39. Racun Dan Obat Kadaluarsa

458 46 8
                                    

"ENGGAK JANGAN!" Teriak keduanya, dengan reflek Ice langsung membuang serpihan kaca yang berada di tangan Halilintar, sementara Solar sudah menangis sambil memeluk Halilintar.

Halilintar sendiri terkejut mendengar teriakan mereka berdua, oh ayolah sejak kapan mereka berdua ada disini? Apa mereka menguping seluruh keluhan Halilintar tadi?

Dan apa–apaan Ice, kenapa dia langsung membuang serpihan kaca yang berguna itu? Kenapa juga Solar harus memeluk nya sangat erat sambil menangis? Dan sekarang...... Ice menatapnya tajam dengan air mata yang mengalir dari manik aquamarine miliknya.

"Lo gila, Kak?!" Maki Ice kesal terlihat maniknya menatap kecewa pada manik Ruby dihadapannya itu.

"Gue, gila? ahahahha." Halilintar tertawa hambar dengan wajah datar nya memandangi Ice lekat, lalu melepaskan pelukan terlalu erat dari Solar.

"Gue yang gila atau kalian yang gila selama ini, hm?" Tanya Halilintar dengan wajah sumringah. Ice dan Solar terdiam mendengar ucapan Halilintar.

"Dulu, ada anak kecil yang tidak tau apa–apa tapi disalahkan karna kecerobohan yang tidak pernah dia buat. Disiksa, dimaki, dijadikan mainan layaknya dia raga tanpa jiwa. Layaknya dia adalah binatang yang harus dimusnahkan,"

"Bukannya menjaga dia malah ditelantarkan. Darah, sakit, trauma, rusak, itu menjadi memori kelam yang akan selalu anak itu ingat. Dia selalu berharap agar keluarganya mau menatap nya lagi, namun naas nya semua harapan itu hanya menjadi debu. Tidak pernah menjadi nyata."

"Sampai dimana dia akhirnya memutuskan untuk tidak menganggap diri nya ada didunia, bahkan mulai memilih abai dengan takdir yang tidak adil padanya, awal nya sih berjalan dengan lancar tapi kalian tau hal tergila yang pernah anak itu pikirkan?" Tanya Halilintar.

Ice dan Solar masih diam, tidak menjawab. Karna mereka tau siapa yang dimaksud Halilintar dengan anak itu dan keluarga anak itu.

"Keluarganya dengan bodohnya datang kembali ke dirinya lagi setelah 8 tahun perbuatan keji mereka. Mereka bilang, mereka menyesal, mereka tidak ingin melakukan kesalahan lagi, mereka ingin menebus semua kesalahan mereka, mereka memberikan apa yang tidak diperlukan lagi ke pada anak itu."

"Dengan mudahnya mereka menyuruh anak itu sembuh, menyuruh anak itu melupakan semua masalalu nya, mencoba memaafkan mereka, setelah apa yang dia dapatkan selama ini, apa itu adil?"

"Apa itu adil bilang gue gila hm? Sekarang gue tanya, siapa yang gila disini gue atau lo pada?" Tanya Halilintar membuat suasana menjadi tegang. Tidak ada yang menjawab atau kembali berbicara.

Halilintar menarik nafasnya gusar, lalu memerhatikan dua adiknya itu. "Pergi, tinggalin gue sendirian disi–"

"Huaaaa gak mau!!" Rengek Ice dan Solar lalu memeluk Halilintar erat, seakan–akan tidak mau Halilintar pergi jauh dari mereka.

"I--ini, semua salah aku, seharusnya dulu aku gak terlalu sering bermain hal keji itu dengan Kak Hali, dan soal racun itu.... Aku bener–bener minta maaf Kak!" Kata Solar seraya menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Halilintar.

Halilintar terdiam memerhatikan Solar, lalu menatap datar kearah mereka. Ya, memang dulu yang paling banyak melakukan hal keji itu padanya adalah Solar, Blaze, Taufan, Rayendra dan Vano.

"Ma--maafin Ice juga Kak! Ice salah, seharusnya Ice gak pernah ngomong yang enggak–enggak ke Kakak, Ice tau Ice kaloh ngomong pasti langsung ngenah ke hati, maaf Kak! Maaf, Ice bodoh!" Sekarang giliran Ice, cowok itu menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Halilintar.

"Hahhhh.... Kalian ini kenapa sih? Maaf, maaf dan maaf gue bosen denger nya. Lepas, gue gak suka dipeluk." Ujar nya risih.

"ENGGAK! Enggak mauu....." Rengek keduanya.

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang