Sara Hilang

79 6 0
                                    

Sepasang mata memperhatikan mereka dari kejauhan.

Aksa menghampiri Joanna dan Sara.

"Lo baik-baik aja?" Tanya Aksa kepada Sara.

"Aksa!!" Joanna tak terima Aksa mempedulikan Sara. Melihat itu, Sara semakin menikmati kegilaannya kali ini. Gadis itu bangkit tanpa menerima uluran tangan Aksa.

"Ingat apa yang pernah gue bilang di kafe waktu itu?" Tanya Sara. Aksa mengerutkan dahi. Terlihat, Joanna terhenyak.

"Sara yang sekarang jauh lebih gila." Bisik Sara lirih ditelinga Joanna. Spontan Joanna menarik rambut Sara hingga membuat Sara teriak kesakitan. Sepasang mata yang enggan peduli pun, kini kembali menoleh untuk menyaksikan kegilaan gadis itu.

Aksa melerai Joanna. Menarik gadis itu, tapi Joanna enggan melepas tangannya dari rambut Sara. Cowok itu akhirnya terpaksa mengayunkan tangannya ke pipi Joanna. Gadis itu menatap nanar manik mata tunangannya. Sementara Sara mulai bangkit. Meski merasakan sakit di ubun-ubun, gadis itu tetap tertawa.

"Lo ngga malu!" Ucap Aksa.

"Hah! Apa lo bilang? Malu? Kenapa harus gue yang malu!! Lo tunangan gue, tapi lo malah belain gadis ini!!" Teriak Joanna.

"Kita cuma temenan, Jo! Ngga lebih. Gue mohon, lupain fantasi yang lo ciptain sendiri itu! Kita ngga pernah ada hubungan!" Ucap Aksa tegas.

"Selesaiin urusan kalian. Oiya, harusnya lo terima kasih ke gue karna udah bawa tunangan lo ini ke rumahsakit. Gue pamit." Ucap Sara lalu pergi.

"Sara!" Panggil Aksa. Tapi gadis itu tetap melanjutkan langkah kakinya tanpa menoleh sedikitpun.

####

Sara tak sepenuhnya baik-baik saja. Gadis itu tetap saja rapuh. Sembari menikmati minuman kaleng di depan toserba, matanya menatap cincin pemberian Aksa.

"Udah lama gue gak pernah liat cincin itu." Ucap Arlan. Cowok itu tiba-tiba duduk di depan Sara. Sara mengangguk.

"Gimana lo bisa tau gue ada disini?"

"Sory karna gue ngikutin lo, gue khawatir."

Sara kembali mengangguk lalu meneguk habis minumannya.

"Makasih udah khawatirin gue. Gue dateng jauh-jauh, ninggalin hiruk pikuk kota, berharap semua tenang seperti semula, tapi semua sia-sia. Gue tetap kesulitan lupain kenangan-kenangan gue. Maafin gue, karna bikin lo khawatir." Ungkap Sara. Arlan mengangguk.

"Keknya gue harus lebih sabar lagi dan berusaha lebih banyak." Ucap Arlan. Sara tersenyum hangat menanggapinya.

"Maafin gue, Arlan." Batin Sara.

Seseorang memperhatikan mereka dari dalam toserba. Kedua matanya seperti mencari tahu, hingga membuat dahinya berkerut. Tak lama, kerutan itu pun memudar, berganti gelengan kepala. Seolah sedang tak percaya dengan penglihatannya.

####

Seminggu telah berlalu. Arlan datang ke studio, menanyakan keberadaan Sara kepada Cintya. Tapi gadis itu pun sudah lama tak datang ke studio maupun butik.

Tak jauh berbeda dengan Arya, cowok itu pun menanyakan keberadaan Sara kepada Cindy. Pasalnya, gadis itu tak mengajukan resign juga tak pernah muncul untuk mengisi panggung.

Sementara Aksa, cowok itu sering melamun di jendela kamarnya. Berharap Sara pulang lalu menutup korden kamarnya. Aksa menghela nafas lesu. Cowok itu berbalik tapi tak lama, terdengar seseorang membuka pintu rumah Sara. Aksa bergegas membuka jendela. Tapi pandangannya terhalang tanaman hias. Terpaksa, Aksa berlari keluar untuk mencari tahu.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang