Extra part

532 29 5
                                    















Aku kembali ketempat ini, tempat yang kini menjadi peristirahatan terakhirmu. Di rumah barumu ku pastikan kamu sudah tidak merasa sakit lagi seperti dulu kala.

Ku kembali meneteskan air mata, walau aku sudah berjanji ratusan kali kepadamu bahwa ini adalah air mata terakhirku. Nyatanya ia jatuh tanpa di pinta.

Ku usap salip yang tertancap bertulisan namamu.

Aku kembali menangis saat itu juga. Rasa sakit kehilangan mu masih berlanjut sha. Bahkan setelah 10 tahun kepergianmu rasa sakitnya tidak pernah berkurang, jujur aku ikhlas akan kepergianmu hanya saja rindu ini setiap saat menggangguku.

"kamu masih mencintainya zee?" suara serak itu membuat ku menengadah kan kepala.

Sudah ada adel yang ikut berjongkok di hadapan ku. Mengelus gundukan tanah itu.

"kamu mencintainya zee?" kata adel kembali mengulang ucapannya.

Aku hanya tersenyum menerima pertanyaan yang sama. Sejujurnya aku hanya memiliki sedikit cinta sehingga aku tidak bisa membaginya pada banyak orang.

"hmm, bahkan aku masih mencintainya dalam setiap hembusan nafasku," kataku. Yang berhasil membuat adel menatap ku tajam.

"kalau aja aku bisa mengulang waktu aku engga akan biarin marsha jatuh cinta sama kamu zee," ucap adel.

Aku kembali tersenyum menanggapi ucapannya.

"dan kalau aku bisa mengulang waktu kembali, aku akan tetap memilih bersama ashel del," adel kembali menatap ku, kali ini tatapan penuh dengan amarah.

"kamu...,"

"karena dengan bersama ashel aku memiliki kava dan kal. Kalau aku ga bersamanya ga mungkin ada meraka," kataku memotong ucapan adel.

Adel bungkam.

Aku kembali berdiri.

"tolong lanjutkan hidupmu del. Buat lah marsha bahagia di surga dengan membahagiakan dirimu sendiri," kataku.

Aku pun pergi meninggalkannya sendiri, tertunduk di hadapan makam marsha.

Zee pov end






----

Author pov

"apakah aku bisa melepaskan penderitaanku ini sha? Nyatanya engga sha, kecuali takdir itu sendiri yang akan melepaskannya,"  dengan kembali berlinang air mata adel terus mengusap lembut salip milik marsha.

"del...," sayu-sayu adel mendengar suara. Suara yang begitu di kenalinya, suara yang 10 tahun ini hilang dari pendengarannya. Dia menengadahkan kepalanya retinanya menatap sosok yang di rindukannya.

"sha...," panggil adel, dia kembali mengucek kedua matanya. Bayangan marsha masih berada di tempatnya sembari menampilkan senyumannya.

"maafkan aku del. Maaf aku telah meninggalkan kamu bersama luka-luka yang aku hadia kan kepadamu, ketahuilah del di tempatku berada aku masih merasakan kesakitan karena aku masih meninggal kan luka di hatimu"

Adel menggeleng hebat. Jatuh cintanya bukanlah kesalahan marsha, tapi cintanya lah yang memilih marsha untuk tinggal lebih lama di hatinya.

"aku yang seharusnya minta maaf sha, karena aku pernah mengharapkan mu sedalam itu," ucap adel yang makin menangis tersendu-sendu.

"maaf sha karena aku kamu terluka sedalam ini, bahkan ketika seharusnya kamu sudah tenang dan damai di tempat barumu," kini adel berhasil menghapus air matanya. Menghentikan tangisnya lalu menatap marsha dengan sangat dalam.

Goresan Luka S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang