Chapter 36

350 38 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Tuhan sama sekali engga memberi kesempatan untuk mereka berjuang bersama atau kah Tuhan tidak ingin melihat usaha mereka, sia-sia memang tapi setidaknya beri mereka kesempatan untuk berjuang bersama-sama sekali lagi. Kaya apa yang pernah gracia bilang, berkali-kali kesempatan yang akan Tuhan kasih dia kan berjuang karena dimana pun shani berada di situlah dia pantas berada.

Tapi lagi-lagi kenyataan akan fakta bawasannya tidak ada satu orang pun yang akan lolos dari kematian hanya waktunya saja yang berbeda-beda.

Gracia masih meratapi gundukan tanah merah yang basah. Berkali-kali dia menghapus air matanya namun lagi-lagi air matanya itu turun dengan bebas membasahi pipinya. Dan saat ini adalah titik terlemah dalam hidupnya.

Seseorang mengusap pundak gracia, tubuh itu bergerak gusar.

"masih sulit untuk melepaskan mu ci. Ingin rasa berontak pada Tuhan tapi yang aku lawan adalah takdir-Nya," lirih gracia tangan lemahnya mengusap lembut papan nisan bertulisan nama shani indria natio. Semua nama yang yakan lekang oleh waktu yang takan tergantikan dan terkikis.

Suasana duka menyelimuti semua orang yang melayat. Semua orang ikut menangisi ke pergian wanita baik hati bernama shani. Yang rela menahan sakitnya lebih lama demi memberi kesempatan hidup untuk orang yang lebih membutuhkan, bukannya dia menyerah pada takdir dia hanya realistis dengan keadaanya yang tidak akan tertolong penyakit ini dua kali menyerangnya tanpa ampun dan di titik ini shani sudah kelelahan menghadapinya. Sampai akhirnya dia memilih menunggu ajalnya datang dan  memberi kebaikan sebelum Tuhan benar-benar memanggilnya.

"shan jadilah manusia sebaik-baik memberi manfaat untuk orang lain," begitu lah petuah dari veranda, mama dari shani wanita yanh selalu di juluki bidadari tak bersayap.

Sesampainya di pemakaman chrysti kembali tumbang, ini kesekian kalinya ia pingsan.

Sedangkan dari kejauhan seseorang melihat seorang remaja yang tengah berbicara dengan gundukan tanah di hadapannya seorang diri sejak siang hingga hari beranjak sore gadis remaja ini menangis. Bahkan saat hujan turun membasahi seisi bumi gadis itu masih tetap diam di posisinya.

"mom zykala selalu berdoa pada Tuhan. Zee berdoa mati-matian untuk kesembuhan mommy. Tapi Tuhan engga ngabuli permintaan zee mom, Tuhan memilih mengambil mommy dari kami,"

"kalau gitu zee akan kembali berdoa mati-matian untuk mati mom. Siapa tahu Tuhan langsunh ngabulin dan kita bisa berkumpul di surga nanti,"

"mom apakah tidak ada kebahagian untuk aku? Apakah aku ga pantas bahagia sampai Tuhan tega ngerebut semua kebahagian aku. Tuhan ngambila mommy dari aku dan sekarang...Hari ini adalah hari pertunangannya marsha mom demi Tuhan dunia aku hancur seketika...," begitulah curahan hati zee dengan kepala tertunduk dan hujan yang mulai deras membasahi tubuhnya. Membuat gadis itu semakin tak bertenanga dia menjatuhkan tubuhnya di samping makan shani lalu memeluk gundukan tanah itu, air mata ikut serta melolosakan diri bersamaan dengan hujan yang terus turun ke bumi, mungkin saat ini semesta pun ikut berduka dan air hujan adalah ungkapan kesedihan dari alam semesta untuk manusia berhati malaikan. Shani indira natio.

Goresan Luka S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang