14. Human Subconscious

852 99 16
                                    

SIAP BUAT NGESCROLLLLL SAMPE HABIS GAK?!

DUKUNG HALILINTAR HIDUP ATAU MATI NIH?

-----

"Shhh.. awh!" Ringisan kecil terdengar dalam ruangan serba putih itu. Tangan lentik yang di infus itu meremas kening kepalanya yang terasa pusing.

"Mama?" Suara familiar terdengar. Membuat wanita dengan pandangan yang masih mengabur itu menoleh kesamping kanannya.

Taufan. Iya, pemandangan yang pertama kali dirinya lihat, cuman ada Taufan disana. Tidak ada kelima adiknya, Rayendra, bahkan ... Halilintar saja tidak ada disana.

"Ta--Taufan, Mama kenapa bisa ada disini?" Tanya Sandra yang mencoba ingin duduk, namun langsung ditahan oleh Taufan.

"Jangan duduk dulu, Ma. Mama kan habis bangun dari pingsan," Cegah Taufan khawatir.

Sandra mengeriyit heran mendengarnya. "Mama pingsan? Kok bisa? Karna apa, Taufan? Mama sama sekali gak inget apa–apa. Yang Mama inget Mama tadi cuman mimpi buruk,"

"Mimpi buruk? Maksud Mama?" Taufan mengigit bibir bawah nya pelan. Menahan tangis yang hendak keluar.

"Iya.... Tadi Mama mimpi kaloh operasi, Kakak kamu itu berhasil, tapi 5 menit setelah usai, keadaan nya makin melemah dan akhirnya..." Sandra terdiam, tidak tau harus melanjutkan kata apa. Mulut nya terasa keluh hanya sekedar untuk menjelaskan saja.

Entah kenapa, walau wanita itu yakin, itu hanyalah sebuah mimpi buruk saja, tapi kenapa sakit masih terasa sampai saat ini? Bahkan Sandra juga ingin menangis. Seolah–olah semua ini terasa nyata baginya.

"Udah, Ma. Gak perlu Mama lanjutin ya cerita nya, kaloh Mama gak sanggup."

Taufan lebih gak sanggup ngeliat Mama kayak gini. Bahkan sampai gak rela nya Kak Elon pergi, Mama malah bilang semua itu hanya ... Mim--pi. Padahal itu kenyataan nya, Ma.

Sandra kebingungan melihat Taufan yang tiba–tiba saja menangis, hebat. Bahkan memeluk dirinya erat. "Daru? Kenapa kamu nangis, sayang?" Tanya Sandra kaget, namun meski begitu, dirinya tetap mengusap anak rambut milik Taufan.

"Dimana Papa kamu sama adek–adek kamu yang lain, Taufan?" Sandra kembali bertanya, seraya matanya melirik ke arah jam dinding yang terletak pada atas pintu masuk kamar rawatnya.

16.21 PM.

Sandra tersenyum melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Itu artinya, operasi Halilintar telah selesai pasti, kan?

"Sayang, udah dong jangan nangis lagi." Sandra mengangkat kepala Taufan, menghapus luruh yang keluar dari mata sapphire itu.

"Gimana kondisi Kakak kamu sekarang? Sekarang operasi dia udah selesai, kan? Kita liat Kakak kamu yuk ke–"

"Mimpi Mama.. tadi gak pernah jadi halusinasi, Mama. Semua itu nyata terjadinya, Ma. Bahkan Mama pingsan juga gara–gara mendengar penjelasan Dokter Ayandra sama Dokter Rissa tadi." Taufan mencoba menjelaskan, dengan bibir bahwa yang sengaja dirinya gigit.

Sandra tertawa pelan, menganggapi lelucon anak keduanya. "Hahah, lelucon kamu gak lucu, Taufan. Jangan coba nge–"

"Taufan gak bohong, Ma! Sadar akan kenyataannya! Kak Elon udah gak ada! Semua itu benar terjadinya, sekarang Papa, sama yang lain lagi ada diruang rawat Kak Elon. Mereka minta Taufan disini, buat temenin Mama." Sunggut Taufan dengan nada yang ditinggikan.

"Enggak.. kamu pasti bohong, Kakak kamu itu pasti selamat, Daru.." Tetes air mata keluar disana. Tangan lentik itu bergetar seraya menutup mulutnya. Menangis dengan penuh rasa sakit.

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang