"Lo?" Aksa terkejut. Cowok itu bertemu lagi dengan gadis tak berperasaan tadi pagi. Sara tersenyum meremehkan.
"Lo bukannya montir tadi pagi, ya?" Ucap Sara. Aksa mengerutkan dahi. Sara kembali tersenyum sinis.
"Ternyata lo juga pelayan disini?" Ucap Sara lagi. Anak-anak dan para tamu ingin menghentikan Sara, tapi dilarang oleh Aksa dengan gelengan kepala. Sementara Dania mulai ketar-ketir anaknya membuat onar.
"Montir? Pelayan?" Ulang Riska lalu menoleh kearah Dania. Tentu Dania dan Arga ketakutan ditatap tajam oleh presdir mereka.
"Wah, gue pengen dong dilayanin sama lo. Ambilin whiskey buat gue." Perintah Sara. Aksa berjalan menuju meja berisi gelas air putih dan beberapa gelas jus yang memang dikhususkan untuk anak-anak seusianya.
Aksa menyodorkan segelas air putih untuk Sara. Gadis itu tertawa keras.
"Emang tingkat sosial manusia itu beda-beda, dan keknya itu berlaku untuk kelas montir atau pelayan kek lo!"
Byuurrr Sara dengan sengaja menyiram air itu kewajah Aksa. Semua orang terkejut termasuk Dania dan Arga.
"Bagaimana cara kalian mendidik anak!" Ucap Riska tegas. Dania dan Arga hanya menunduk cemas. Sementara Sara masih melanjutkan aksi balas dendamnya.
"Kelas rendahan kek lo mana paham bedanya whiskey dan air putih!" Teriak Sara. Aksa masih diam, Andrew melihat wajah Aksa basah. Ia bergegas mencari handuk untuk tuannya.
"Kenapa diem aja? Lo itu cuman anjing jalanan! Jadi jangan menyalak kearah serigala! Lo nggak tau manusia macam apa gue ini! Sok-sok an ceramahin gue dijalan! Cuihh!!! Disini lo gak lebih dari kutu loncat!" Umpat Sara. Semua tamu terkejut dengan perilaku anak direktur satu ini.
Tapi Sara masih melanjutkan aksinya. Ia tak peduli orang-orang memotret, merekam atau tertegun dengan perilakunya. Baginya, dirinya lah yang berkuasa disini, dan dirinya lah yang benar.
Sara mengeluarkan beberapa lembaran uang pecahan limapuluh ribuan lalu melemparnya kewajah Aksa.
"Tip buat lo!" Ucap Sara. Riska benar-benar tak terima anaknya diremehkan seperti ini. Namun bergegas Andrew datang membawa handuk untuk Aksa.
"Tuan muda, Anda tidak apa-apa?" Tanya Andrew sembari menyeka wajah Aksa. Aksa mengambil handuk itu dari tangan Andrew. Sara mengerutkan dahi. Cowok bernama Andrew ini tinggi, putih, rapi dengan setelan jas, tapi dia memanggil Aksa yang hanya memakai kaos rumahan dengan sebutan tuan?
"Setelah acara selesai, aku ingin berbicara dengan gadis ini." Ucap Aksa sembari mengulurkan handuk kepada Andrew lagi.
"Baik tuan." Jawab Andrew, lalu Aksa pergi begitu saja.
Seseorang datang berbisik ditelinga Sara. Gadis itu spontan melotot saking terkejutnya.
####
Pesta telah usai. Sara duduk diruang tengah rumah mewah tersebut. Ruangannya cukup luas namun sepi. Para pelayan nampaknya masih beres-beres diruang depan. Ruangan yang sepi, dipadu warna cat yang teduh membuat Sara mengantuk.
"Sara!" Panggil Dania setengah membentak.
"Ya mamih? Kapan kita pulang? Sara udah ngantuk banget." Keluh Sara. Dania memejamkan matanya frustasi dengan sikap anaknya yang sudah kelewatan. Dania duduk disamping Sara untuk memberi penjelasan.
"Sara, apa yang tadi kamu lakukan dipesta sangat keterlaluan. Bagaimana bisa kamu meremehkan anak itu! Kenapa kamu hilang kendali!"
"Mih, yang mulai duluan itu dia! Mami tau, tadi pagi gara-gara dia Sara telat ke sekolah! Dia naroh motornya ngadang ditengah jalan, dia juga menggurui Sara soal etika! Dia bahkan bilang kalo orang tua Sara gak bisa didik anak! Jadi siapa yang keterlaluan disini, mih!" Bantah Sara.
"Dasar gadis kecil! Pedas sekali omongan kamu! Berani-beraninya kamu memfitnah anak ku!" Teriak Riska yang baru saja menuruni anak tangga.
"Kenapa jadi Sara yang salah! Harusnya tante dong yang salah karna gak bisa ngatur anak! Jadi gak sopan gitu!" Bantah Sara.
"SARA!" Sentak Arga.
"Jaga mulutmu. Beliau ini adalah presdir perusahaan papi! Beliau pemegang saham terbesar diperusahaan papi!" Jelas Arga.
"Tapi pi, Sara tuh nggak-"
"Maaf membuat kalian menunggu." Potong sebuah suara yang terdengar dari arah pintu. Sara menoleh diikuti Dania, Arga juga Riska. Riska sudah tak sabar memberi hukuman untuk Sara. Tapi Aksa memohon agar dirinya sediri yang menghukum Sara.
"Nak Aksa," ucap Dania. Wanita itu segera menghampiri Aksa.
"Tolong maafkan Sara. Dia hanya gadis kecil yang belum dewasa. Tolong maklumi tindakannya." Ucap Dania memohon. Aksa menatap iba Dania. Cowok itu kasihan karna wanita paruh baya ini belum mengenal dengan baik putrinya, bahkan tidak tahu sikap dan sifat anaknya.
Aksa menepuk perlahan bahu Dania lalu melewatinya. Aksa duduk dibangku yang sama seperti bangku yang ada difoto. Dengan pakaian yang sama dan pose yang sama. Aksa menatap Sara.
"Aksa, gadis tak tau adat seperti dia seharusnya diberi pelajaran agar tau tempat!" Geram Riska. Aksa menatap Riska.
"Menurut bunda, akan lebih baik jika kita memutuskan mencabut semua modal dan saham yang ada diperusahaan kecil milik ayahnya." Ancam Riska. Arga dan Dania terkejut, mata mereka membulat sempurna.
"Nyonya, tolong jangan seperti ini. Sara, kemari nak. Minta maaf segera." Ucap Arga sembari berlutut bersama Dania. Aksa menatap kedua wajah orang tua yang putus asa lalu beralih menatap wajah enggan penuh amarah gadis yang sedang melipat tangannya didada.
"Bunda-"
"Kenapa? Ngapain Sara harus mohon-mohon minta maaf! Sara nggak salah!" Ucap Sara, memotong kalimat Aksa.
"Salah dia sendiri, kenapa berpenampilan kek gembel! Makan ditrotoar bareng gembel juga! Jadi-"
Riska kepalang geram mendengar anaknya direndahkan seperti itu. Bahkan Dania dan Arga pun tak menyangka putrinya berkelakuan seburuk itu.
"Tutup mulutmu!" Bentak Riska.
"Kamu-"
Aksa berdiri didepan Sara menatap lurus kedua bola mata bundanya.
"Dia bakal jadi pelayan Aksa!" Ucap Aksa lantang. Riska, Dania, Arga mendongak menatap Aksa. Sementara Sara mengerutkan dahinya.
"Lo pikir lo siapa!" Sentak Sara tak kalah lantang.
"Tidak ada batasan kontrak! Jadi," Aksa berbalik menatap Sara.
"hanya tuannya yang boleh memutuskan pemberhentian kerja. Dan, jam kerja dimulai pada jam tiga pagi!"
"Kata siapa gue setuju jadi pelayan lo! Jangan ngimpi!!" Teriak Sara tepat didepan wajah Aksa.
"Gue udah kasih lo kesempatan untuk tetap jadi kaya. Tapi sepertinya, lo lebih memilih menjadi miskin dalam semalam." Ucap Aksa lalu menoleh menatap kedua orang tua yang masih bersimpuh dilantai.
"Om, tante, pilihan hidup kalian ditentukan putri kalian ini. Dan dia memilih menolak kesempatan itu. Maka dengan terpaksa saya harus membatalkan seluruh kontrak kerja kita. Selamat malam." Ucap Aksa lalu pergi dari ruangan itu.
####
"Sara, mami mohon. Terima tawaran tuan muda, kita akan tetap kaya-"
"Dengan mempertaruhkan hidup Sara? Mami jahat banget!"
"Sara, kamu masih bisa menikmati kekayaan kamu setelah pulang, nak. Pikirkanlah lagi. Papi mohon, Sara." Arga ikut memohon kepada anaknya.
"Pi,"
"Kontrak kerja itu bernilai limapuluh triliun, bahkan jika menjual seluruh aset keluarga, kita tidak akan mampu melunasi pinaltynya! Sadar Sara, jika kamu menerima persyaratan itu, kamu masih kaya! Kamu masih Sara gadis kaya! Kamu masih Sara sang model! Papi mohon, nak." Arga memelas.
"Setidaknya, setelah Aksa memutuskan kontrakmu sebagai pelayannya, kamu bisa kembali. Jika tidak, pastikan saja dia jatuh cinta padamu, buat dia tergila-gila padamu. Lalu, tinggalkan dia. Bukankah itu akan menjadi balas dendam terbaik?" Hasut Dania. Sara terdiam, seolah mencerna baik-baik perkataan maminya barusan.
"Balas dendam terbaik adalah mematahkan hati." Ulang Sara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara
Teen FictionWarning Alert! ⚠️ 21+ aksara adalah sebuah bahasa jawa yang berarti huruf. Bila dirangkai, akan membentuk sebuah kata. Kata demi kata yang tersusun akan menjadi sebuah kalimat. Sara, adalah seorang siswi sebuah SMA elite yang mendapat perhatian khus...