36. Gundah

272 35 26
                                    

Halilintar menatap sendu keenam adiknya yang sedang asyik bermain di taman belakang rumah.

Dulu, dirinya juga pernah disana. Dulu, dirinya paling tidak boleh di lupakan untuk ikut kedalam acara bermain mereka, tapi sekarang apalah boleh buat, semuanya sudah berbeda.

"Ha.... Kalian ingkar janji pada ku, bukankah kalian yang menyuruh ku untuk berjanji akan tetep bersama kalian?"

"Tapi kenapa kalian yang meninggalkan ku sendirian disini?"

"Sepi, ahahaa."

"Dek, gak ada niatan buat meluk Kakak gitu? Kakak kedinginan disini.... Aku butuh pelukan kalian, kasih sayang kalian, aku membutuhkan itu semua saat ini."

"Tapi kenapa kalian pergi dari kehidupan ku?" Halilintar menatap lagi kearah mereka yang tengah berpelukan, kali ini bukan dia yang menjadi panutan.

Bukan di Kakak yang paling mereka sayangi. Bukan dia Kakak yang diberikan pelukan hangat oleh adik–adikknya.

Dan bukan dia lagi yang jadi rebutan seluruh saudaranya. Semua itu sudah diambil alih oleh Taufan.

"KAK UPAN IH KOK CUMAN PELUK KAK GEM DOANG SIH, KITANYA GAK DIPELUK KAH?"

‘Kak Elon huaaaa kok Kakak cuman meluk Kak Aru doang sih?! Kan Filan juga mau dipeluk!’

"Ahaha, kalian cemburu ya? Gempa ini adalah adik yang paling aku sayangi sekarang!"

Taufan itu adalah adik kesayangannya Kak Elon ya kan Kak?’

"Ihhh! Gak bisa gitu dong!"

‘Enggak mau tau pokoknya Kak Elon harus adil huuum!’

Halilintar terhenyak. Kalimat yang hampir sama dengan orang yang sama tapi... Dengan penerima yang berbeda.

"Kuharap suatu hari nanti kita bisa berkumpul lagi, aku rindu kalian."

.
.
.

Oma?”

“Hm?”

“Oma gak ada niatan gitu buat masuk ke mimpi mereka? Maksud aku seperti Oma memberikan mereka sebuah ancaman, Oma...”

“Aku kasihan ngeliat Kak Elon kayak gitu,” Kata Lunar.

Mesya menghela nafasnya gusar. “Oma sebenarnya bisa saja melakukan itu Lunar, tapi semua nya butuh waktu, Oma mau mereka menyesali perbuatan mereka.”

“Oma akan datang kedalam mimpi mereka jika sudah waktunya. Kamu tidak perlu khawatir oke?”

“Emm, oke Oma aku hanya takut aja Kak Elon kenapa–kenapa...” Gumam Lunar.

“Hey, Lunar, Kakak mu itu kuat, Oma yakin dia pasti bisa bangkit dalam keterpurukan nya. Kita disini hanya bertugas untuk melindungi nya dari jauh.”

“Oma benar, Halilintar Kevlon Rayendra itu kuat, dia adalah orang berhati bersih dan suci yang pernah aku temui. Dia adalah Kakak ku. Aku yakin dia pasti bisa memiliki alur cerita yang indah!”

.
.
.

"Kakak?"

"Apa?"

"Thorn bosan..."

"Kau mau bermain dengan dia? Jika mau, main lah sana Kakak tidak keberatan."

"Hmm, boleh juga ide mu, Kak. Tapi aku harus apakan dia?"

"Lukai saja sesuka hatimu, Thorn. Tidak akan ada yang memarahi mu. Dan berhentilah bersikap polos didepan ku, kau terlihat menjijikkan Thorn," Taufan merinding memandangi Thorn yang tersenyum smrik.

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang