Setelah pembukaan lima, Aku disuruh tiduran di ranjang persalinan disamping kiriku ada suamiku. Rasanya pada pembukaan ini adalah ingin sekali mengejan, aku gak kuat menahan dan aku mengejan. Aku gak dibolehin oleh Rahma dan Cici karena kalau mengejan sekarang miss V bisa bengkak dan jalan lahir menjadi sempit. Aku dikasih gymball dan disuruh mengapitnya. Jika aku merasa ingin mengejan aku harus membuka mulut dan bersuara "haaaa"
Kontraksi serta rasa mengejan tersebut datangnya cepat sekali dan aku terus terusan bersuara HAAA jadi dari luar ruangan terdengar seperti orang menangis.
Setelah beberapa menit dicek lagi aku udah pembukaan delapan. Aku ingin mengejan dan tidak kuat lagi menahannya
"Eeeeeeeekkk" suaraku
"Jangan mengejan mba, buka mulut dan bersuara HAAA" kata Cici
"Ayo sayang kamu bisa, atur nafasnya" kata suamiku
"Sakitttttttttt" kataku
"Iya sabar yaa sayang, kamu bisa" jawab suamiku
"Gak kuatttttt" teriak ku sambil menggenggam erat baju bagian pundak suamiku yang tanpa aku sadari kata suamiku setelah aku melahirkan aku tidak hanya memegang bajunya tetapi kulit bahu suamiku juga ketarik hingga berwarna merah 😁
"Kuat, kamu hebat, kamu bisa. Atur nafasnya" jawab suamiku
Setelah berlama-lama aku membuka mulut, bersuara HAAA, menahan mengejan akhirnya dicek lagi aku sudah pembukaan lengkap atau pembukaan sepuluh. Rahma dan Cici bersiap untuk proses persalinan. Posisi badan yang semula miring ke kiri (dari bukaan 5 sampai 10) akhirnya pindah menjadi terlentang dan kaki posisi mengangkang. Kalau orang hamil bagusnya miring ke kiri supaya siklus pernafasan ke bayi berjalan baik dan lancar.
"Nah ini waktunya kamu boleh mengejan nis" kata Rahma
"Gimana mba mengejannya?" Tanya Cici
"Eeeekkk" aku bersuara sambil mempraktekkan
"Bukan gitu mba nanti kamu cepat capek, mengejan yang benar itu menggigit gigi seperti orang gemes" jawab Cici
Aku langsung praktekin dan benar
"Jika nanti perut kencang langsung mengejan yaa jika perut tidak kencang jangan mengejan, istirahat dulu karena jika perut tidak kencang itu berarti tidak ada kontraksi" kata Rahma
FYI : aku manggil Rahma ya tetep rahma karena aku udah tanya dia dipanggil bu atau gimana dia jawab Rahma aja. Dan aku manggil Cici itu mba karena dia umurnya dibawahku dan maunya dipanggil cici. Kita sudah sangat akrab karena aku terlalu sering datang ketempat mereka bekerja 😁 jadi jangan dipikir aku tidak sopan ya 😊
"Ayok" kataku ke kedua Bidan ini menandakan aku kontraksi dan siap mengejan
"Satu dua tiga" kata mereka berdua
"Eekkk eeeeekkk eeeek" tiga kali tarikan nafas dan berhenti karena tidak kontraksi lagi
Setelah beberapa kali kontraksi dan mengejan belum keluar juga si adek. Kemudian Bidan Wulan datang dan masuk ruangan. Beliau yang berada di samping kananku dan memberiku semangat dan motivasi. Samping kiriku suamiku dan disamping kanan kiri kaki ku ada Rahma dan Cici.
Kontraksi lagi, mengejan lagi dan belum keluar juga.
"Sayang semangat yaa kamu bisa, selaku diatur nafasnya ya" kata suamiku
"Yok pindah posisi jongkok" kata Bidan Wulan
Tanpa ragu, tanpa bantuan dari suamiku aku berdiri sendiri dan langsung jongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentara Kebanggaanku
Non-FictionAwalnya tidak berfikir untuk mempunyai pacar tentara, tetapi dari dulu sudah didoktrin Bapakku untuk mempunyai suami tentara karena pasti mapan. Jadi lama kelamaan suka juga dengan yang namanya tentara, entah itu tentara AD,AU atau AL. Sampai akhir...