Shani nekat mengendarai mobilnya seorang diri. Dan ditengah perjalanan menuju kantornya tiba-tiba saja dia meraskan sakit yang luar biasa mengahantam perutnya begitu juga dengan punggungnya amat sakit di sana, keringat pun mulai bercucuran rasanya hampir mau pingsan, rasa sakitnya sudah tidak tertahankan dia mencoba mengendalikan laju mobilnya lalu menepikan mobilnya. Membuka kembali tasnya mencari obat menghilang rasa sakit dan ia bersyukur dia membawa obat itu, shani pun berusaha menelan bulat-bulat obat yang cukup besar itu tanpa bantuan air minum. Setengah mati dia menelannya sampai akhirnya obat itu tertelan olehnya. Wajah shani yang putih berubah kemerahan lama kelamaan sakitnya mulai berkurang. Dia menyeka kembali keringatnya saat ini padahal ac mobilnya menyala tapi keringat itu masih terus mengucur dari tubuh shani.
Shani kembali menutupi wajah pucatnya dengan Make up tebal memoles bibirnya dengan lipstik. Setelah terlihat sempurna baru lah dia kembali menancap gasnya, mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Dia teringat obrolannya dengan vino yang menyatakan kalau kondisinya sedang tidak baik-baik saja.
"kondisi mu semakin memburu shani kamu harus segera melakukan transplantasi sumsum tulang belakang,"
Shani kembali menghentikan laju mobilnya, dia tersenyum hambar mengingat penyakit yang di dapatnya adalah warisan dari sang bunda. Beberapa tahun lalu dia di nyatakan sembuh dengan kemungkinan 80% tapi kemungkinan untuk kambuh lagi dan ternyata penyakit itu terlalu betah berdiam diri di tubuh shani.
"sia-sia," ujarnya lalu kembali menancap pedal gas.
Shani sudah sampai di loby kantornya lalu naik menuju ke ruangannya di lantai 2.
"ci shani? Lho kenapa ke kantor? Kalau soal urusan kantor gua masih bisa ngehandle,"
"fen cukup di rumah aja gua di perlakukan seolah-oleh pasien sekarat yang bentar lagi mau mati," sarkas shani.
"ci.....!!
"apa emang iya kan? Bentar lagi gua emang mau mati fen, tapi gua di paksa terus melawan takdir,"
Argkkkk
Shani menggeretakkan giginya menahan rasa sakit yang kembali muncul.
Uhuk uhuk
Feni bangkit dari duduknya mendengar shani terbatuk dengan wajah yang memerah tanganya meremas dadanya.
Dengan lembut feni mengusap punggu shani.
Uhuk uhuk
Shani kembali terbatuk merasakan sakit yang teramat menyerang tubuhnya.
Huekk...
Di menit berikutnya shani memuntahkan darah segar di telapak tangannya yang membuat kepanikan feni.
Tapi dengan santainya dia membersihkan darah pada telapak tangannya lalu di bagian bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka S2 (END)
RomanceKisah goresan luka ini adalah kelanjutan dari kisah luka di masa lalu, kisah dimana luka-luka terbungkus rapi dan di bawa oleh masing-masing dari mereka. Dimana empat bocah ini di tuntut untuk menjadi dewasa dengan luka-luka mereka, mereka hadir de...