31. Rumahnya, Telah Pergi

277 37 3
                                    

Yang kekal didunia maupun diakhirat hanya pahala. Bukan manusia, bukan waktu, bukan seseorang yang kita cintai, bukan juga diri kita sendiri.

FUB

"Omaa..." Panggil Halilintar dengan mata berkaca–kaca melihat Mesya yang terbaring lemah di kasur nya.

Mesya tersenyum sendu menatap cucunya itu. "Sini, sayang jangan disitu." Pinta Mesya.

Halilintar hanya menurut. Dia bejalan mendekati Mesya. "Oma?"

"Iya?"

"Oma oke? Oma gak papa kan?" Tanya Halilintar menatap Mesya khawatir.

Mesya mengangkat tangannya, mengelus surai cucunya itu. "Oma gak papa sayang, Oma cuman kecapekan aja."

"Kenapa kecapekan harus ada mimisan dan pingsan nya Oma? Oma demam atau sakit sesuatu Oma?"

"Oma gak sakit apapun sayang, Oma mungkin hanya kecapekan karna banyak pikiran."

"Udah, kamu jangan mikirin Oma terus ya? Kamu cukup mikirin urusan sekolah kamu aja ya. Sekolah baik–baik buat masa depan kamu. Kamu juga gak perlu mikirin kata–kata Mama, Papa adek–adek kamu bahkan omongan orang lain."

"Kamu cuman cukup belajar aja sayang. Mereka kayak gitu pasti ada alasannya. Jangan terlalu dipikirin ya?"

"Oma bakalan selalu ada disisi kamu."

Tapi... Gak selamanya, Elon.

Halilintar tersenyum, dia mengecup tangan keriput itu. "Oma janji ya sama Elon, harus selalu ada buat Elon. Elon cuman punya Oma didunia ini."

"Elon bertahan disini juga karna Oma. Kaloh Oma pergi, itu berarti rumah Elon juga pergi. Elon bisa sampe sini karna Oma."

"Kaloh misalnya Oma pergi, terus siapa dong yang bakal belain aku didepan orang rumah? Cuman Oma yang peduli sama aku disini."

"Cuman Oma yang nganggep aku ada semenjak kejadian itu."

"Aku ...."

"Aku gak tau lagi gimana kedepannya jika suatu hari nanti Oma udah gak sama aku lagi. Aku pasti bakalan ngerasa ada yang kurang dari diri aku."

Mesya terdiam. Air matanya mengalir mendengarkan ocehan cucunya itu.

Seharusnya kamu gak perlu ngerasain ini semua Halilintar. Kamu masih kecil gak seharusnya kamu berada dalam kondisi ini.

Ya Tuhan, panjangkan lah umur ku, agar aku bisa merawat dan membesarkan cucu ku.

Cuman aku rumahnya tuhan, jika aku pergi nanti siapa yang akan menjadi rumahnya? Siapa yang akan menjadi tempat sandaran nya?

Siapa lagi tuhan, jika bukan diriku?

"Omaa? Oma kok nangis sih," Tanya Halilintar menatap buliran air mata Mesya.

"Oma gak nangis kok sayang! Oma cuman terharu aja ngeliat kamu udah ngerti semuanya. Padahal... Kamu masih kecil, gak seharusnya kamu dewasa pada masa kecil kamu."

"Ya udah, pokoknya Oma janji bakalan selalu ada buat kamu. Oma gak bakalan pergi duluan kok! Oma bakalan selalu ada buat kamu."

"Janji ya Oma?" Tanya Halilintar membuat Mesya mengangguk.

.
.
.

"Kamu lihat Halilintar, kamu lihat kan sekarang betapa sial nya kau dalam keluarga ini!"

"Istri saya meninggal gara–gara selalu berada didekat mu. Apa yang telah kau perbuat hah dengan Mesya sampe dia meninggal hah?"

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang