23

2.2K 252 21
                                    











Malam ini terawih akan di laksanakan. Karena besok sudah mulai puasa, juga mentri agama sudah mengkonfirmasi hal itu.

Kakek dan nenek sudah pergi lebih dulu ke masjid. Sedangkan Zeedan masih di rumah menunggu teman-temannya yang ingin menjemputnya dan berangkat bersama ke masjid.

"Zeedan! Terawih yookkk~" itu suara Rollan.

Tak lama Zeedan muncul dengan penampilan sama seperti sore tadi saat hendak berangkat ke masjid. Sarung yang sudah masuk ke tubuh tapi selempangkan ke bahu, memakai celana kolor. Bedanya dia sudah berganti baju tak memakai baju koko melainkan kaos biasa bertuliskan jkt48 new era dan songkok yang di kenakan di kepala dengan posisi miring.

"Bentar, gue, kunci pintu dulu." Zeedan mengunci pintu rumah setelah itu meletakkan kunci rumah di tempat persembunyian yaitu di dalam pot bunga.

"Udah, yok."

Mereka bersama pergi ke Masjid. Senakal-nakalnya mereka, tetap melaksanakan ibadah puasa di bulan ramdhan. Meskipun jarang penuh sebulan karena ada saja godaan yang membuat mereka dengan sadar membatalkan puasa sebelum waktunya. Jangan dicontoh ya gaes ini tidak baik.

"Besok, warung kopi bakalan sepi dong kalau udah mulai puasa," Reven memulai pembicaraan.

"Mestinya gitu. Tapi pasti ga bakal sepi-sepi bangetlah. Banyak juga yang nggak puasa pastinya," sahut Luky.

"Gue tebak nih ye, si Luky besok bakal batalin puasa," tebak Rollan.

"Suudzon lo sama gue. Belum juga mulai puasa udah nebak bakal batal aja," sahut Luky.

"Kebiasaan lo gitu. Tahun kemarin belom ada setengah hari, lo udah makan es krim gara-gara liat bocil makan, kepengen kan lo," ungkap Rollan.

"Besok ente ga boleh gitu Luky, ga baik," nasihat Soleh.

"Weh, lo juga sama ya. Cuma beda hari doang. Lo juga batalin gegara ga bisa nahan godaan buah duren pas emak lo beli," balas Luky.

"Ane mah sekali doang," jawab Soleh.

"Mau sekali atau berkali-kali sama aje," kata Luky.

Reven menyipitkan matanya saat melihat sekeluarga yang tak asing. "Eh gaes, itu bukanya Pak Sobirin sama keluarganya?" kata Reven.

"Oh iya. Itu Pak Sobirin Dan, siapin jantung lo Zeedan ada Shani juga di antara mereka," kata Rollan heboh.

Zeedan nampak mempersiapkan diri, mengusap wajahnya agar lebih tampan. Tangannya di beri uap dari mulutnya lalu di usapkan di rambutny. Walaupun akhirnya di tutup lagi dengan songkoknya yang masih miring. Zeedan masih membiarkan sarungnya terselempang di bahu. Dadanya di busungkan berusaha membangun kesan wibaya. Sebenarnya percuma juga kalau penampilan Zeedan saja seperti bocil yang hendak ke masjid.

"Assalamuallaikum," salam Pak Sobirin dan keluarga.

"Waalaikumsalam," jawab Zeedan dan kawan-kawan.

Mereke manyalimi tangan Pak Sobirin tapi tidak istri dan anaknya. Mereka hanya melakukan seperti ini 🙏.

"Kalian mau ke masjid?" tanya Pak Sobirin.

"Iya Pak. Kami hendak ke Masjid terawih," jawab Soleh mewakili.

"Hemm, Zeedan kamu tak adzan lagi?" tanya Pak Sobirin.

Zeedan mengerjabkan matanya kaget karna mendapat pertanyaan dari Pak Sobirin. Benar saja adzan sudah berkumandang sedangkan dia belum sampai di masjid.

"A-anu Pak, itu saya tadi nungguin temen-temen dulu, lama. Jadi telat ke Masjid nya, udah keduluan si Udin yang adzan nih," jelas Zeedan.

Teman-teman Zeedan menatap sinis. Bisa-bisanya nama mereka di bawa-bawa untuk alasan si Zeedan.

"Apaan lu bawa-bawa nama kita?" Bisik Rollan.

"Diem," balas Zeedan.

"Oh seperti itu," Pak Sobirin sepertinya menemerima alasan Zeedan.

"Kita ke Masjid sekarang saja. Sebentar lagi iqomah, terawih sholat isya' akan segera mulai," kata Pak Sobirin.

"Iya Pak, mari."

Pak Sobirin memimpin jalan. Para teman-teman Zeedan mengode untuk Zeedan mendekati Pak Sobirin meminta izin. Izin apa? Kita lihat saja.

"Ehem," dehem Zeedan. Dia kini berjalan di samping Pak Sobirin. Sedangkan teman-temannya berjalan di belakang memantau dengan jarak yang tak terlalu jauh.

"Kenapa Zee?" tanya Pak Sobirin, tapi mereka tetap terus berjalan.

"Sini deh Pak." Zeedan mengode Pak Sobirin untuk mendekatkan kepalanya.

"Kenapa?" tanya Pak Sobirin dengan nada pelan. Mereka berhenti sejenak.

"Anu, Pak. Saya boleh ga jalan sama di sisi Shani? Ga berdua kok, kan ada temen-temen Zeedan yang jagain ada Pak Sobirin juga pastinya kan yang mimpin jalan." Zeedan tercengir setelah mengutarakan apa yang dia inginkan.

Pak Sobirin menatap serius ke arah Zeedan. "Kalau ga boleh ga papa kok Pak, santai aja," lanjut Zeedan karena merasa takut dengan tatapan Pak Sobirin.

Pak Sobirin tersenyum. "Boleh, asal kamu jangan aneh-aneh ke anak saya."

Jawaban Pak Sobirin membuat Zeedan tercengang tak percaya. "Beneran boleh Pak?"

"Iya, sana."

Zeedan bersorak senang. Dia langsung beralih ke sisi Shani yang berdiri dengan Ibunya. Tenang masih ada jarak kok di antara Shani dan Zeedan tak sedekat itu.

Ibu Shani melihat ke arah suaminya seolah bertanya ada apa. Pak Sobirin tersenyum dan mengangguk yang membuat istrinya mengerti. Sepertinya mereka berbicara dengan mata kaki, eh mata batin. Ibu Shani beralih ke sisi suaminya membiarkan Shani bersama Zeedan.

"Ehem, gimana kabar kamu Shan?" tanya Zeedan malu-malu. Jari-jarinya sampai memainkan sarung untuk menahan rasa salting yang hampir menguasainya.

"Gimini kibir kimi shin?" Rollan dengan jahil menirukan perkataan Zeedan dengan menyemenye di belakang.

"Jelek banget salting lo Dan-Dan," kata Rollan.

"Bangsat, diem lo anjing," geram Zeedan. Teman-temannya menahan tawa melihatnya. Mereka sangat senang melihat Zeedan seperti ini.

"Ck!" Decak Shani.

"Iya maap aku, salah. Ga bakal ngomong kasar lagi," balas Zeedan yang seakan mengerti arti decakan Shani itu karena dirinya yang habis berkata kasar. Tangan Zeedan menepuk pelan mulutnya sendiri.

"Ceilah takut si Zeedan," kata Reven.

"Baik. Kamu gimana?" tanya Shani balik sambil menunduk.

Zeedan mengusap wajahnya dengan sarung miliknya. Dia berusaha menahan salting. Jika dia sedang sendiri pasti dia sudah mereog, apa saja pasti dia lakukan.

"Zeedan berulah Shan, dia mabuk kemarin," sahut Luky dengan jahil.

"Heh! Sembarangan! Fitnah lo, dosa!" Sela Zeedan tak terima. Zeedan jelas saja tak mabuk kemarin. Dia bahkan sudah lama tak mendekati minuman alkohol.

"Jangan dengerin mereka Shan. Kerjaanya fitnah. Suka banget ngerjain aku. Awas aja kalian, gue denger-denger orang yang suka fitnah ntar matinya kayang," kata Zeedan.

"Anjir, bisa gitu. Mati nya bisa pakek gaya epik gitu," kata Luky.

"Gapercaya? Coba aja. Lo kan ga bisa kayang Ky, siapa tau kalau beneran bikin kayang, cita-cita lo untuk bisa kayang tercapai," kata Zeedan.

"Ogah anjir, ntar bisa kayang tapi dah mati. Ga bisa bangga dong," jawab Luky.

Mereka selama perjalanan terus membicarakan hal-hal kecil. Sesekali juga ikut menyahuti perbincangan Zeedan dan Shani. Menggodanya sampai Zeedan geram pengen mencekek teman-temannya itu. Teman-temannya tak peduli, bahkan mereka malah tertawa melihat Zeedan yang kesal.























































Jalan berdua tuh, yang lainnya setan. Wkwkwk

Maap buat typo.

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang