27. Pesan Terakhir

372 49 1
                                    

Suara dentuman kaki berlari beradu dengan sangat cepat disetiap koridor rumah sakit.

Ada yang mukanya, panik, menangis, takut, cemas, dan juga ada sebagian orang memandangi mereka dengan tatapan aneh.

"Suster, saya boleh tau dimana ruangan atas nama Lunar Calendar Rayendra dan Halilintar Kevlon Rayendra?" Tanya Sandra panik dengan air mata yang tak henti–hentinya keluar dari matanya.

"Ah, pasien korban kecelakaan dijalan Shirothol Mustaqim sedang berada di unit UGD dilantai satu koridor B, Buk, Pak." Jawab Suster administrasi itu.

"Baiklah, kaloh begitu terima kasih atas informasinya." Kata Rayendra lalu berlari pergi menyusul Sandra dengan secepat mungkin.

Sayang, bertahan ya? Tunggu Mama. Mama bakalan datang buat kalian, kalian anak kuat, Batin Sandra penuh ketakutan.

"SANDRA! hey tunggu dulu!" Rayendra sudah lebih dari 20 kali meneriaki namanya, namun tetap saja tidak ditanggapi oleh Sandra.

.
.
.

"Lunar.... Kakak mohon kamu bertahan ya, Dek?"

"Kenapa kamu harus nyelamatin, Kakak sih, Dek?"

"Kenapa kamu gak biarin Kakak aja yang ada didalam sana? Kenapa harus kamu? Kenapa Dek?"

"Maaf... Maafin Kakak Lun, Kakak gagal. Hiks..."

Ya Tuhan, selamatkan lah adek hamba... Jangan ambil nyawanya. Ambil saja nyawa aku, aku ikhlas ya Allah.

"Halilintar!" Teriakan seseorang membuat Halilintar menoleh kearah samping. Ternyata itu Sandra, Rayendra dan beberapa keluarganya yang lain juga ada disana.

"Nak, dimana adek kamu? Gimana keadaan nya? Kenapa bisa jadi kayak gini?" Tanya Sandra dengan cepat berlutut didepan Halilintar yang masih setia menangis.

"Lunar, ada di–"

"Permisi dengan keluarga pasien Lunar Calendar Zirgan?"

"Iya, Pak. Ini kami sendiri, bagaimana–"

"Kami mohon maaf sebelumnya, tapi pasien tidak bisa kami selamatkan. Pasien terlalu lama mengeluarkan banyak darah. Andai kata pasien bisa dibawa secepat mungkin, mungkin pasien masih bisa kami selamatkan."

Deg

"Mohon agar diikhlaskan kepergian nya. Pasien masih didalam sana." Setelah mengatakan itu, sang Dokter yang ditemani Suster tadi pergi dari pintu depan UGD.

Membiarkan Sandra yang terduduk lemas. Rayendra yang terdiam. Serta Halilintar yang hanya mampu memandangi pintu UGD.

"Enggak..... Semua gak bener kan? Lunar anaknya Mama masih hidup kan? Ini bohong kan?"

"Ini pasti cuman prank aja kan?" Sandra bangkit dari acara duduknya. "Iya! Ini semua pasti cuman prank aja kan! Lunar pasti ada didalam! Lagi ketawa–ketawi karna dia berhasil nipu kita semua!" Kata Sandra lalu berlari masuk kedalam ruangan UGD.

"Ya Allah Sandra! Tunggu!" Setelah beberapa saat terdiam diluar, mereka semua akhirnya masuk kedalam ruangan UGD itu.

Pemandangan yang dapat mereka lihat hanya satu. Seseorang yang terbaring lemas, dengan bibirnya yang pucat. Seragam putih–merahnya yang terkena noda darah. Dan luka lecet dibeberapa bagian tubuhnya.

"Lunar, hey? Anak Mama kok tidur terus sih? Ayo bangun, jangan bikin Mama sedih. Kamu pasti cuman lagi ngeprank Mama sama yang lain aja kan?"

"Ayo bangun, Nak. Jangan kayak gini. Prank kamu cukup sampai sini aja. Mama udah nangis lho, prank kamu udah berhasil, Nak."

"Jadi ayo bangun!" Kata Sandra dengan berderai air mata.

"San, ikhlasin ya? Ini semua nyata. Gak ada niatan buat ngeprank kita semua. Kamu liat sendiri kan ada beritanya?" Kata Rayendra seraya mengelus punggung kecil milik Sandra.

"Enggak Mas, ini semua gak nyata. Mereka cuman–"

"Sandra," Mesya berjalan mendekati menantunya itu. Lalu meraih tubuh itu untuk masuk kedalam dekapannya. "Ini nyata Nak. Ini semua udah jadi takdir tuhan."

"Apapun yang namanya takdir pasti akan ada sakit, dan bahagianya. Ada sedihnya, ada senangnya, ada pertemuan, ada perpisahan."

"Kamu harus ikhlas ya? Biarin anak kamu menjelajahi isi alam lain,"

"Nanti kan pasti kita bakalan ketemu lagi sama dia, sekarang, yang kamu perlu lakukan cuman satu. Yaitu ikhlas."

"Gak bisa, Bun. Aku.... Aku gak mau kehilangan anak aku, aku sakit Bunda."

"Bunda tau kan seberapa sakitnya perjuangan aku dulu waktu melahirkan mereka? Demi mereka bisa melihat dunia?"

"Aku bertarung nyawa untuk menyelamatkan anak–anak aku. Aku gak mau dia pergi, sebelum aku yang pergi duluan," Lirih Sandra.

"Bunda tau itu Sandra. Bunda juga pernah ada diposisi kamu. Tapi, yang namanya ajal kan kita gak pernah tau. See, ikhlasin anak kamu ya?"

"Nanti dianya malah sedih lagi ngeliat kamu kayak gini," Ucap Mesya namun masih tak direspon oleh Sandra. Yang sekarang hanya mampu memejamkan matanya.

Sementara itu, Halilintar hanya mampu terdiam di samping tubuh adiknya.

Memandangi tubuh itu dengan tatapan kosong.

Jadi... Pergi yang kamu maksud ini ya, Dek?

Kenapa kamu harus pergi ninggalin Kakak?

Kenapa gak Kakak aja yang pergi? Kenapa harus kamu?

Pasti sakit ya? Kakak minta maaf ya. Kakak gagal.

Lagi dan lagi, isi otak Halilintar memutarkan beberapa pesan terakhir yang sempat Lunar sampaikan pada dirinya.

'Ka--kak aku gak papa kok. Kakak jangan nangis dong! Kakak harus senyum.'

'Aku nyelamatin Kakak ikhlas kok. Setelah aku pergi dari sini, Kakak harus terus bahagia ya sama yang lain! Kejar impian Kakak yang masih panjang itu, katanya, Kakak mau jadi seorang Dokter kan? Kaloh gitu ayo berjuang!'

'Kakak berjuangnya sama yang lain aja ya? Soalnya waktu aku udah habis disini. Nanti janji ya sama aku harus selalu tersenyum diapapun keadaannya Kakak!'

'Sekarang Kakak paham kan, apa maksud aku izin pergi menjelajahi dunia lain selain bumi pagi tadi?'

'Kaloh gitu aku pamit ya, nanti kita.... Ketemu lagi..... Di surga nya Allah.'

Halilintar hanya mampu tersenyum hambar dengan beberapa pesan terakhir dari adiknya itu.

Dek, asalkan kamu tau, kepergian kamu membuat dunia kami hancur seketika. Seakan–akan bola lampu dunia kami telah putus untuk selamanya, dan gak bakalan bisa hidup kembali. Sama seperti kamu.

Selamat jalan Rajanya Kakak, nanti ceritain ya sama Kakak gimana perjalanan kamu ke surga nanti.

Tidur lah, selamanya..... Malam kamu akan selalu jadi malam terus. Siang kamu sudah pergi dari hadapan kamu.

Maaf. Maafin Kakak karna Kakak gagal untuk yang pertama kalinya.

•••••

Nangis tuh enggak. Ketawa pasti iya.

Mau lanjut gakk?

By : @AqueeneIntan.

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang