Dimana Nisa?

112 8 0
                                    

Sudah berhari-hari Nisa absen. Tidak ada yang tahu kemana dan kenapa gadis itu bolos sekolah. Sebagian besar siswa menyalahkan ketidak hadiran Nisa kepada Sara. Mereka berasumsi Nisa menghilang karena sakit hati mengetahui Sara bertunangan dengan Aksa. Meski begitu, hal itu tak membuat Sara marah. Juga tak membuatnya menyanggah.

"Gue gak tau apa-apa, kenapa dan kemana dia pergi itu keputusan dia! Kenapa gue harus jelasin situasi dia? Salah gue apa? Gue gak ada urusan sama keputusan dia buat ngilang!" Jawab Sara saat Devan meminta Sara bertanggungjawab.

"Lo bukan manusia! Lo gak punya nurani!" Umpat Devan. Sara menghela nafas.

"Gue tau lo cinta mati sama dia, tapi dia gak peduli perasaan lo! Lo kenal gue dari kecil, astaga. Kenapa pula gue harus jelasin ini semua ke elo? Serah lo aja deh." Sara beranjak pergi, ia tak ingin melukai perasaan Cindy yang berada tak jauh dari tempat mereka bertengkar.

####

Sebenarnya, Sara pun khawatir. Terlebih saat tak ada yang mengetahui keberadaan Nisa. Sara takut Nisa nekat. Berbagai pikiran negatif itu membuat Sara terdiam.

"Sayang?" Panggil Aksa. Tapi Sara tak menyahuti.

"Sara!" Gadis itu masih diam saja. Akhirnya Aksa menggenggam tangannya. Barulah Sara tersadar dari lamunannya.

"Ya?" Sahut Sara.

"Makan. Gue gak mau lo sakit lagi kek kemarin." Ucap Aksa. Sara menatap mie ayam didepannya.

"Gak nafsu." Jawab Sara.

"Gue pesenin yang lain, ya? Lambung lo belum bener-bener sehat." Ucap Aksa penuh perhatian. Sara mengangguk. Aksa pun beranjak pergi memesan makan siang untuk Sara.

####

Arlan menghampiri Sara dengan sepiring nasi dan sayur.

"Gue denger kemarin lo sakit?" Tanya Arlan. Sara mendongak lalu mengangguk perlahan.

"Jangan makan mie melulu, nih buat lo." Ucap Arlan sembari menyodorkan piring tersebut.

"Makasih sebelumnya, tapi Aksa lagi ngantri beli makan juga buat gue." Tolak Sara lembut. Arlan mengangguk mengerti.

"Beberapa hari lalu, gue liat lo deket sama Nisa. Lo pasti tau keberadaannya." Ucap Sara.

"Iya. Kita sempet deket, tapi gue gak tau sekarang dia dimana. Eum, gue paham banget sih rasanya dikucilkan tanpa sebab." Ucap Arlan. Sara tertawa.

"Lo kasihan sama gue?" Tanya Sara mengejek. Arlan terkejut, menatap Sara dalam diam.

"Gak perlu. Gue gak merasa dikucilkan. Gue gak salah apa-apa, jadi kenapa gue harus takut? Terlebih takut dikucilkan. Hahaha." Ucap Sara meremehkan. Aksa memperhatikan mereka dari kejauhan. Tawa Sara membuat Aksa mengerutkan dahi.

####

Seharian Aksa menyibukan diri. Berkutat diruang kerja sepulang sekolah. Meski hanya membolak-balik dokumen dari kantor yang dibawa Andrew tadi pagi. Cowok itu sudah menandatangani semua berkas tersebut. Dengan jenuh, Aksa membuka laptopnya. Tapi lagi-lagi cowok itu mengamati tanpa minat. Aksa lelah sendiri.

Cowok itu akhirnya merebahkan diri karna bosan. Aksa menutupi wajahnya dengan buku.

"Apa cuman gue yang jatuh cinta?"

"Apa beneran dia nggak ngerasain apa-apa?"

"Kenapa gak nyariin gue?"

"Mana gue laper banget lagi!"

"Gimana bisa tunangan secuek ini sama tunangannya?"

Aksa menggerutu sebal sendiri.

####

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang