09. Basi Pada Waktunya?

913 89 14
                                    

Cress!

Darah mengalir dengan cepat, saat selang infus ditangan kanan cowok itu dicabut paksa oleh dirinya sendiri. Memuncratkan beberapa tetes darah mengenai selimut putih yang menutupi bagian kakinya.

"Shhh.. gue gak bisa lama–lama disini, pokoknya mau bagaimana pun gue harus bisa kabur sejauh–jauhnya sampai mereka gak nemuin gue lagi,"

"Gue mohon, Tuhan, berikan lah kekuatan untuk gue berjalan, setidaknya jauh dari sini saja," Menolog nya yang sedari tadi masih mengumpulkan kekuatan untuk berdiri.

Bruk!

Tubuh rapuhnya itu seketika menyatu menyentuh lantai marmer putih dingin itu. Tubuhnya yang sudah sakit, kini merasakan sakit lagi akibat terjatuh dari ranjangnya.

"Akh! Sialan,"

•••••

"Jangan terlalu berpikiran negatif melulu. Kalian harus percaya kaloh Halilintar bisa nerima kalian kembali,"

"Kami tau itu. Tapi sampai kapan dia mau nyiksa diri dia sendiri? Bahkan yang bikin kami khawatir nya ini, soal penyakit nya."

"Kami takut, Kak Elon gak mau melakukan tindak operasi. Apalagi dikeadaan dia yang keras kepala kayak gini, tambah susah bujukin dia pastinya." Helaan nafas berat terdengar.

"Tenang aja, kami bakalan coba ngomong sama Kevlon soal ini," Jeda cowok itu sejenak. "Lebih baik sekarang kita kembali ke ruangan nya Kevlon, kasihan dia sendirian disana, takut kenapa–kenapa lagi," Pinta Cowok itu.

Anggukan setuju ia dapatkan saat itu juga. Para remaja yang masih mengenakan pakaian SMA itu pun lantas berdiri dari acara duduknya.

.
.
.

Dengan derap langkah kaki yang tertatih–tatih, menahan sakit, seorang remaja tengah berjalan seiring dengan pandang nya yang terus–menerus melihat kearah belakangnya.

Menyaksikan para adik–adiknya dan juga sepupu nya sekarang tengah mengejar nya dari arah belakang. Tak lupa mereka juga terus–menerus meneriaki namanya.

Cowok itu mendesis tajam melihatnya. "Sial. Kenapa harus ketauan sih?" Gerutu cowok itu yang mana harus membuat cowok itu melipat gandakan tenaganya agar berlari dengan sekuat mungkin.

Untuk menghindari mereka yang masih setia mengejar dirinya.

Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa bisa cowok itu ketauan kabur dari ruang VVIP nya?

Flashback On.

Dengan langkah tertatih–tatih menahan sakit disekujur tubuhnya, seorang remaja laki–laki berlari keluar dari ruangan VVIP nya. Tentunya dengan matanya yang selalu saja melirik ke kanan dan juga kirinya.

Remaja itu hanya mencoba memastikan bahwa tidak ada satupun dari Keluarganya yang melihat dirinya kabur begitu saja.

Sampai lah cowok itu diujung koridor, cowok itu tampak membulatkan matanya, kala melihat segerombolan remaja yang ia kenali.

Dengan kalang kabut nya, Halilintar mencoba mencari tempat persembunyian.

Langkah terdengar, membuat jantung Halilintar bedekup kencang. Ia sangat takut sekarang, ia takut ketauan dan akan terjadilah ceramahan gratis yang ia dapatkan nantinya.

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang