Di satu kampung bernama Mangga Nyusruk. Terdapat seorang pemuda yang cukup terkenal. AlZeedan Putra Fadillah adalah pemuda yang kini berkuliah di bidang manajemen bisnis.
Pemuda yang dikenal cukup brandal karena penampilannya yang cukup urakan diantara pemuda yang tinggal di sini.
Sebenarnya dia belum lama tinggal di kampung ini. Ia awalnya hidup di kota, tapi karena dirinya yang cukup nakal maka dari itu di titipkan kepada nenek dan kakeknya di kampung.
Meski jarak kampus dan rumahnya mampu memakan waktu sekitar 1 jam an. Tapi mau gimana lagi? Itu adalah salah satu hukuman yang diberikan kepada Zeedan agar dirinya bisa berubah.
Semua fasilitas berharganya di cabut oleh orang tuanya. Hanya tersisa tabungan serta ponsel miliknya. Untuk datang ke kampus saja dia menggunakan motor matic sang kakek.
Apapun yang orang tua dia lakukan, semua demi kebaikan Zeedan.
Awal kali datang ke kampung mangga nyusruk ini, Zeedan sedikit risih dengan anak-anak di kampung ini yang terlihat sangat jahil. Ibu-ibu di sini suka bergosip bahkan mulut mereka lebih pedas ketimbang ibu-ibu di kota nya.
Sampai sudah berjalan seminggu dia tinggal di kampung. Dia menjadi bahan gosipin orang sana karna memakai baju kaos tanpa lengan dan celana yang sobek pada bagian lutunya saat pergi ke warung membeli bubuk kopi. Dia nampak seperti berandal, itulah yang menjadikannya bahan gosip ibu-ibu.
Sungguh ingin sekali Zeedan menyumpal mulut ibu-ibu itu dengan bubuk kopi yang dia beli. Tapi dia tetap sabar, meski sebenarnya kesabaran dia setipis tisu dibelah tujuh.
Berjalan dua minggu. Dia mulai mendapat teman, tapi teman kampungnya ini diantaranya adalah pemuda yang cukup nakal. Diam-diam dia sudah sering kali bersama temannya mencuri jagung, ketela pohon, buah-buahan secara diam-diam saat mereka kumpul bersama.
Minggu ketiga, dia telah membuat keonaran. Sebenarnya bukan membuat sih, dia hanya ingin memlindungi dirinya sendiri dari serangan pemuda kampung sebelah yang mabuk.
Saat Zeedan pulang dari kuliah nya, dia di cegat oleh beberapa pemuda yang mabuk di sore hari. Salah satu pemuda yang sepertinya adalah bos dipertemanan itu tiba-tiba saja memukul wajah tampang milik Zeedan tanpa alasan yang belum diketahui.
Zeedan yang tak terima langsung saja menghajarnya balik tanpa ampun. Meski Pemuda mabuk itu berjumlah empat orang, tapi semua habis tepar di hajar Zeedan.
Warga mulai datang memisahkan tapi saat mereka sudah tepar. Jadi, warga berasumsi Zeedan lah yang membuat onar. Padahal Zeedan hanya membela dirinya.
"Sungguh semua bangsat mereka," batin Zeedan saat itu.
Warga ramai-ramai membawa Zeedan ke rumah kepala desa. Berulang kali Zeedan berontak tapi tetap saja dia tak bisa berbuat banyak karna tangannya yang sudah di genggam erat oleh manusia menyebalkan yaitu warga kampung.
Warga sampai di perkarangan rumah kelapa desa, disambut oleh seorang gadis yang berstatus anak tunggal dari kepala desa.
"Ada apa ini pak ramai-ramai?" tanya gadis itu.
"Bapak ada neng? Kami ke sini mau laporin anak brandal ini karena sudah menghajar empat pemuda di kampung kami, rambutan gundul," jelas salah satu warga.
"Bapak lagi sholat pak. Mungkin sebentar lagi selesai," jawab gadis itu dengan sopan.
"Baiklah, kita tunggu saja di sini," jawab salah satu warga.
Beberapa detik kemudian bapak Kepala desa keluar dengan baju koko yang masih dikenakan. "Ada apa ini para warga?"
Semua riuh mengutarakan penjelasan secara bersamaan yang membuat perkataan mereka jadi tak jelas.
"Coba satu-satu yang jelaskan," pinta Bapak kepala Desa.
"Jadi gini Pak Sobirin, anak ini tadi di perempatan jalan ngebantai empat pemuda di desa kami pak," jelas salah satu warga.
Zeedan yang sedari tadi terpanah oleh gadis yang kini bediri di samping tapi agak kebelakang Pak Sobirin, kini terbuyarkan.
"Woilah! Fitnah! Enak aja, gua mana ada ngebantai bangsat! Mereka duluan yang ngehadang gua terus mukul gua duluan! Gua kagak terimalah anjer, gua ga salah apa-apa maen di pukul-pukul aje," kata Zeedan tak terima.
"Bahasamu nak sungguh sopan sekali," kata pak Sobirin selaku kepala desa.
Pak Sobirin adalah mempunyai jabatan kepala desa dan ustadz yang terpandang di kampung ini.
"Maaf pak. Habisnya mereka main fitnah-fitnah aja," kata Zee.
"Ceritakan bagaimana kejadiannya nak," pinta Pak Sobirin.
"Ya jadi gini pak, tadi sayakan pulang dari kuliah naik motor santai. EH! MOTOR SAYA MASIH DI SANA?!" Pekik Zeedan.
"MOTOR AMAN KOK," Sahut salah satu warga yang duduk di atas motor Zeedan sambil merokok.
"Lanjutkan," pinta Pak Sobirin.
"Terus tiba-tiba di perempatan sana, saya dihadang sama para manusia tadi. Dari baunya mereka mabuk, terus sebenernya salah satu dari mereka ngeracau kelau dia ga terima sama saya karena pacar dia suka sama saya. Padahal saya aja ga kenal pacar dia siapa? Dia yang duluan mukul saya pak. Saya ga terima ya saya bales lah. Dan para warga ini dateng, terus ngefitnah saya. Bener-bener ya kalian jahat banget jadi orang," jelas Zeedan dengan menggebu-gebu.
"Kalian para warga tidak seharusnya menghakimi tanpa adanya penjelasan seperti ini," nasihat Pak Sobirin.
"Tau tuh, jadi orang jangan gitu dong," kata Zeedan.
"Kamu juga, tak seharusnya melakukan kekerasan seperti itu," nasihat Pak Sobirin pada Zeedan.
"Mereka duluan yang mulai Pak," balas Zeedan.
"Sudah-sudah. Lebih baik kalian bubar, waktu sudah hampir maghrib. Kau juga nak, pasti orang tua mu mencari."
"Kiw-kiw cewe, namanya siapa neng?" Tanya Zeedan pada anak Pak Sobirin dengan cengiran.
"Astaghfirullah," ucap Gadis itu.
"Astaghfirullah," ucap warga serempak mengikuti ucapan anak Pak Sobirin.
Salah satu warga mengusap wajah tampan Zee. "Dasar bocah jahe, jangan goda-goda neng Shani. Di sambit Pak Sobirin pakek sarung mau?" Bisiknya.
"Tangan bapak bau tai!" Pekik Zeedan.
Bapak itu mencium jarinya. "Perasaan udah saya kasih sabun deh," gumamnya.
"Jorok!" ucap Zeedan seraya menjauh.
Setelah kejadian itu Zeedan, gencar mengejar Shani anak kepala desa+ustdaz untuk mendapatkan cintanya. Berulang kali Zeedan mengutarakan cintanya tapi berulang kali juga Shani menolak dan menghiraukan maksud dari Zeedan.
Hanya fiksi, jangan di bawa ke dunia nyata
Mon maap klo ada typo:)
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari [END]
Teen Fiction"Kiw-kiw cewe, namanya siapa neng?" Tanya Zeedan pada anak Pak Sobirin dengan cengiran. "Astaghfirullah," ucap Gadis itu. "Astaghfirullah," ucap warga serempak mengikuti ucapan anak Pak Sobirin.