03. Dinding Penghalang Persaudaraan

1.2K 110 24
                                    

Ruangan penuh dengan warna putih, bau obat yang menyengat layak nya dirumah sakit, tapi tidak terlalu bau seperti yang berada dirumah sakit.

Yah, disini lah Halilintar, Solar dan kelima BoEl lainnya berada, disalah satu fasilitas sekolah jika ada beberapa murid yang sedang sakit atau terluka secara mendadak, tempat ini adalah UKS.

Dan aku tau kalian pasti nya tidak terlalu asing dengan tempat itu, karna aku tau kalian juga sering masuk kedalam ruangan khusus kesehatan itu.

"Nah udah, lain kali jangan gitu lagi ya. Darah lo itu lebih mahal dari emas." Tegur Solar yang baru saja selesai mengobati tangan kiri Halilintar.

"Ya, kaloh udah namanya hobi nggak bisa, dihilangin gitu aja." Tekan Halilintar pelan, namun masih bisa didengar dengan jelas oleh keenam BoEl.

"Hoba, hobi, hoba, hobi apaan yang nyakitin diri nya sendiri?! Itu mah bukan hobi namanya! Itu namanya lo nyiksa diri lo sendiri, Halilintar!" Sahut Blaze kesal.

"Nggak cuman gue aja yang punya hobi aneh kayak gini, orang lain diluaran sana juga pasti sama kan?"

"Jika mereka gak bisa melampiaskan amarah atau sedih mereka kepada orang lain, kenapa nggak melampiaskan nya ke diri mereka sendiri coba? Kan nggak nyakitin orang lain dan nggak ngeru–"

"Iya, nggak nyakitin dan ngerugiin orang lain, tapi ngerugiin diri lo sendiri Kak! Nyakitin diri lo sendiri Kak itu namanya!" Potong Ice berseru kesal.

"Terserah, lagi pu–"

"Udah, nggak ada hobi–hobi aneh kayak gitu lagi, mending gue saranin deh entar pulang sekolah kita–lo ke taman yang sering kita datengin pas kecil dulu," Potong lagi Taufan.

"Gue–"

"Nggak nerima penolakan," Taufan menyambung kata–kata lain dari yang hendak diucapkan oleh Halilintar.

"Ta–"

"Udah, nurut aja deh Kak. Ini juga demi kebaikan lo juga tau," Datar Blaze.

Halilintar terdiam, memandangi keenam adiknya, lantas ia hanya mengangguk pasrah. Jika sudah seperti ini, apa yang bisa Halilintar coba?

Adik–adiknya akan sangat memaksa dirinya untuk ikut dengan mereka jika ia semakin menolak tawaran dari mereka berenam.

Mereka nggak pernah berubah dari dulu sampe sekarang, masih aja sama. Sama–sama keras kepala semua.

⁽⁽◝( •@Rell• )◜⁾⁾

Disini ketujuh Kakak–beradik itu berada sekarang, disebuah taman bunga yang indah. Disetiap sudut taman memiliki kenangan masing–masing.

Halilintar tersenyum tipis saat melihat beberapa sudut taman yang penuh dengan kenangan indah nya dulu, tawa nya, senyum nya, kebahagiaan nya, keharmonisan nya, semuanya tercipta dan masih tertera jelas ditempat penuh makna ini.

Tempat dimana, saksi bisu semua kebahagiaan Halilintar dan para adiknya, terbuat begitu saja. "Taman ini nggak pernah berubah ya? Dari dulu sampai sekarang." Kata Gempa tersenyum hangat.

"Hu'um! Thorn sangat ingin berterima kasih, ke orang yang telah mau merawat taman yang berisi dengan kenangan masa kecil kita ini!" Sahut Thorn gembira.

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang