Chapter 11

490 62 8
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




















Menyesal sudah sangat terlambat, jinan sudah tidak ada lagi kesempatan. Ulahnya membuat dia kehilangan semuanya.

"cin..." panggilnya lagi, dia kembali ke rumah cindy, tidak tahu malu memang lelaki itu tapi dia sudah tidak peduli, persetan dengan nama besar keluarga 'CHAVA'.

"ji aku mohon tolong jangan seperti ini" cindy mengangkat tubuh jinan yang hendak berlutut di depan kaki cindy. Hal itu pun di saksikan oleh ara dan freya, jangan di tanya gimana perasaan dua anak remaja yang di tuntut dewasa menjadi saksi pertengkaran orang tuanya dan bahkan menjadi imbas dari amarah sang ayah.

Jinan bangkit, menoleh ke belakang cindy, dia berjalan lalu memeluk paksa tubuh kedua putrinya, anak-anak baik yang telah dia sia-siakan karena ego dan ambisinya.

"cukup..." ara melepaskan rangkulan itu dengan kasar. Jinan yang biasanya menatap amarah anak sulungnya kali ini tatapan jinan tak lagi seperti kala itu, lebih hangat dan teduh. Namun luka yang telah tergores di hati ara terlalu dalam, sulit baginya untuk memaafkan jinan, bukan tidak bisa hanya saja ara butuh waktu untuk itu.

"saya belum pernah meminta apa pun kan sama anda" ucap ara yang di balas anggukan jinan.

"bisa kamu kabulkan satu permintaan..."ara menjedah ucapannya, sedangkan jinan menunggu dengan sabar kalimat apa lagi yang akan di lontarkan putrinya itu.

"pa...P...A...Tolong...." jinan tersenyum bahagia, tangannya menyentuh wajah sang putri, air matanya seketika jatuh saat itu juga. Setelah 16 tahun jinan menanti, kenapa baru saat ini jinan mendengar ara memanggilnya papa, kenapa di saat seperti ini panggilan itu baru terlontarkan dari mulut manisnya.

"tolong hargai keputusan mama, kalau papa masih bersikap seperti ini itu sama saja papa terus nyakitin kita, pa...Apa belum puas papa nyakitin kita? Harus terluka seperti apa lagi sampai papa puas nyakitin kita? Ara pun tak kuasa, air matanya ikut jatuh, jinan menyeka air mata putrinya baru kali ini seumur hidupnya jinan merasakan sakit yang luar biasa.

"sudah lah jinan, ikhlaskan semua, yang terjadi sudah jalannya jangan memaksakan karena yang ada malah saling melukai, hargailah pilihan cindy dan anak-anak mu" pak toro, selaku ayah cindy mengelus pundak jinan. Ini merupakan kali pertama dia menyaksikan seorang jinan putra chava terlihat lemah di hadapan seorang manusia, biasanya dia bersikap angkuh dan mendominasi karena merasa tinggi dengan nama besar dan kedudukannya, tapi kali ini dia tidak berkutik sedikit pun di depan anak dan mantan istrinya.

Dengan berat hati dia melangkahkan kakinya meninggalkan kediaman keluarga pujiantoro.

Kembali ke mobilnya.

"kamu memaksanya mencintaimu di saat ada nama lain di hatinya, lalu menghukumnya dengan kejam saat dia gagal melupakan gracia. Sedangkan dia dengan sabar mendampingimu, memaksakan dirinya sendiri untuk lupa sampai dia lupa bagaimana caranya bahagia. Kamu ji, kamu adalah orang yang dianggapnya yang akan memberi kebahagian padanya dan juga anak kalian tapi kenapa, kenapa kamu malah menyakitinya tanpa ampun. Terus sekarang kamu menyesal ketika dia memilih mengakhiri semua dan menyerah dengan segala tekanan yang kamu beri. Ketahuilah ji, dia menyerah karena bukan lagi dia yang terluka oleh ulah mu melainkan anak-anaknya yang selalu jadi alasan kenapa dia masih bertahan. Tapi ketika kamu menyakitin anak-anaknya tidak ada lagi alasan untuknya bertahan. Terima dengan lapang dada ji, semua yang terjadi itu juga karena ulah mu" ucap ity.

Goresan Luka S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang