Kisah goresan luka ini adalah kelanjutan dari kisah luka di masa lalu, kisah dimana luka-luka terbungkus rapi dan di bawa oleh masing-masing dari mereka.
Dimana empat bocah ini di tuntut untuk menjadi dewasa dengan luka-luka mereka, mereka hadir de...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dari kejauhan chika sudah melihat wajah sang adik di depan kelasnya. Lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi menandakan keberadaanya.
"kak chika," sapa kity membaur ke dalam pelukan chika tapi perhatiannya tertuju pada perban di tangan kanan chika.
"kenapa? Tanya kity khawatir.
"engga apa-apa dede," sahut chika merapikan rambut kity dengan tangan kirinya. Tangannya lalu di raih oleh kity. Lalu mencium punggung tangan chika.
"jangan ada luka lagi ya kak, karena luka kakak adalah luka kami," katanya. Chika tersenyum lalu kembali menarik tubuh adiknya ke dalam pelukan chika.
"zee gimana? Ah chika hampir lupa hari ini adalah pertandingan basket tim putri.
Kity tertunduk. Chika menyeenyitkan alisnya.
"zee di keluarkan dari lapangan kak,"
Chika melotot ko bisa setahu dia zee itu pemain terbaik di tim putri. Keduanya pun bergegas ke GOR tempat di selenggarakannya pertandingan basket.
Dari atas tribun mata chika menangkap zee terlihat syaher di sana sepertinya terjadi sesuatu di bawah sana. Chika mendatangi mereka benar saja.
"lu kenapa si zee bego banget. Lu kapten tapi kenapa main lu berantakan banget," ucap syaher kesal Karena dialah orang yang merekomdasikan zee untuk menjadi kapten tim putri.
Bug
Chika mendorong kasar tubuh syaher yang membuat zee dan syaher terkejut sejak kapan chika berada di sana.
"jangan sekali-kali lu bentak-bentak adik gua! Teriak chika dengan penuh emosi.
"maaf kak tapi zee emang mainnya jelek banget hari ini dan gara-gara dia kita hampir kalah," kata salah satu anggota tim basket putri yang bernomer punggung 7 dengan nama eve di bawah nomer punggungnya.
"oke mulai hari ini zykala keluar dari tim basket putri," kata chika lalu membawa zee keluar dari sana.
"kak chika," zee menahan langkahnya.
"apa? kamu mau protes? Aku ga suka ya orang-orang itu bentak-bentak kamu,"
"iya tahu tapi ga harus keluar juga kan dari tim basket,"
"oh gitu jadi kamu ga mau dengerin aku? Oke terserah. Christy ayo balik,"
"kak chika," akhirnya dengan susah payah dia mengejar chika.
"maaf,"
"maaf doang?
"iya aku keluar dari tim basket putri," kata-kata zee barusan berhasil membuat chika menampilkan senyumannya. Zee paling tidak bisa membantah kemauan chika kalau dia sudah merajuk seperti itu.