34. Siapapun, Tolong Jemput Aku

280 43 12
                                    

Halilintar keluar dari gudang dengan keadaan mengenaskan. Tubuhnya banyak dipenuhin oleh luka dan lebam.

Ya, malam ini Rayendra, ralat setiap malam Rayendra selalu saja memukilinya bahkan melukainya, itu semua karna alasan yang sama.

Karena, aduan tidak bener dari adik–adiknya. Bukannya tidak benar, namun keenam remaja licik itu seolah–olah memutar balikan fakta yang terjadi.

Aduan itu sebenarnya beneran terjadi, tetapi bukannya ke mereka berenam namun ke Halilintar lah.

Mana mungkin, Halilintar berani menyakitkan bahkan membentak adik–adiknya. Dia terlalu sayang dengan mereka.

"Shhhh, sakit banget. Papa bener–bener gak main–main mukulin gue tadi."

"Atau memang karna bekas luka yang kemaren–kemaren belum sembuh ya?" Ujar Halilintar.

"Ralat, gimana mau sembuh coba, orang Papa aja nyiksain gue gak pernah berhenti. Bukan Papa aja, tapi mereka juga. Ha...."

"Males banget ngobatin ini semua, gak guna. Gak mempan juga."

"Percuma diobati, kaloh misalnya besok juga bakalan ditambah lagi dengan yang lebih parah."

"Hmm, gue ngantuk, tapi setiap kali gue tertidur pasti bakalan selalu bangun mulu."

"Coba aja sekali tidur gak bangun–bangun kan seneng gue jadinya."

.
.
.

"Papa sama Mama mau kemana sih emangnya?"

"Kami ada urusan mendadak sayang, kami tidak akan lama kok di London."

"Kalian jaga diri kalian baik–baik disini ya?" Kata Sandra seraya mengelus surai anak keenamnya, Thorn.

"Emm, tentu! Kak Tata pasti bakalan jagain kami kok. Tapi Mama sama Papa jangan lama–lama ya perginya? Nanti Thorn kangen lagi," Cemberut Thorn.

"Kami tidak akan lama Thorn, nanti Papa janji akan membelikan mu mainan yang sedang viral di London, kamu mau kan?" Tanya Rayendra membuat Thorn berbinar senang.

"Tentu aku mau, Pa! Belinya yang banyak yaaaaa!" Seru Thorn girang.

"Papa?"

"Ada apa Gempa?"

"Jika Papa dan Mama pergi, lantas mau kita apakan dia?" Tanya Gempa.

Rayendra menatap putra ketiganya itu, lalu kembali berujar. "Ya, kalian bisa bermain dengannya sepuas yang kalian mau. Jika dia berbuat kasar bahkan sampai membuat kalian marah kalian bisa melukainya sesuka kalian,"

"Tenang saja, sepulang dari London Papa akan mengasih anak itu hukuman jika dia berani menganggu kalian."

"Kalian tidak perlu cemas," Ujar Rayendra membuat Gempa mengangguk.

"Jadi.... Jika aku menjadikanya kelinci percobaan ku apa tidak apa–apa, Pa?" Tanya Solar yang tiba–tiba saja datang dari arah belakang.

Rayendra tersenyum. "Lakukan apapun yang kau mau Solar dengan dia. Papa tidak akan melarang mu, kecuali jika anak itu bisa mengembalikan Lunar kesini, mungkin Papa sama Mama masih bisa menganggap dia kembali."

Dan itu, mustahil akan terjadi. Memangnya anak sialan seperti dia mampu membuat nyawa anak ku kembali?

Oh Tuhan, kenapa tidak dirinya saja yang mati disaat itu? Atau paling tidak apakah kau tidak bisa menukarkan nyawa nya dengan nyawa anak bungsu ku?

F u B

"Shhh, Sol--ar ini... Ini sak--it, bi--sa kah kau berhenti?" Titah Halilintar meringis menahan rasa sakit.

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang