Keluarga

87 7 0
                                    

"Istri?" Ulang Devi dengan raut terkejut.

Dua kata itu pun menyebar di seluruh kantor. Para karyawan dan OB bahkan security pun ikut terkejut mengetahui CEO mereka sudah memiliki calon istri. Kegemparan tak berhenti sampai disitu, kakek Arshaka menelepon sejam setelah kabar itu keluar dari mulut sang cucu.

"Arshaka, jangan main-main kamu!" Bentak kakek terdengar nyaring hingga Zaya pun bisa mendengar meski berada jauh dari Shaka.

"Tenang dulu, kakek. Shaka-"

"Awas jika calon cucu menantuku tak kau kenalkan dengan ku. Kakek pastikan akan datang ke rumahnya bagaimana pun caranya!" Potong kakek.

"Tapi kakek-"

"Bawa dia besuk lusa. Ajak makan malam di rumah kakek." Potong kakek lagi lalu menutup sepihak sambungan telepon. Shaka menggosok telinganya yang terasa berdengung akibat suara kakek yang berteriak. Shaka menatap Zaya dari kejauhan. Zaya balas menatapnya.

"Gimana jelasinnya?" Ucap Shaka.

"Apa?" Tanya Zaya balik. Shaka menghampiri Zaya sembari menatap intens manik mata gadis itu. Kontan saja Zaya ketakutan.

"Kenapa? Kakek lo ngga suka?" Tanya Zaya terbata. Shaka terus mendekat memojokan Zaya.

"Gue dimarahin habis-habisan sama kakek." Ucap Shaka sembari terus melangkah maju. Sementara Zaya semakin mundur dan terpojok.

"Kenapa?" Tanya Zaya gugup. Shaka menggelengkan kepala. Hingga akhirnya Zaya tak lagi bisa mundur. Ada meja di belakangnya yang membuatnya berhenti menjauh dari Shaka.

"Kakek lo ngga setuju kita pacaran?" Tanya Zaya lagi. Shaka mendekatinya. Jarak mereka hanya sejengkal tangan. Zaya bahkan bisa merasakan deru nafas Shaka. Diamnya Shaka kian membuat Zaya bingung. Gadis itu tak sedikitpun mengalihkan pandangannya karna khawatir.

Shaka membelai lembut pipi Zaya. Cowok itu berniat mengecup bibir Zaya.

"Cium dulu baru gue jawab." Ucap Shaka. Zaya tersenyum kecil.

"Disini?" Tanya Zaya. Shaka mengangguk. Zaya menarik dasi Shaka lalu mulai melumat bibir kekasihnya itu. Mereka saling berpangutan.

Perbedaan tinggi tubuh mereka, membuat Shaka harus membungkuk. Shaka berinisiatif mengangkat tubuh Zaya lalu mendudukannya di meja kerja Shaka. Zaya melingkarkan kedua tangannya di leher Shaka sembari terus menikmati setiap lumatan dibibirnya. Hal itu membuat Shaka birahi. Tanpa Zaya ketahui, cowok itu berniat menarik tali pita yang melingkar di leher Zaya. Tangan Shaka pun tak berhenti hanya disitu, cowok itu mulai meraba paha mulus Zaya yang hanya berbalut rok diatas lutut. Hingga ketukak pintu membuat mereka berhenti berpangutan.

Bagas masuk tanpa dipersilahkan. Membuat Zaya bergegas turun dan merapikan bajunya.

"Ketuk pintu kek!" Ucap Shaka emosi.

"Eem, keknya gue salah waktu. Sory bos, tapi ada masalah sedikiiitt." Jelas Bagas.

"Yaudah tunggu sono diluar."

"Hehe iya bos."

####

"Ngga. Ngga mungkin gadis itu calon istrinya, pa! Gadis itu seperti anak SMA, mana mungkin calon istrinya!" Teriak Devi kepada ayahnya. Sang ayah tak bisa berkata-kata dan memilih untuk keluar dari ruang tunggu.

"Papa!!" Teriak Devi kesal sendiri.

####

Rapat telah selesai. Beberapa investor baru pun telah disetujui untuk bergabung. Termasuk ayah Devi. Baru saja bergabung, sang ayah mengajukan syarat agar Devi bisa bekerja di kantor Shaka. Tentu saja Devi sangat berharap Shaka menyetujuinya.

"Untuk itu, bisa kita bahas besok lagi. Hari ini cukup sampai disini karna saya ada urusan penting yang harus saya selesaikan." Jawab Shaka.

"Permisi." Ucap Shaka lalu pergi dari ruang rapat diikuti Bagas di belakangnya.

"Gue mau nganter Zaya ke butik sekalian berkunjung ke pusat perbelanjaan. Tolong lo atur." Ucap Shaka.

"Siaap bos." Jawab Bagas.

####

Shaka kembali ke ruang kerjanya untuk menemui Zaya. Rupanya gadis itu sedang berusaha mengganti perban ditangannya.

"Mau ngapain?"

"Ganti." Jawab Zaya sembari menunjukan tangannya.

"Kenapa ngga nungguin gue? Sini." Shaka meraih tangan Zaya.

"Jangan teralu tebel kek tadi pagi, gue ngga bisa gerakin jari gue sama sekali. Rasanya sampai kesemutan." Keluh Zaya.

"Kalo ngga gitu, lo ngga akan ada dikantor, ngga akan minta gue nyisirin rambut lo, ngga akan minta gue suapin lo." Jawab Shaka. Zaya tertawa kecil.

"Jadi lo sengaja?" Tanya Zaya. Shaka nyengir kuda.

"Coba liat." Zaya menarik tangannya sebelum dipasang perban lagi.

"Ini diplester aja udah beres kali, pake perban segala!" Ucap Zaya.

"Kalo infeksi gimana? Terus kalo melepuh gimana? Kalo lukanya berbekas gimana?"

"Shaka, lo cerewet banget. Mami gue keknya bakal kalah kalo debat sama lo." Ucap Zaya. Shaka terdiam.

"Maaf." Ungkap Shaka.

"Buat?"

"Udah bikin lo keinget sama mami lo?"

Zaya tak ingin membahasnya. Gadis itu mengalihkan pembicaraan.

"Udah sore, jadi anter gue ke butik ngga?" Tanya Zaya. Shaka mengangguk.

####

"Duh, ladang duit gue akhirnya lo dateng juga!! Tau ngga gue kangen banget sama lo? Huhuhu." Ungkap Cintya dramatis.

"Ck. Ladang duit. Kangen gue? Kangen duit gue, iya! Mana ada ladang duit yang dikangenin ladangnya!" Ucap Zaya kesal.

"Hehe, lo kesini sama siapa? Keren banget mobilnya." Tanya Cintya.

"Shaka."

"Siapa?"

"Dia-"

"Sara?" Panggil Arlan yang ternyata juga berada di butik. Zaya menoleh.

"Hai." Sapa Zaya.

"Kemana aja lo setahun ini? Lo tau gue khawatir banget sama lo! Dimana lo tinggal, sama siapa, dan gimana keadaan lo! Gue takut terjadi apa-apa sama lo! Gue takut kehilangan lo!" Ungkap Arlan. Zaya terdiam, tak tau harus bagaimana. Gadis itu sadar, Cintya sudah lama mencintai Arlan. Baru setelah Cintya pergi meninggalkan mereka, Zaya mulai menjelaskan semuanya.

"Siti suka sama lo, Arlan. Gue mohon, berhenti khawatirin gue. Gue baik-baik aja." Ucap Zaya. Arlan diam tak merespon, cowok itu merebahkan punggungnya pada sandaran sofa.

"Gue tau, lo nyuruh Siti biar gue dateng kesini. Apa lo pernah mikirin perasaan dia waktu lo minta sesuatu yang bisa saja menyakiti dia?" Ucap Zaya. Arlan mendekat, tangannya menyentuh bahu Zaya.

"Lalu gimana dengan lo? Gue nunggu lo sejak lama. Sebelum lo kenal Aksa sampai Aksa ninggalin lo dan milih tunangan sama Joanna, gue cinta sama lo!!!" Teriak Arlan sembari mengoyak bahu Zaya.

"Kenapa gue ngga bisa gantiin Aksa dihati lo! Gue lakuin semuanya agar lo bisa liat gue! Liat keberadaan gue!"

"Gue cinta sama lo, Sara!!" Teriak Arlan, tanpa sadar cowok itu menghempaskan tubuh Zaya dengan kasar. Tak sengaja tangan Zaya yang terluka kembali terbentur meja kaca. Membuat luka yang hanya terbalut plester tipis itu malah berdarah. Zaya meringis menahan sakit.

"Tapi gue ngga cinta sama lo." Ucap Zaya sembari beranjak bangkit.

"Gue menghormati lo seperti saudara gue sendiri. Bagi gue, lo satu-satunya keluarga yang gue punya." Imbuh Zaya lalu bergegas pergi.

"NGGA!!!" Teriak Arlan.

"Gimana pun caranya, lo harus jadi milik gue." Ucap Arlan sembari menyeringai.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang