15. Dia Berlian Bukan Sampah

833 89 11
                                    

FUB

"Bagaimana keadaannya sekarang, Dok?"

"Keadaan pasien sudah cukup membaik, hanya saja masih sedikit lemah untuk sekedar berbicara atau melakukan apapun. Saran saya jangan terlalu menanyakan beberapa hal dulu, kepada pasien. Biarkan Kevlon beristirahat untuk beberapa Minggu,"

"Pola makan dia, jam tidur dia, waktu minum obat dia juga harus dijaga dengan baik, agar bisa lekas sembuh. Dan juga kaloh bisa jangan membuat Kevlon stres secara tiba–tiba. Takutnya, keadaan nya malah tiba–tiba anjlok kembali." Jelas Dokter Rissa.

Sandra mengangguk mendengarnya. "Pasti, Dok. Saya akan pastikan semua yang Dokter katakan akan saya lakukan,"

"Jika, begitu saya izin pamit keluar dari sini. Ada beberapa pasien yang harus saya urus. Jika ada apa–apa panggil saya atau Dokter Ayandra saja." Kata Dokter Rissa, membuat mereka yang ada disana mengangguk.

Selepas kepergian Dokter Rissa tadi membuat Sandra selangkah lebih maju untuk mendekati Halilintar yang tengah tertidur.

Tangan lentiknya, beralih mengambil tangan kekar milik Halilintar yang dipasang selang infus itu. Menggenggam erat tangan itu, mencium nya berkali–kali, dan berakhir Sandra menaruh tangan itu pada pipinya yang basah, oleh air mata miliknya.

"Thank you for holding on until this moment, darling." Katanya dengan rintikan air mata yang jatuh menemani tiap baris kata yang terlontar dari mulutnya.

"Maafin Mama sayang. Mama gagal menjadi seorang Ibu buat kamu. Mama gagal ngasih apa yang jadi hak kamu. Mama yang buat kamu kehilangan seluruh harapan kamu. Mama yang buat kamu kehilangan masa kecil kamu. Mama yang udah buat kamu kehilangan kebahagiaan kamu. Mama yang udah buat kamu ngerasain semua ini,"

"Mama gagal. Mama gak pernah berhasil jadi Ibu yang baik untuk kalian. Mama gak pantes dapet anak sebaik kamu. Kenapa kamu lebih memilih lahir dari rahim, Mama ketimbang lahir dari rahim wanita lain? Wanita yang bisa nerima kamu apa adanya,"

"Oma kamu benar sayang. Kamu itu berlian, gak pantes di buat seperti sampah. Mau kamu dirusak, suatu hari nanti, berlian yang telah dibuang itu akan kembali lebih menyakitkan saat kita menemukan nya lagi."

"Kamu boleh benci, Mama. Kamu boleh benci Papa kamu. Kamu boleh ngeluh sama Tuhan, tapi jangan sampe buat diri kamu rugi sendiri, Kevlon."

"Karna pada dasarnya kamu gak pernah salah disini, kamu itu cuman korban kami aja, Nak." Sandra berucap panjang, seraya mengelus surai anaknya.

"Nak, kaloh kamu denger ini cepet siuman ya? Mama mau dengerin cerita kamu, cerita hidup kamu yang selalu abu–abu karna ulah Mama sendiri,"

"Mulai detik ini, Mama janji bakalan buat abu–abu itu menjadi lebih berwarna dihidup kamu, Mama janji, sayang." Kata Sandra dengan air mata yang masih meluruh dari matanya. Sementara disampingnya ada Rayendra yang sedang mengusap–usap punggung Istri nya.

"Kita yang gagal. Bukan cuman kamu aja. Udah ya, jangan nyalahin diri kamu lagi, atas kesalahan kita dulu,"

"Kita belajar dari kesalahan untuk lebih baik dikedepannya. Kamu aku, adalah orang tua yang gagal pada fase masa kecil nya, namun kita akan menjadi orang tua yang lebih baik lagi di fase dia saat remaja ini," Ujar Rayendra seraya menatap hangat Sandra yang juga menatap nya dengan mata sembab nya.

"Iya, aku tau itu. Mengulang dari kesalahan agar menjadi lebih baik lagi,"

Sementara itu, pada pojok ruangan kamar ICU itu, terlihat seseorang remaja yang tidak terlihat sama sekali. Inilah bagian dari kehidupan manusia. Manusia itu selalu saja ada dalam fase ini, dan sulit sekali untuk keluar dan mencari jalan keluar dari fase ini,

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang