28

313 26 0
                                    

Happy reading


***

"Pedang ini sangat unik, dan juga kenapa motif pedang ini harus dibagi?" Alley heran, motif yang dia lihat di salah satu pedangnya bermotifkan naga satu ekor 🐉 tetapi naga itu terbagi menjadi dua.
 
Huanran langsung mendekat ke arah Alley dan mengambil salah satu pedang itu.

Pemilik toko itu tersenyum tipis.

"Pilihan yang sangat bagus panglima, alasan mengapa motif naga itu dipisah karna pedang itu
tidak akan bisa digunakan jika salah satu pedang nya tidak berada di dekatnya, pedang itu harus berdekatan bila akan digunakan, jika salah salah satu orang itu tidak ada maka pedang itu tidak ada artinya. Pedang itu khusus untuk dua orang antara wanita dan pria, gagang yang berwarna merah khusus untuk wanita dan gagang yang berwarna biru khusus untuk pria. Pedang itu memiliki keistimewaan, pedang itu akan memilih sendiri pemiliknya dan bisa menyesuaikan kekuatan sang pemilik. Sebenarnya pedang itu tidak bisa dilihat jika bukan pemiliknya yang melihat jadi anda adalah orang yang dipilih pedang itu pangeran dan panglima." Pemilik toko itu menjelaskannya dengan sangat rinci dan mudah untuk dipahami.

Huanran dan Alley terkejut saat mendengar kalimat terakhir sang pemilik toko, mereka adalah orang yang dipilih pedang ini?

"Berapa harga dua pedang ini?" Huanran bertanya sambil melihat dengan inci pedang itu.

"Itu gratis pangeran, karna pedang itu memilih kalian sendiri"

"Benarkah?, Tetapi pedang ini sepertinya sangat mahal." Ucap Alley

"Benar panglima."

"Apa nama pedang ini?" Tanya Alley

"The Glory of Ten Powers. Sebenarnya pedang ini adalah  pedang legendaris yang dibuat oleh sepasang suami istri penyihir dari Tibet. Cinta pasangan ini membuat pedang ini dimasuki roh agung dan mendapatkan kekuatan untuk melindungi pemiliknya melawan kekuatan apapun khususnya magis dan kekuatan ilmu hitam. Pada akhirnya pemilik pedang ini meninggal dunia dan banyak orang yang mengincar pedang ini tetapi tidak ada yang menemukannya. Pedang ini juga adalah titipan dari kakek-kakek tua yang datang dahulu dan menjelaskan semuanya kepada saya."

"Apakah pedang ini seistimewa itu?" Alley berbicara dengan dirinya sendiri tetapi Huanran juga mendengar apa yang dikatakan Alley.

"Baik terima kasih karna telah memberikan pedang ini secara gratis tetapi anda harus tetap mengambil uang ini dari saya, saya tidak menerima penolakan."
Huanran menyerahkan sekantong koin emas kepada pemilik toko itu

Sang pemilik toko sangat berterima kasih kepada pangeran Huanran dan mendoakan mereka agar selalu dalam lindungannya.

Huanran dan Alley berlalu dari toko itu dan berjalan beriringan. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tetapi sebenarnya pikiran mereka sama, mereka sama-sama memikirkan perkataan pemilik toko tadi tentang sejarah pedang the glory of ten powers ini. Cinta?, Apakah pedang ini bisa merasakan perasaan seseorang?.

"Kita langsung pulang saja"

"Baik pangeran"

Mereka berjalan menuju tempat menitipkan kuda mereka tadi.

Setelah mengambil kuda, mereka pun langsung menunggangi kuda masing-masing dan kembali menuju ke istana.

***

"Terima kasih karna telah menemani saya hari ini Alley." Ucap Huanran saat mereka sudah tiba di istana.

"Tidak masalah Pangeran, saya juga senang karna bisa jalan-jalan untuk menghirup udara segar"

"Ekhem, saya ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak Disini, apakah boleh?" Ucap Huanran dengan hati-hati.

"Tentu saja pangeran"

Setelah mendengar jawaban Alley, Huanran langsung menggandeng tangan Alley dan membawanya ke taman belakang istana dimana tempat itu sangat sepi dan jarang dijaga oleh prajurit.
Alley yang mendapat perlakuan tiba-tiba itu mendadak beku dan hanya pasrah saja saat dibawa.

Setelah mereka sampai di taman, Huanran langsung menyuruh Alley untuk duduk di salah satu gazebo yang berada disana.

Huanran mengambil sesuatu dari kantong bajunya dan langsung berlutut di hadapan Alley. Alley yang melihat itu reflek langsung berdiri tetapi dihentikan oleh Huanran.

🐾🐾🐾

17-09-22

Huang Li Wei (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang