Ngeengg~
Ckitt!
Sreek!
Zeedan mengerem motornya dengan mendadak sampai ngesot ke samping. Dia memarkiran motornya di depan rumah, kemudian berlari masuk ke dalam rumah melupakan gula yang masih di motor.
"Nenek! Kakek! Nek!" Panggil Zeedan terdengar bahagia.
"Di belakang," sahut Nenek. Zeedan bergegas menghampiri. Terlihat di belakang sang nenek sedang mengupas kacang ijo yang sudah mengering, sedangkan kakek sedang menjemur kacang ijo.
Zeedan memeluk erat nenek dari belakang yang duduk di kursi pendek. "Kamu kenapa sih?" tanya Nenek heran.
"Aku lagi seneng nek, seneng banget."
"Kenapa Zee? Kliatannya seneng banget," kata Kakek yang menghampiri mereka.
Zeedan beralih duduk di bawah sebelah nenek. "Jadi, gini kan tadi abis dari warung aku ketemu Shani di jalan bawa belanjaan banyak gitu. Nah, aku inisiatif bantu lah karena kan seorang Zeedan ini anaknya baik hati dan tidak sombong, rajin membantu, terus aku bantu lah dia. Aku anterin sampai rumah. Di sana aku liat ada sepeda ternyata punya si Cio Cio itu. Aslinya kesel dong aku, abis bantu bawa ke dalem rumah, aku langsung mau pulang. Tapi ternyata Shani manggil aku, katanya di suruh Pak Sobirin masuk. Yaudah aku, masuk lah di sana ada Cio lagi duduk. Aku duduk di sebelah Cio, aslinya dalem ati pengen ngajak gelud dia, gedheg aku liat nya. Aku diem di sana, ngebirain Pak Sobirin ngomong sama Cio. Aku ga mau ikut campur. Tapi tiba-tiba Pak Sobirin bilang kalau perjodohan Cio sama Shani di batalin, sumpah aku seneng banget dengernya. Ternyata doa Zeedan selama ini biar perjodohan mereka batal terkabul. Terus selesai ngomong sama Cio, dia di suruh pulang. Nah, tanpa di sangka-sangka Pak Sobirin bilang ke Zeedan, kalau Zeedan di bolehin deketin Shani. Boleh nikahin Shani nantinya tapi dengan syarat Zeedan harus bisa berubah jadi lebih baik. Sumpah seneng banget aku Nek, Kek. Kayak, mimpi apa aku semalem gitu. Terus abis itu aku di suruh pulang. Jadi, gitu ceritanya nek makanya aku ini lagi seneng banget." Nenek dan Kakek diam mendengarkan cerita Zeedan. Cucunya itu nampak berseri-seri saat bercerita, bahkan mukanya sampai merah menahan salting.
"Selamat kalau begitu. Tuh udah di kasih lampu, kamu manfaatin sebaik-baiknya. Kata Pak Sobirin harus bisa berubah, sekarang kamu berubah. Rajin Sholat, rajin ngaji, jangan kebanyakan mabuk," kata Kakek.
"Eh, aku mana ada mabuk. Zeedan ga pernah mabuk-mabukan," elak Zeedan.
"Kamu gausah ngelak. Papa kamu ngungsiin kamu ke sini, karena kamu bandel, suka mabuk, suka main-main ga bener. Kakek udah tau," balas Kakek.
"Itu kan dulu, sekarang nggak," jawab Zeedan.
"Eleh, diem-diem pasti kamu masih nglakuin kan? Gabaik Zeedan mabuk-mabuk gitu, dosa. Gabaik juga sama kesehatan," kata Nenek. Zeedan hanya diam mendengarkan dengan tangan nya yang mengupas-upas kulit kacang ijo.
"Iya-iya. Nanti sore Zeedan mau pulang," ungkap Zeedan.
"Loh ga di sini aja? Ramadhan di sini," tanya Nenek.
"Iya nanti Zeedan sebagian ramadhan di sini, sebagian di sana. Cuma pulang bentar kok, mungkin ramdhan awal aku di sini. Terus pertengahan mungkin balik ke rumah," ungkap Zeedan.
"Yaudah, terserah kamu. Yang penting nanti lebaran kamu ke sini ya, Mama, Papa, kembaran kamu juga ajak ke sini. Kakek udah ga pernah liat kembaran kamu itu main ke kampung lagi," kata Kakek.
"Sibuk kerja dia Kek. Boro-boro main ke kampung, pulang ke rumah aja juga jarang. Tapi maklmum sih, karena jarak rumah sama tempat dia kerja jauh banget," jelas Zeedan.
"Ya pokoknya nanti lebaran harus di sini semua," pinta Nenek.
"Iya nek, nanti Zeedan ajak mereka ke sini," jawab Zeedan.
Hari sudah sore Zeedan pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Setelah maghrib dia baru sampai rumah orang tua. Sebenarnya bisa saja dia sampau rumah pas maghrib, tapi dia memilih berhenti dulu mencari masjid untuk sholat maghrib. Anjay. Selesai sholat baru dia melanjutkan perjalanan pulang.
"Assalamuallaikum~ Mama Zeedan pulang."
"Waalaikumsalam~." Sahut Mama. Zeedan menyalimu tangan sang Mama.
"Papa mana?" tanya Zeedan.
"Tadi mandi, tapi gatau sekarang udah selesai belum," jawab Mama.
"Idih, udah maghrib baru mandi," ejek Zeedan.
"Hei, kamu malah biasanya mandi jam delapan, jam sembilan," sahut Papa Ji yang ternyata sudah selesai mandi.
"Mana ada," elak Zeedan.
"Gimana tadi, titipan Papa? Udah kamu kasihin?" tanya Papa.
"Udah, kok. Oh iya, nenek pengen aku pas bulan puasa aku di kampung sama mereka. Tapi, aku pengennya nanti sebagian puasa di sana sebagian puasa di sini," ungkap Zeedan.
"Terserah kamu aja," jawab Papa Ji.
"Terus, kalau lebaran nanti kita di suruh ke sana bareng-bareng, sama si abang."
"Iya pasti kita kesana ntar."
"Oh iya, Zeedan mau cerita." Zeedan melompati sofa lalu duduk.
"Kamu ini, duduk yang bener ga bisa apa?" tegur Mama Cindy, bisa-bisa nya malah lompatin sofa baru duduk.
"Biar cepet," jawab Zeedan.
"Jadi gini. Zeedan lagi suka sama perempuan," ungkap Zeedan.
"HA? SIAPA?"
"ANAK MANA?"
"KOK BISA?"
"KAMU JANGAN PELET DIA YA ZEE."
"KENALIN KE KITA CEPETAN!"
Heboh Mama Cindy dan Papa Ji mendengar anak nya yang sedang merasakan jatuh cinta.
"Ck, satu-satu dong kalau nanya. Namanya Shani, anak kepala desa tetangga Kakek, dan Zeedan ga ada pakek pelet-pelet ya. Zeedan ini anak alim," kata Zeedan.
"Alim apaan, yang ada kamu itu menyesatkan," timpal Papa Ji.
"Apa sih Papa ini. Orang aku ini anak baek-baek."
"Kamu gimana bisa suka sama dia?" Tanya Mama Ci.
"Jadi gini..."
"Jadi gitu ceritanya Ma Pa," jelas Zeedan. Dia sudah menceritakan dari awal sampai akhir kepada Mama dan Papa nya itu.
"Kamu yakin bisa nglakuin syarat itu dalam 30 hari?" Papa Ji seperti ragu dengan anaknya itu.
"Yakin lah Pa. Ngaji? Aku bisa? Sholat? Tinggal menuhin aja biar ga bolong-bolong. Baik? Aku kan anaknya udah baik. Gampang soal berubah," kata Zeedan dengan pede.
"Jangan menggampangkan Zee. Dalam bayangan kamu memang gampang, tapi sebenarnya untik berubah jadi lebih baik itu ga segampang yang kamu bayangkan. Kalau iman dan tekat kamu kurang, itu aja bisa menggagalkan niat kamu untuk berubah. Godaan setan banyak," jelas Papa Ji.
"Kalau kamu bener-bener berubah, berubahlah karena keinginan kamu sendiri. Bukan karena orang lain. Karena itu nanti juga untuk kebaikan kamu sendiri. Kalau kamu mau berubah karena diri kamu sendiri, pasti Allah akan memudahkan itu. Daripada kamu berubah karena orang lain. Itu nasihat dari Papa, kamu smoga bisa menyerapi apa yang Papa katakan," jelas Papa Ji.
Zeedan nampak merenung. Benar juga, kalau dia ingin berubah sebaiknya karena keinginan dari hati dia sendiri, bukan karena syarat dari orang lain. Dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk berubah. Dia akan menanamkan diri untuk berubah demi kebaikan dia sendiri, bukan karena orang lain.
Zeedan lagi kesenengan tuh. Smoga lancar ya, dan waktu 30 hari nanti Zeedan bisa cus nikahin Shani wkwkkw
Gua capek banget. Kemarin abis bagi-bagi takjil. Godaanya banyak banget, apalagi pas waktu bikin es, masyaallah. Iman gue bener-bener di goda.
Maap buat typo.
Kalian harus jeli dalam membaca siapa tau ada sesuatu yg aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari [END]
Teen Fiction"Kiw-kiw cewe, namanya siapa neng?" Tanya Zeedan pada anak Pak Sobirin dengan cengiran. "Astaghfirullah," ucap Gadis itu. "Astaghfirullah," ucap warga serempak mengikuti ucapan anak Pak Sobirin.