04. Pesan Dari Lunar

1.1K 109 14
                                    

HAPPY READING–

Langkah kaki jenjangnya terdengar ditengah malam, seorang remaja laki–laki tengah berdiri tegak didepan pohon akasia yang berada dihalaman belakang rumahnya.

Ia memejamkan matanya, membiarkan semilar angin malam menerpa kulit putihnya dan menerpa rambutnya yang lembut. "Lo, bilang akasia adalah tempat favorit lo kan, Len? Terus kenapa lo harus pergi ninggalin tempat ini buat selama–lamanya?" Gumam pemuda itu seraya menarik nafas gusar.

Ia tersenyum tipis saat air mata hendak keluar dari matanya. "Cengeng," Katanya pelan, lantas ia mulai mengambil sebuah benda kecil dari saku piyama nya.

"Ketemu sama lo mulu benda tiap malem." Ujar nya, dengan senyum smrik diwajahnya. Lantas mulai melepaskan sarung kecil yang membalut benda runcing kecil itu.

"Bantuin gue tenangin diri malem ini ya? Dengan cara ..."

"Hurt yourself." Gumam nya dengan senyum tipis yang mengembang diwajahnya dengan mengayunkan benda kecil tajam yang sedari tadi Halilintar pegang ke tangannya.

Sret!

"Shhit up!" Latahnya saat benda itu berhasil membuat kulit tangannya terkelupas begitu saja, dengan cairan merah pekat yang mengalir disepanjang luka tersebut.

"Dengan gini gue agak legaan dikit. Emang ya ternyata obat depresi gue cuman satu. Yaitu nyakitin diri gue sendiri aja udah bikin gue senang." Kata Halilintar seraya memejamkan matanya, ia membuka nya kembali lalu memandangi langit malam yang tidak ada bintangnya sama sekali.

"Yang berkorban disini seharusnya gue Len, bukan lo. Gue payah jadi Kakak kembar lo." Gumam Halilintar dengan rintikan air mata yang terjun begitu saja dari matanya.

"Pergi tanpa dijemput itu seru gak ya?" Tanyanya pada dirinya sendiri seraya menatap lekat pisau kecil yang masih Halilintar pegang sedari tadi.

02. Forgive Us Brother.

Solar berlari tunggang–langgung guna mencari keberadaan Halilintar. Matanya menyapu ke sekeliling taman rumahnya guna mendapatkan sosok yang ia cari. "Anjir, Kakak gue ngilang nya cepet banget bego. Gak mungkin kan dia jelmaan ninja Hatori?" Kata Solar cengo.

Solar kembali melirik tepat pada pohon akasia dan disitulah matanya tak sengaja menangkap sosok bayangan yang ia cari beberapa menit ini. "Itu Kak Elon, kan? Ngapain dia malem–malem gini ke pohon akasia?" Tanya nya bingung.

Tanpa basa–basi lagi Solar melangkahkan kakinya untuk bergerak menuju tempat Halilintar berada.

Feeling gue kok gak enak ya?

Puk!

Satu tepukan dibahunya membuat Halilintar tersentak langsung menoleh kaget. "So--Solar?!" Halilintar membulatkan matanya, kala ia tak menyangka jika ada seseorang yang terbangun dan mengikutinya sampai disini.

Solar menautkan satu alisnya saat melihat wajah Halilintar yang ketakutan saat dirinya kejutkan tadi. "Kenapa? Kok lo kayak ketakutan gitu? Gue kan cuman nepuk punggung lo." Tanya Solar mengintimidasi.

"Terus, benda apa yang lo pegang itu?" Tanya Solar seraya menunjuk benda yang berada dalam genggaman Halilintar itu.

Halilintar tersentak kaget saat Solar dengan matanya yang jeli memerhatikan tiap seluk–beluk tubuhnya dari atas sampai bawah. Dengan cepat Halilintar menyembunyikan pisau kecil ditangan nya itu.

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang