Zeedan dan kawan-kawan duduk menunduk di balik jeruji besi. Sedih, geram menyatu menjadi satu. Zeedan menganggap semua ini salah Bobby. Jika saja Bobby menerima kekalahan tanpa harus adanya pertengkaran, pasti mereka semua tak ada dalam jeruji besi sekarang. Zeedan menatap tajam wajah Bobby yang sudah babak belur. Dirinya sempat kembali menghajar Bobby dalam jeruji besi ini tadi malam, tapi kemudian di tenangkan oleh para polisi dan di ancam akan di masukkan ke dalam sel yang lain serta masa hukuman di tambahkan. Sudah semalam mereka berada di sini. Tidur terasa tak enak di atas lantai yang hanya beralaskan tikar.
"Bokap gua pasti marah besar," kata Aldo. Raut wajahnya nampak melas sekarang. Meratapi nasib yang baru saja menimpa dirinya.
"Apalagi bokap gua Do. Perasaan gua ga enak, takut masa hukuman gua di tambah," balas Zeedan.
"Selamat pagi pak," sapa seorang paruh baya yang pagi ini mengunjungi kepolisian.
"Pagi. Ada yang bisa kami bantu?" tanya Pak Polisi.
"Saya ingin bertemu dengan Zeedan. Anak yang baru semalem di masukkan ke sini karena aksi balap liar dan pertengkaran."
"Boleh saya tau bapak ini siapa?"
"Saya Jisnan, ayahnya Zeedan."
---
"Saudara Zeedan, orang tua anda ingin bertemu." Pak polisi membuka gembok kunci sel, mempersilahkan Zeedan untuk keluar menemui orang tuanya.
"Gua keluar dulu Do," pamit Zeedan.
"Oke, tiati ya."
Zeedan keluar di ikuti polisi yang mengawasinya. Ternyata yang menemuinya adalah Papanya pagi ini. Sudah lama dirinya tak bertemu dengan sang papa. Dan ini adalah waktu bertemu kembali dengan papanya sejak dirinya di ungsikan di rumah kakek neneknya, tapi di tempat yang tidak tepat. Raut wajah marah dan kecewa tercetak jelas di wajah sang papa.
"Papa~" lirih Zeedan.
PLAKKK!
Sebuah tamparan keras di terima Zeedan di pipinya yang membuat ujung bibirny terasa perih. Rasa darah bisa dia rasakan di mulutny. Zeedan memegangi pipinya yang terasa sangat panas.
"GINI KELAKUAN KAMU?! GA BERUBAH! LIHAT DIRIMU SEKARANG, DITAHAN DI KANTOR POLISI! MALU ZEEDAN MALUUU. KENAPA KAMU TAK BISA BERUBAH? APA HUKUMAN YANG PAPA BERI KURANG?"
Zeedan hanya diam menunduk mendengarkan omelan sang papa. Dia salah, dia kembali membuat papanya kecewa. Benar apa kata papa nya, seharusnya dia berubah bukan malah kembali berulah. Zeedan menyesal telah melakukannya. Papa Ji menarik tubuh anaknya. Merengkuh dengan sayang. Tumpah sudah air mata Zeedan, pelukan yang sudah lama tak dia rasakan kini kembali terasa. Papa Ji mengusap punggung dan kepala anaknya lembut.
"Maafin papa gak bisa bimbing kamu jadi anak yang baik," kata Papa Ji.
"Nggak Pa. Zeedan yang bandel, Zeedan yang gabisa jadi anak baik. Papa ga salah. Zeedan yang salah," balas Zeedan di sela-sela tangisny.
"Maafin Zeedan Pa."
Papa Ji mengangguk. "Udah-udah jangan nangis. Laki masa nangis. Maafin papa yang udah nampar kamu tadi." Papa Ji mengusap pipi anaknya yang memerah serta menghapus air mata anaknya yang terus jatuh.
"Zeedan pantes dapetin itu," kata Zeedan.
"Keadaan mama gimana pah? Pasti mama kecewa banget sama Zeedan," tanya Zeedan.
"Mama gapapa, cuma Shock. Rasa kecewa pasti ada Zeed, jujur papa aja kecewa sama kamu."
"Maafin Zeedan pah," sesal Zeedan.
"Waktu kunjungan telah habis," peringat Pak Polisi.
Papa Ji mengangguk. Dirinya harus membiarkan anaknya berdiam di balik jeruji besi selama seminggu. Bisa saja dia membebaskan Zeedan, tapi kali ini Papa Ji ingin membuat efek jera kepada Zeedan. Siapa tau setelah ini anaknya dapat berubah menjadi lebih baik. Meninggalkan sifat-sifat buruknya itu. "Saya titip anak saya Pak. Hukum dia seperti apa yang sudah di tetapkan."
"Papa pulang dulu. Kamu jaga diri di sini. Seminggu lagi, papa jemput kamu pulang. Renungi diri kamu Zeed, kamu udah dewasa. Harusnya tau mana yang baik dan mana yang baik. Semua itu cuma buat diri kamu sendiri Zeedan. Papa mau setelah ini, kamu bisa berubah menjadi lebih baik lagi. Papa tunggu itu," jelas Papa Ji dan Zeedan mengangguk mantap.
Zeedan kembali di bawa polisi masuk ke dalam jeruji, bertemu kembali dengan teman-temannya. "Pipi lo kenapa Zeed?" tanya Aldo yang melihat pipi Zeedan yang memerah.
"Hadiah dari bokap gua," jawab Zeedan.
Aldo meneguk ludah kasar. "Gua takut kalau bokap gua ngasih hadiah golok Zeed," kata Aldo.
"Semoga aja kagak Do. Tapi kalau iya mungkin buat gorok lo biar jadi qurban," canda Zeedan.
"Serem amat."
"Sabar Zeedan. Cuma satu minggu lo di sini dan setelah itu keluar," batin Zeedan. Dirinya memejamkan mata. Sekarang hanya bisa menunggu waktu yang berharap berjalan cepat agar dirinya bisa segera keluar dari sini.
SIAPA YANG UDAH LIAT ZEE BONDOL??😭
BONDOL PUN OSHIEKU ITU TETEP CAKEP! DUKUNG ZIZOY TERUS YA GES!Maapin buat typo:*
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari [END]
Teen Fiction"Kiw-kiw cewe, namanya siapa neng?" Tanya Zeedan pada anak Pak Sobirin dengan cengiran. "Astaghfirullah," ucap Gadis itu. "Astaghfirullah," ucap warga serempak mengikuti ucapan anak Pak Sobirin.