Acara masih belum selesai, tapi kini rehat sejenak karena sudah menunjukkan waktu menuju maghrib. Aih mari kita intip pengantin baru ini yang sekarang berada di dalam kamar.
Di dalam kamar Shani suasana sangatlah canggung. Dari kedua manusia ini sama-sama bingung mencari topik pembicaraan. Zeedan yang biasanya gampang untuk mencari topik kini tiba-tiba saja terkikuk sendiri. Otaknya terasa blank, itu semua karena rasa gugup yamg menguasainya.
Di sisi lain Shani pun sana. Dia merasakan sangat amat gugup, karena bagaimanapun ini adalah pertama kalinya ada lelaki yang akan tidur sekamar dengannya.
Shani kini duduk di depan meja rias, memilih mengapus make up nya daripada bingung mau ngapaian. Dari kaca Shani bisa melihat kini Zeedan sedang duduk di atas ranjangnya.
Kakinya terapit rapat matanya menjelajahi isi kamar Shani dengan mulutnya yang seperti sedang bergumama tanpa suara, tapi dari raut wajahnya terlihat resah.
Dan itu menjadi lucu saat tangan Zeedan sedari tadi tak bisa diam, tangan itu terua memainkan songkok miliknya. Menepuk-nepuknya ke telapak tangan. Dan sesekali Zeedan menggaruk leher belakangnya, entah itu gatel beneran atau boongan.
"E-hem, Shan," dehem Zeedan mencoba menarik atensi Shani.
"Y-ya?" Sahut Shani.
"Anu, a-aku m-mandi dulu boleh?" Tanya Zeedan gugup.
"B-boleh lah. Itu kamar mandinya di sana." Shani menunjukkan letak kamar mandi di kamarnya.
"Ah, oke. A-aku mandi dulu. Mau Sholat Maghrib juga," kata Zeedan.
"Iya, kamu mandi dulu aja," sahut Shani.
Zeedan menurut. Sebelum itu Zeedan meletakkan songkoknya di meja rias milik Shani.
"Nitip ya."
"Iya," sahut Shani.
Zeedan kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Shani menetralkan jantungnya yang sedari tadi terus berdetak kencang.
~~~
"Shanii, tolong ambilin aku, handuk sama baju dong. Aku, lupa bawa ke kamar mandi," kata Zeedan dari arah dalam kamar mandi.
"Iya, Zee," sahut Shani.
Shani mengambil tas milik ya yang terdapat baju-baju di sana. Shani mengambilkan baju kemeja dan juga celana. Toh setelah ini mereka harus keluar lagi untuk melanjutkan acara yang belum selesai. Pipi Shani menjadi merah saat tangannya bergerak mengambil celana dalam Zeedan.
Shani menggelengkan kepala. Tangannya beralih mencari handuk yang Zeedan maksud. Tapi ternyata tak ada di dalam tas milik Zeedan.
"Zeedan handuk kamu ga ada di tas," kata Shani di depan pintu kamar mandi.
"Lah iyakah? Lupa bawa aku berarti."
"Yaudah pakek punya aku, aja dulu. Itu udah ada di dalem."
"Oke, baju aku, mana?"
"Nih. Buka dulu pintunya."
Zeedan memunculkan kepalanya dari sela-sela pintu. Terlihat rambutnya basah kuyup karena air. Tangannya terulur mengambil baju yang Shani ambilkan.
"Makasih sayang," kata Zeedan kemudian buru-buru menutup pintu kamar mandi. Karena jujur saja dia deg-deg an saat mengucapkan kata sayang.
Shani kini mengerjabkan matanya. Masih tak menyangka dengan apa yang Zeedan ucapkan padanya.
~~~
Zeedan keluar dari kamar mandi dengan baju yang sudah rapi. "Kamu mandi Shan, abis itu Sholat Maghrib. Udah mau masuk waktunya nih," kata Zeedan.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari [END]
Teen Fiction"Kiw-kiw cewe, namanya siapa neng?" Tanya Zeedan pada anak Pak Sobirin dengan cengiran. "Astaghfirullah," ucap Gadis itu. "Astaghfirullah," ucap warga serempak mengikuti ucapan anak Pak Sobirin.