40. Penyesalan Yang Terlambat

593 56 8
                                    

💌TYPO? TANDAI PLEASE!

Halilintar menoleh kearah oknum yang berhasil menggagalkan niatnya, ya mereka adalah......

"Gila! LO GILA KAK!" Sentak Taufan kesal pada Halilintar yang hanya menatapnya dengan tatapan datar.

"Gila? Ahahah, gue gak gila. Gue waras kok." Balasnya.

"Waras kata lo? ORANG WARAS MANA YANG MINUM OBAT KADALUARSA SAMA RACUN EGE?! ORANG WARAS MANA KAK YANG GAK SAYANG SAMA NYAWA MEREKA SENDIRI?! ITU UDAH TERMASUK TIN–"

"Orang waras mana, yang ngasih racun mematikan ke keluarga mereka sendiri setiap hari? Orang waras mana yang berani berbuat keji sama anak kelas 2 SD yang gak tau apa–apa, hm?" Potong Halilintar membuat Blaze terdiam.

Ah, sial, dia skaktmat dibuat oleh Halilintar.

"Kak itu–"

"Apa? Mau protes? Mau bilang kaloh itu masalalu? Atau mau ngebela diri kalian lagi? Bela aja bela, gue gak bakalan pernah benar dimata kalian."

"Ini itu salah. Hidup salah, dibuat mati salah." Katanya.

"Enggak, Kak. Kita gak maksud–"

"Secara gak langsung sama aja kalian membela diri, Habibi."

"Maaf.... Itu–"

"Telat, woi telat! Seharusnya kata itu kalian keluarkan dari tahun–tahun sebelumnya bego bukannya sekarang!" Sahut Halilintar malas.

"Sekarang, lebih baik kalian pergi tinggalin gue sendirian disini. Gue gak butuh orang lain. Gue cuman butuh diri gue sendiri. Gue butuh ketenangan."

"Enggak, kita–"

"Pergi. Gue bilang pergi YA PERGI BANGSAT! gak usah peduliin gue disini! Gue udah terbiasa sendiri!" Teriak Halilintar kesal, air mata meluruh dari manik Ruby kosong miliknya.

"Enggak Kak, kami gak bakalan pergi. Kami bakalan nemenin Kakak disini." Kata Taufan, lalu berjongkok didepan halilintar. "Kami disini ingin menyembuhkan luka mu Kak..."

Hening seketika.

Pffft, boleh kah Halilintar tertawa  mendengar ucapan manis Taufan tadi? Apa katanya menyembuhkan dirinya? Emangnya bisa ya?

Seperti kata pepatah kaca yang pecah tidak bisa disambungkan lagi, bisa tapi tidak semulus seperti awal seperti itu jugalah mental Halilintar yang sudah hancur berkeping–keping.

"Pffft... Bangun, kaloh mimpi jangan tinggi–tinggi, lo mau nyembuhin mental orang? Gak bakalan bisa Taufan! Lo pikir mental orang itu puzzle? Yang kaloh retak tinggal nyusun semua gambarnya dari awal lagi? Enggak Taufan, enggak semudah itu Daru." Kata Halilintar, lalu cowok itu bangkit dari duduknya.

"Kaloh emang kalian gak mau pergi dari sini, biar gue aja yang pergi, gue gak butuh orang yang datang di akhir." Katanya, hendak pergi dari sana namun tangannya dicegah oleh seseorang.

"Keluarin." Sahut Solar, selaku oknum yang menghentikan Halilintar.

Halilintar menautkan satu alisnya bingung. "Maksud lo?"

Solar merotasikan matanya jengah. "Keluarin semua obat kadaluarsa dan racun yang masih lo simpan Halilintar! Gue tau lo ngambil semua obat itu dilaci laboratorium gue kan?" Tebak Solar membuat Halilintar terdiam.

Sial, bagaimana bisa dia tau?

"Keluarin Kak! Keluarin gue bilang! Lo pikir gue gak tau selama beberapa hari ini lo sengaja kan ngambil semua itu dari lab gue?"

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang