26. Past Tragedy | S2

457 43 3
                                    

Kata orang, mengungkit masalalu itu enggak baik.

Tapi jika harus mengenang dan melihat lebih dalam lagi, ada kalanya juga untuk seseorang masih bisa terjebak dalam vibes masalalu mereka.

Dejavu, maybe.

Tahun ini, adalah awal dari tahun 2013, awal untuk mengukir keluh kesah kehidupan manusia selama 365 hari lamanya.

"Kakak,"

"Hm?"

"Kakak kenapa bisa tau kaloh aku tadi digangguin sama Kak Pocong sama temen–temennya yang lain?" Tanya seorang anak berusia 8 tahun, dengan menggunakan seragam merah–putih sebagai ciri khas anak SD.

Sementara sang Kakak yang sedari tadi sibuk membenarkan penampilannya itu pun, mulai menatap adiknya lewat sebuah pantulan kaca besar dihadapan nya itu.

"Gak tau. Firasat aja maybe." Jawab nya.

"Firasat? Kakak cenayang ya? Tapi.... Kaloh semisalnya Kakak cenayang, kenapa cuman Kakak aja yang dikasih ilmu cenayang? Aku kan juga pengen tauu," Gerutu Lunar.

Halilintar yang mendengar nya hanya mampu menghela nafas lelah. "Bukan cenayang Lunar. Tapi Kakak bisa ngerasain perubahan kalian dari sifat kalian,"

"Contohnya pas Solar yang sikap nya tiba–tiba saja berubah saat mendapatkan nilai ujian IPA nya ternyata yang paling rendah untuk yang pertama kalinya,"

"Dan Kakak bisa ngerasain apa yang kalian rasain. Karna kita anak kembar. Ikatan batin kita sangat kuat,"

"Atau mungkin karna Kakak anak pertama, jadinya Kakak lah yang harus bisa mengetahui apa yang terjadi sama kalian, tanpa perlu Kakak bertanya terlebih dulu sama kalian,"

"Sebab, anak pertama lah yang akan menjadi tameng dikeluarganya nanti jika suatu hari nanti Papa udah gak ada. Dan aku juga punya tugas paling besar disini."

"Yaitu, memastikan kalian selalu aman dari marabahaya apapun," Kata Halilintar yang mampu membuat keadaan hening beberapa saat saja.

Lunar tersenyum kecut mendengarnya. "Tapi, ada kalanya buat Kakak capek dan Kakak boleh berhenti sejenak untuk menjalankan tugas Kakak itu,"

"Kakak juga cuman seorang anak SD yang gak tau apapun. Ini masih terlalu berat buat Kakak nanggung sendirian. Mangkanya dari situ, nanti kaloh Kakak ada masalalu apapun, jangan sungkan bercerita sama kami, ya?"

"Hmm."

"Kakkk."

"Apa?"

"Kak, aku mau izin pergi hari ini sama Kakak, Kakak izinin gak?" Tanya Lunar antusias.

"Pergi kemana? Kenapa izin nya sama aku? Kenapa gak sama Mama Papa dulu?" Sahut Halilintar bingung.

Lunar menggeleng. "Gak mau izin sama Mama, Papa. Nanti gak dibolehin lagi," Celetuk Lunar cepat.

"Emangnya mau kemana, kamu?"

"Aku mau pergi. Perginya itu jauh, dan gak bakal balik lagi, aku pengen menjelajahi tempat–tempat indah selain didunia,"

"Dan kayaknya, perginya aku itu abadi deh. Mangkanya aku lebih memilih izin sama Kak Elon dari pada Mama, Papa,"

Hening.

"Gak usah ngaco deh kamu. Masih pagi juga udah ngelantur aja, buruan kebawa Mama, Papa sama yang lain pasti udah nungguin kita,"

.
.
.

"Dekk,"

"Apaan sih Kak, kok manggil aku Dek sih? Biasanya juga Una, Lun, Nar, Calen, Len," Sahut Lunar sotoy.

"Omongan kamu tadi beneran?" Tanya Halilintar ulang.

"Yang mana?"

"Yang ...." Halilintar menghentikan jalannya sebentar, lalu kembali menatap Lunar yang membelakangi dirinya.

Lunar kebingungan saat Halilintar sama sekali tidak melanjutkan sepatah kata apapun.

Cowok itu berbalik badan, agar bisa menatap Halilintar yang sekarang malah menatap nya bingung.

"Lun–"

"Kak, awassss!"

BRAKK!

"LUNARRR!"

.
.
.

"Kok Kak Elon sama Una belum pulang–pulang juga ya," Cibir Thorn seraya memerhatikan jam dinding rumah Opanya.

"Iya nih, katanya cuman mau mampir ke toko alat tulis doang, tapi kok lama banget ya?" Sahut Blaze merasa bosan.

"Emangnya, selain ke toko alat tulis, mereka gak bilang apa sama kalian, kaloh semisalnya mereka mau pergi kemana lagi gitu, habis dari toko alat tulis?" Tanya Meysa dengan pandangan yang masih menatap layar televisi.

"Enggak Oma, soalnya–"

"Breaking news, telah terjadi kecelakaan maut di jalan Shirothol Mustaqim, korbannya ada tiga orang. Satu dari mereka dikabarkan kritis, satu Pria yang mengalami luka–luka ringan, dan satunya lagi masih tampak syok dengan apa yang baru saja dialaminya."

"Sekarang ketiga korban sedang dilarikan ke RS Bayuwangi Probolinggo."

"Inisial korban yakni, JL, HKR, dan LCR,"

Setelah mendengar penuturan berita terbaru dari televisi itu, membuat suasana mendadak hening seketika.

"Kok inisialnya sama sih kayak inisial Kak Elon sama Una?"

"Gak mungkin kan kaloh itu–"

Drtttt...drttt...drttt...

"Siapa Rayen?"

"Gak tau, nomor gak dikenal. Bentar angkat dulu, baru tau ini siapa," Jawab Rayendra.

"Hallo?"

"Benar ini dengan Pak Rayendra Levaron?"

"I--iya, benar ini dengan saya sendiri. Maaf sebelumnya Bapak ini siapa ya? Dan ada keperluan apa Bapak menelepon saya?"

"Kami dari pihak kepolisian, hanya ingin mengabarkan bahwa kedua Putra anda yang bernama Halilintar Kevlon Rayendra dan Lunar Calendar Rayendra sedang berada di rumah sakit Bayuwangi Probolinggo. Akibat kejadian kecelakaan yang mereka alami."

"Mohon untuk kalian, segera datang ke sini."

Rayendra terdiam. Dia tidak mampu lagi untuk berkata–kata.

"Pak, Hallo? Bapak bisa dengar saya kan?"

"H--ha, iya. Saya bisa. Bapak tenang saja, saya akan segera kesana. Tolong berikan penanganan terbaik untuk anak–anak saya,"

"Baik, Pak."

Klik.

"Mas, tadi itu siapa? Dan kenapa raut–"

"Kita harus cepat pergi ke rumah sakit Bayuwangi Probolinggo."

"Lho, Om ngapain kita kesana? Kan itu–"

"Asalkan kalian tau, dua dari tiga korban itu adalah Halilintar dan Lunar." Jelas Rayendra gusar.

"A--apa?"

–BERSAMBUNG–

Penderitaan Elon bakalan dimulai di part 27 | S2 ya.

Vote, komen nya jangan lupa ya.

Yang dark side masih gue pantau yee.

By : @AqueeneIntan.

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang