Rencana Nisa

126 13 0
                                    

"Kenapa lo secemas itu tentang Nisa?" Tanya Aksa. Sara tak menjawab. Gadis itu menatap keluar jendela mobil. Mereka dalam perjalanan kembali pulang. Aksa sebenarnya enggan untuk kembali. Cowok itu lebih suka menginap dirumah singgah milik Airin. Karna dengan begitu, Aksa bisa menikmati waktu bersama Sara. Aksa juga bisa beristirahat dari rutinitas kerja kantor. Terlebih lagi, setidaknya Nisa tak bisa menganggu mereka.

Aksa menoleh. Melihat Sara dari pantulan jendela kaca mobil. Rautnya datar.

"Apa cita-cita lo?" Tanya Sara. Aksa kembali mengemudi.

"Sederhana. Hidup berdua sama lo."

"Itu bukan cita-cita."

"Setidaknya itu yang gue pikirin saat ini."

"Gue laper." Keluh Sara.

"Mau makan apa?"

"Lo suka makan apa? Selain bibir gue."

Aksa terkekeh. "Sate usus." Jawab Aksa.

"Menjijikan."

Aksa kembali terkekeh. "Itu perbedaan kita."

Tiba-tiba Sara meraih tangan Aksa. Cowok itu terkejut dengan perilaku Sara. Sara menautkan jemari tangannya seperti Aksa waktu itu.

"Kenapa?" Tanya Aksa merasa aneh.

"Kenapa?" Tanya Sara balik karna seharusnya Aksa biasa saja. Toh, Sara hanya meniru perlakuan Aksa saat itu.

"Dimana bisa makan sate usus?"

"Kenapa gue ngerasa aneh." Keluh Aksa.

"Kenapa?" Tanya Sara. Aksa mengangkat tangannya yang masih bertaut dengan tangan Sara.

"Lo bilang cinta sama gue, terus kenapa lo bertanya?"

Aksa mengalah. "Lo beneran bisa makan sate usus?" Tanya Aksa. Sara mengangguk.

"Gue akan belajar. Menyukai apa yang lo sukai. Melakukan apa yang lo lakukan ke gue. Dan akan memahami perasaan cinta lo bagaimana bisa sebesar itu ke gue."

Aksa terpana. Lalu tersenyum.

####

Sara terdiam. Aksa menoleh karna khawatir. Mobil sudah terparkir tak jauh dari warung angkringan. Sara merasa mual seketika saat berdiri didepan menu yang ada di angkringan itu.

"Silahkan duduk mbak, mas. Mau pesen apa?" Tanya mamang-mamang penjaga angkringan.

 Mau pesen apa?" Tanya mamang-mamang penjaga angkringan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahi Sara mulai berkeringat. Pandangan matanya sama sekali tak teralihkan dari sate usus didepannya.

"Nasi bakar dua bang." Jawab Aksa.

"Silahkan mas, lauknya ambil sendiri." Ucap penjaga warung itu. Sara masih bergeming. Melihatnya, Aksa berinisiatif membukakan nasi bakar milik Sara.

"Ayo makan. Tadi lo bilang laper." Ucap Aksa. Sara menarik nafas. Sekali lagi mencoba menenangkan diri. Hanya usus. Sara yakin bisa.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang