu, mengatur nafasnya yang terengah-engah. Shaka mengepalkan kedua tangannya. Menarik nafas berkali-kali. Tapi tetap saja...
"Ngga bisa. Gue ngga bisa." Ucap Shaka lalu kembali membuka pintu dengan kasar sampai membuat Zaya berjingkat kaget.
"Kenapa?" Tanya Zaya. Tak menjawab, Shaka melepas dasinya lalu membuka kancing lengan bajunya.
"Mau mandi? Gue siapin air anget du-"
Shaka menghampiri Zaya, merebut tablet dari Zaya lalu melemparnya ke lantai. Begitu pula apel yang ada di tangan kanan Zaya, apel itu menggelinding jatuh ke bawah meja. Shaka langsung mencumbu Zaya.
Shaka menindih tubuh Zaya. Mengecup bibir gadis itu berulang-ulang. Zaya terengah-engah. Nafas mereka memburu. Shaka memberi jeda agar Zaya menarik nafas.
"Semalem-" Zaya ingin menjelaskan tapi Shaka tak ingin menunda hasratnya lagi.
"Ngga sekarang." Potong Shaka lalu kembali melumat bibir Zaya. Mereka saling berpangutan. Shaka membalik posisi. Cowok itu menarik pinggang Zaya agar duduk dipangkuannya. Menarik paksa baju tidur dari sponsor yang dipakai Zaya hingga robek.
Zaya pun mulai membuka satu persatu kancing baju Shaka. Gadis itu mendesah saat Shaka menciumi leher jenjangnya. Terus turun hingga tulang selangka yang semalam sempat dicupangnya. Desahan Zaya kian membuat Shaka hilang kendali. Cowok itu menggendong Zaya di depan sembari terus berpangutan.
Shaka membaringkan tubuh Zaya di ranjang. Cowok itu melempar pakaiannya dan kimono Zaya ke sembarang arah. Desahan demi desahan terlontar dari mulut Zaya. Gadis itu menikmati setiap lumatan Shaka. Mendengar desahan Zaya, membuat birahi Shaka tak terkendali lagi. Shaka menindih tubuh Zaya sembari terus mengecup leher Zaya. Hingga Zaya merasa sesuatu memaksa melesak masuk diantara selangkangannya.
"Aahhhh." Zaya mendesah tertahan setelah benda itu masuk. Shaka semakin brutal ketika merasakan sesuatu yang lebih hangat dan nikmat yang luar biasa. Cowok itu mulai memaju-mundurkan pinggulnya seirama dengan desahan Zaya.
Tak ingin desahan itu berhenti, Shaka pun menambahnya dengan menikmati dada indah Zaya. Zaya semakin mengerang nikmat. Gadis itu mencengkeram bahu kekar Shaka. Shaka mempercepat aktifitasnya. Cowok itu merasakan sesuatu mendesak keluar. Tak tahan lagi.
Semakin tak tertahan Shaka pun ikut mendesah.
"Aahh aaahh aahhh aarrghhh aada yang keluar.. aahhh aarrgghhh gue ngga tahan." Gumam Shaka bersamaan dengan desahan Zaya yang semakin intens.
"Aaaahhhh..." Mereka mendesah bersama merasakan sesuatu itu keluar bersamaan.
Shaka jatuh menindih tubuh Zaya. Nafasnya terengah seperti usai berlari dikejar anjing. Sementara Zaya menggeliat geli oleh terpaan nafas Shaka.
####
Zaya berbaring dalam dekapan Shaka. Ranjang luas itu bak kapal pecah. Bantal dan pakaian mereka berserakan di lantai.
Shaka membelai lembut rambut Zaya sembari sesekali mencium kening gadis itu. Zaya teringat bekas cupangan tadi pagi. Zaya bangkit lalu memperlihatkannya pada Shaka.
"Ide siapa?" Tanya Zaya. Shaka tersenyum tak menjawab.
"Lo ngga marah?" Tanya Shaka. Zaya kembali berbaring, menutupi dadanya dengan selimut.
"Kurang tepat. Malu lebih tepat." Jawab Zaya sembari menutupi separuh wajahnya dengan selimut.
"Gue baru sekali ini melakukannya, jadi-"
"Gue juga." Potong Zaya karna tahu Shaka tak akan pernah ingat jika dulu mereka pernah melakukan hal yang sama sebelum dirinya mengalami kecelakaan. Mendengar itu, Shaka menatap Zaya.
"Kenapa?" Tanya Zaya.
"Ayo ulangi lagi." Ucap Shaka lalu mengecup bibir Zaya.
"Hm?"
Shaka mulai menenggelamkan wajahnya lagi pada leher Zaya. Mengecup leher itu berulang-ulang hingga Zaya merintih. Membuat Shaka berhenti.
"Kenapa?" Tanya Shaka khawatir.
"Sakit. Jangan gigit." Jawab Zaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara
Teen FictionWarning Alert! ⚠️ 21+ aksara adalah sebuah bahasa jawa yang berarti huruf. Bila dirangkai, akan membentuk sebuah kata. Kata demi kata yang tersusun akan menjadi sebuah kalimat. Sara, adalah seorang siswi sebuah SMA elite yang mendapat perhatian khus...