28

2.2K 273 22
                                    


Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu tapi cukup menegangkan bagi Zeedan. Hari ke 30, dimana hari ini Zeedan akan memenuhi persyaratan terakhir dari Pak Sobirin.

Sehabis terawih, di masjid sekarang cukup sepi. Karena hari pun sudah mulai malam dan para warga telah pulang ke rumah. Tinggal Zeedan dan Pak Sobirin yang tersisa di sana.

Zeedan sedari tadi mengusap dahinya yang tiba-tiba muncul keringat dingin. Dia gugup sekarang.

"Ehem, gimana Zeedan, siap?" tanya Pak Sobirin.

"Bismillah dulu, berdoa semoga di beri kelancaran sama Allah."

"Iya Pak." Zeedan memejamkan mata, berdoa di dalam hati. "Ya Allah semoga lancar jaya, ga ada halangan. Bantu hamba mu ini yang baik dan tidak sombong Ya Allah, ini langkah terakhir untuk bisa menikahi ciptaan mu yang sempurna di mata saya, beri kelancaran Ya Allah, aamiin."

Zeedan siap ga siap harus siap sekarang. "Baik Pak, saya siap," ucap Zeedan dengan lantang.

"Silahkan, di mulai."

~~~

Di rumah, kakek dan nenek sedang berada di kamar, mereka membicarakan Zeedan. Mereka menunggu kabar dari Zeedan apakah berhasil atau tidak?

"Kek, kira-kira Zeedan berhasil tidak ya?" pikir Nenek.

"Pasti berhasil Nek. Tadi Zeedan kan sudah praktek ke kita dan Alhamdulillah lancar."

"Tapi, nenek takut kalau Zeedan sampai lupa di pertengahan. Takut, ada aja kendalanya."

"Sst, lebih baik kita do'a in yang terbaik buat Zeedan. Semoga lancar storannya. Jangan malah mikirin hal-hal yang ga baik seperti itu."

Tak hanya di rumah kakek dan nenek. Di rumah Shani pun sama. Shani bahkan sudah mengirimkan beberapa pesan kepada Zeedan. Apakah semua berjalan lancar dan berhasil?

Tak di pungkiri dia pun merasa gelisah menunggu kabar dari Zeedan.

"Bu, Bapak belum pulang ya?" tanya Shani yang kini menghampiri ibunya di dapur.

"Belum, mungkin sebentar lagi. Kenapa?"

"Gapapa, cuma ingin tau hasilnya aja."

"Hasil apa? Usaha Zeedan?"

"Iya bu."

"Doain aja yang terbaik, semoga lancar. Pengen banget ya kamu nikah sama Zeedan?" Ibu Shani sengaja melontarkan pertanyaan jahil kepada sang anak.

"Apa sih buk." Shani yang malu dan tak mau menjawab memilih kembali masuk ke dalam kamar.

~~~

Kini waktunya untuk sahur. Keluarga Shani berkumpul untuk melaksanakan sahur bersama. Dari tadi Shani resah ingin mengutarakan pertanyaan yang mengganjal di hatinya.

"Pak," panggil Shani.

"Iya, nak?"

"Shani mau nanya."

"Habisin dulu makanannya. Ga baik makan sambil ngobrol," tegur Ibu Shani.

Shani cemberut dengan terpaksa dia harus menelan pertanyaanya kembali. Menunggu makanannya habis.

"Mau nanya apa Shan?" tanya Pak Sobirin saat sarapan mereka telah selesai.

"Jadi semalem Zeedan gimana pak? Berhasil?" Tanya Shani.

Pak Sobirin tak menjawab, dia hanya menghembuskan napas dan menggeleng pelan. Pak Sobirin beranjak meninggalkan mereka dan menghiraukan pertanyaan dari anaknya.

"Pak, Pak. Mau kemana? Pertanyaan Shani belum bapak jawab," kata Shani.

"Bu, bapak kenapa sih? Kenapa gamau jawab pertanyaan Shani?"

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang