13. Berhenti Berdetak

853 104 21
                                    

"Andani, Calris, Opa titip Kevlon sama Kinan sama kalian ya? Tolong juga suapin mereka, buat makan siang, ya."

"Siap, Opa! Opa tenang aja kami bakalan pastiin duo bocil ini bakalan makan," Ujar Frost Fire yang mampu membuat Halilintar dan Voltra menatap tajam dirinya.

"Opa tenang aja, mereka bakalan beres kok sama kami. Kalian gak perlu mikirin mereka, lebih baik kalian isi perut kalian itu, udah hampir sore nih," Kata Petir yang melihat jam tangannya.

Mereka mengangguk, mengiyakan apa yang dikata oleh cowok dengan jaket kulit hitam itu. "Ya udah, kaloh gitu kami tinggal dulu ya? Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," Balas keempat cowok itu.

Sepi.

Sekarang hanya menyisakan mereka berempat disana. Suasana canggung mulai terasa.

Sret!

Decitan kursi yang didorong terdengar. Terlihat Frost Fire yang mulai duduk di kursi yang telah dirinya dorong, dengan semangkuk bubur hangat berada ditangannya.

"Nan, lo makan ya, gue suapin. Lo inget kan apa yang dibilang Opa tadi?" Ujar cowok itu membuat Voltra mengangguk patuh.

Sementara itu Petir yang tidak ingin kalah pun, langsung menarik kursi yang berada disisi kiri brankar Voltra. Cowok itu sekarang tengah duduk didepan wajah Halilintar tentunya dengan semangkuk bubur ditangan cowok itu.

"Ngapain?" Tanya Halilintar saat melihat Petir mengangkat satu sendok bubur keudara, yang siap masuk kemulutnya kapan pun saja.

"Nyuapin elo lah, lo pikir gue mau ngapain, hah?" Cowok itu menghentikan ucapannya sejenak, lantas memandangi dua remaja yang tengah memandangi dirinya dan juga Halilintar. "Lo gak lupa kan, kaloh misalnya Opa nyuruh kita berdua buat nyuapin lo sama Kinan makan, dan gue sama Calris lagi ngelakuin hal itu. Amanah kami, sesuai janji yang kami buat tadi," Petir menunjuk kearah Voltra yang tengah makan, tentunya disuapi oleh Frost Fire Calris Refandro.

Halilintar menatap Petir datar. "Makan aja sendiri, gue masih kenyang," Tolaknya.

"Kenyang? Tapi kata Ice tadi ngomong sama gue lo belum sama sekali makan siang lohh," Sindir Voltra.

"Makan siang sama sarapan pagi itu beda," Timbal Frost Fire.

"Oh ya? Bukannya Ice juga bilang ya, kaloh dia belum makan apapun dari pagi, cuman makan angin doang katanya sih gitu." Kali ini, pemuda dengan nama lengkap Petir Adnani Rekandra mulai mengikuti alur kedua sepupunya itu untuk menyidir Halilintar yang kini hanya diam saja.

"Waduh, itu ya, yang katanya udah ken–"

"IYA, IYA! GUE MAKAN, PUAS LO PADA HAH?!" Halilintar berteriak kesal. Bahkan wajahnya pun ikut memerah padam saat ini.

Ketiga biang kerok itu akhirnya tersenyum licik mendengarnya. "Gitu dong, dari tadi kek." Ujar Petir. Sementara Halilintar hanya mendengus kesal mendengarnya. "Ayo buka mulut nya, pesawat terbangnya siap lepas landas, aak!" Dengan satu suapan satu sendok bubur itu masuk dengan mudahnya kedalam mulut Halilintar. Menjelajahi setiap, seluk–beluk mulut Halilintar.

Ketiga cowok itu hanya mampu tertawa kecil melihat tingkah Halilintar yang memang sangat lucu. Pantas saja keenam biang keladi itu sering sekali menjahili Halilintar. Ternyata, memang seseru itu!

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang