02. Ikatan Batin

1.5K 137 10
                                    

SMA Bunga Bangsa 19.

Remaja–remaja yang berstatus sebagai anak kembar 7 itu pun telah sampai di gerbang pendidikan terakhir mereka.

"Sudah sampai, Tuan Muda." Ujar sang Supir pribadi mereka.

"Ah, makasih Pak. Bapak bisa pergi sehabis ini." Ujar Gempa lembut.

"Baik, Tuan Muda Gempa." Kata Pak Budi selaku supir pribadi ketujuh BoEl.

Sang supir pergi dari area parkiran sekolah, meninggalkan keenam BoEl dan Halilintar sendirian disana. Halilintar hendak pergi dari sana, namun tangannya sudah lebih dahulu ditahan oleh seseorang.

"Ini udah disekolah, jadi makan sarapan pagi lo Kak. Inget janji lo tadi." Tahan Ice.

Bodoh, mereka pikir gue akan mau menuruti mau mereka gitu?

"Nggak usah bilang kaloh lo mau nolak lagi kan?" Tanya Ice.

"Udah tahu kan jawabannya? Jadi lep–"

"Nggak! Lo harus makan, wajah lo itu pucet banget. Ikut gue sekarang." Kata Ice, seraya menarik tangan Halilintar.

Halilintar yang ditarik secara tiba–tiba pun lantas memberontak. "Lepasin Ice! Gue udah bil–"

"Halah, nggak usah alesan lagi deh Kak. Intinya lo harus makan sekarang juga, inget janji lo tadi adalah hutang bagi kami berenam yang harus lo lunasi sekarang!" Cibir Ice kesal.

Sementara dibelakang sana kelima Boel hanya memandangi Ice dan Halilintar secara diam, enggan ikut campur, biarkan saja Ice yang mengurus hal ini untuk kali ini saja.

Ice masih menarik Halilintar secara paksa sampai masuk kedalam kelas mereka, disepanjang koridor sekolah pun mereka selalu saja menjadi pusat perhatian. Alasan nya? Pasti mereka sudah sangat hafal kenapa Ice dengan kasar menarik tangan Halilintar kekelas.

"Duduk, dan makan!" Titah Ice seraya membuka kotak bekal makanan Halilintar, and Ice juga nggak lupa duduk disebelah kiri Halilintar.

Dan kalian tahu apa yang dilakukan sama Ice sekarang?

Menyuapi Halilintar, namun dibalas dengan sang sulung yang menutup mulutnya rapat-rapat. "Kak, makan!"

"Nggak mau Ice, gue ma–hmmph!" Halilintar yang sedang berbicara pun ternyata kalah cepat dari Ice yang sudah memasuki mulutnya dengan satu sendok nasi dan lauk penuh.

"Makan, atau gue aduin sama Papa, Mama?" Ancam Ice.

Dihh, kerjaan nya ngancemin anak orang mulu.

"Tch, iya–iya gue makan puas? Dasar keras kepala banget kalian semua, dibilangin juga gue ma–"

"Kak, mau gue beliin kaca segede rumah hah?" Geram Solar, apa Kakaknya ini tidak pernah bercermin? Dirinya saja juga keras kepala jika sudah bersangkut–pautkan dengan tubuhnya sendiri.

Ngomong aja gitu terus, muak gue lama–lama.

"Yah udah, ayo buka mulutnya lagi, pesawatnya mau masuk aaak!" Kata Ice yang sudah seperti seorang Papa yang tengah menyuapi putra nya saja.

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang