11. Rentetan 8 Tahun Yang Lalu

875 103 6
                                    

HAPPY ENJOY'S

SELAMAT MENDEBAR–DEBAR!

****

Setelah kejadian tadi malam, Halilintar terus–menerus memikirkan kata–kata Sandra yang mengiang–ngiang di kepalanya.

"Mama, bisa strees gitu ya kaloh gue ngilang tanpa pamit dari dunia ini,"

"Padahal dia dulunya yang paling benci banget sama gue."

Cowok itu kembali merenung sejenak. Bibir yang terkatup itu kembali terbuka. "Meskipun gitu, kenapa gue jadi sedih ya ngeliat Mama kayak gitu?"

"Aneh nya lagi, Kevlon yang dulu tiba–tiba aja muncul dan seakan–akan meminta kepribadian lamanya."

"Tapi secara harfiah, kaloh gue gak punya kepribadian ganda. Diri lama gue cuman terjebak didalam hati yang paling jauh aja, gitu sih kaloh kata Dokter Psikologi waktu itu."

"Lun, andai aja lo masih hidup sekarang. Mungkin hidup gue gak bakalan sesuram ini, gue juga gak bakalan dibenci sama mereka juga, kan?"

"Kaloh bisa milih, gue lebih milih takdir diputar balikan lagi. Biar gue yang tidur dan bukannya elo. Hidup gue lebih berguna dielo dari pada gue." Senyum sendu itu muncul, bersamaan saat cowok itu melihat luka–luka yang masih basah ditubuhnya.

"Maaf. Gue gak bermaksud gitu, sama elo, Kak. Gue nyelamatin lo waktu itu, karna gue yakin lo bisa melanjutkan kehidupan lo lebih baik lagi,"

"Tapi, kaloh gue tau bakalan jadi seperti ini, jadinya. Mendingan waktu itu kita mati sama–sama aja. Kita tidur di pangkuan, Tuhan, sama–sama."

"Tapi, sayang nya, Tuhan gak rindu sama lo, Tuhan gak relain buat lo pergi dari sini. Tuhan lebih kangen sama gue."

.
.
.

"Uhuk! Uhuk!" Seorang remaja tiba–tiba saja tersedak saat memakan bakso yang ia pesan tadi.

"Anjir lah, minum nih minum es cincau gue!" Kata Beliung dengan cepat menyambar es cincau milik Supra.

"HEH ANYING! ITU PUNYA GUE?! NAPA LO AMBIL HAH?!" Teriak yang punya marah.

"Anjir lah lo Supmieso gitu doang pelit," Jawab Beliung asal.

"Gue bukannya pelit anjir! Lo tau gak gue ini kepedesan ngapain lo ambil es cincau gue hah?!"

"Anjir, tinggal pesen satu lagi aja ribet lo," jawab Beliung enteng.

"Asu lo, Bel." Gumam Supra kesal, lantas cowok itu segera duduk kembali. Bibir nya yang sudah doer akibat makan pedas tadi, sekarang tambah doer gara–gara memarahi Beliung. Sepupu luknut nya.

"Gak papa lo, Blaze?" Tanya Sori setelah menggeleng–gelengkan kepalanya melihat tingkah Supra dan Beliung tadi.

"Lagian, lo mikirin paan sih, sampe gak fokus gitu makannya? Atau ada yang lagi ngomongin elu lagi," Lanjut pemuda itu.

Cowok itu lantas memandangi Sori lekat. Ia menghela nafas panjang. "Gue kepikiran sama Kak Kevlon, Ri."

Keadaan hening seketika saat mendengar nama itu. Bahkan Supra yang sedari tadi hu–ha–hu gara–gara kepedasan pun akhirnya hilang sudah rasa pedasnya.

"Kenapa lagi emang tuh anak?"

"Gak kenapa–kenapa sih, cuman kami bingung aja mau berinteraksi kayak gimana lagi sama dia,"

Forgive Us Brother | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang