Chapter 32

360 51 14
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"gila si kamu ci, kamu ngomong gitu seolah-olah yang punya perasaan itu cuman kamu," feni ah dia sudah capek rasanya terus mengomentari keputusan yang selalu shani buat.

"terus aku harus apa fen? Tanya shani, jangan di tanya gimana perasaan shani. Shani sendiri rela melukai hatinya demi kebaikan. Kenapa shani terluka, bukan kah ini ke inginannya? Iya ini memang keinginannya tapi wanita mana yang rela membiarkan istrinya di miliki oleh orang lain. Sungguh terbuat dari apa hati shani itu sebenarnya.

"ci kamu ngomong gitu seolah-olah kamu akan mati besok. Ucapan kamu itu nyakitin banget ci. Kamu ga liat gimana berusahanya gracia mendapatkan donor buat kamu," arh feni semakin frustasi dengan keadaan ini. Dia ga ngerti kenapa shani memilih menyerah di saat semua orang berjuang untuk kesembuhannya.

Di sebuah taman gracia duduk di temani segelas kopi hangat. Entah sejak kapan dia mulai mengkonsumsi minuman berkafein itu.

"jadi apa keputusan kamu? Tanya cindy. Gracia terlihat mengambil nafas lalu membuangnya kasar.

"aku ga ada pilihan lain cind. Tapi bagaimana dengan mu? Gracia sudah menatap cindy.

Demi Tuhan bersanding dengan gracia di atas altar pernikahan adalah impiannya tapi bukan dengab cara yang seperti ini. Bukan karena alasan yang akhirnya mereka harus melangsungkan pernikahan itu melainkan atas ke inginan bersama.

"aku juga engga ada pilihan lain gre selain menerimanya," terlihat raut kebahagian yang terpancar dari wajah gracia. Hatinya begitu lega, awalnya dia ragu cindy akan menerima permintaan konyol shani tapi dia amat bersyukur atas kebaikan hati cindy.

"makasih cind aku janji setelah shani selesai oprasi aku akan segera urus perceraian kita," ujar gracia tanpa memikirkan bagaimana perasaan cindy.

Dia meremas gelas di genggamannya dengan sangat erat membuat gelas itu pecah dalam genggamannya lalu melukai telapak tangannya.

"menikah hanya untuk bercerai. Hmm sungguh miris banget nasib kamu cind," katanya kembali menjatuhkan air mata. Luka dan ceceran darah tidak ia pedulikan rasa sakit di hatinya jauh lebih dominan ketimbang luka di tangannya. Terlalu bodoh untuk seorang cindy berharap pada seorang gracia yang jelas-jelas sudah mencintai orang lain.

"terluka pun aku rela gre, asalkan bisa  ngebuat kamu bahagia. Cinta ternyata segila itu ya gre, rasa sakit yang hampir membuat aku mati ga ngebuat aku pergi dari kamu gre,"

----

Hari ini shani sudah di nyatakan boleh pulang setelah beberapa hari di kembali di rawat.

"ci persiapkan diri kamu buat oprasi ya? Shani mengerutkan dahinya.

"aku dan cindy sudah memutuskan kita akan memenuhi permintaan kamu,"

"serius ge? Kalian mau menikah?

Goresan Luka S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang