10

2.2K 258 10
                                    















"Assalamuallaikum... athok! Oh athok!"

"Zeedan datang nih.. athok! Opah! Dimana lah kalian ini?" Zeedan menelusuri setiap sudut rumah mencari keberadaan sang kakek yang tak terlihat batang hidungnya sama sekali.

"Nenek sama kakek kemana dah?"

Ceklek~

"Assalamuallaikum.. Zeedan?!" Nenek masuk langsung memeluk Zeedan, cucunya yang sudah lama tak ke sini.

"Nenek darimana? Zeedan panggil kagak ada nyaut et dah," kata Zeedan.

"Nenek ke rumah tetangga, ngasih kolak."

"Terus kakek kemana?"

"Gatau, tadi kakek keluar naik sepeda. Kamu udah makan belum? Ayo makan, nenek tadi masak rica-rica sama bikin kolak juga."

"Zeedan udah makan nek. Ntar aja deh. Oh iya, ada titipan dari Papa." Zeedan mengeluarkan amplop titipan papanya tadi dan di berikan pada nenek.

"Ini apa?" tanya Nenek bingung.

"Yo ndak tau, lah kok tanya saya."

Nenek membuka amplop tersebut dan ternyata berisi uang yang cukup banyak. "Ya Allah, anak itu ngasih nenek uang lagi."

"Gapapa dong nek. Jatah bulanan, lumayan buat belanja kebutuhan," kata Zeedan.

Nenek mengambil uang seratus ribu dan di berikan pada Zeedan. "Eh, ape ni nek?" Zeedan menolak uang itu. Bagaimanapun uang itu untuk nenek bukan dirinya.

"Udah gapapa, buat beli bensin." Nenek memaksa yang akhirnya Zeedan menerima, lumayan seratus ribu.

"Makasih ya nek." Ucap Zeedan.

"Nenek buatin minum ya."

"Eh gausah neh, apan dah ntar Zeedan bikin sendiri, gampang." Tolak Zeedan lagi. Dia merasa tak enak jika dibuatkan minum begini, serasa tamu.

"Halah, udah gapapa."

"Hadehh, gua cek kamar ah. Dah lama ga liat kondisi kamar gua," monolog Zeedan.

~~~

Barang-barang di kamar Zeedan masih tertata rapi tanpa adanya perubahan. Nenek masuk ke sini hanya ketika membersihkan kamar agar tak menjadi tempat sarang tikus, dan selebihnya nenek tak mengulik-ulik barang Zeedan. 

Zeedan Pov

Aku merebahkan tubuh di atas kasur. Sudah lama aku tak tidur di dalam sini. Sudah berapa minggu? Aku tak menghitung, malas sekali. Barang-barangku masih tertata rapi di tempat semula. Nenek sangat mengerti barang-barang privasi milik cucunya ini, jadi beliau tak berani mengulik-ulik.

Aku memejamkan mata, mengingat pertemuan ku kembali dengan Shani setelah beberapa waktu aku menghindarinya. Debaran itu masih ada, masih bisa aku rasakan saat berdekatan dengannya. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan perasaan ini tapi kenapa sesusah itu?

Ck!

Daripada aku memikirkan percintaan yang gitu-gitu aja mending gua ngrayu kembaran gua buat pulang. Dia kan kerja pasti duitnya banyak. Aku mencari kontak nama kembaranku. Langsung saja menyambungkan dengan telpon.

"Halo broo," sapa ku.

"Halo, ada kenapa nelpon gua?"

"Ya terserah gua lah. Masa nelpon sodara sendiri kagak boleh." Aneh emang kembaranku ini.

"Pasti lu ada maunya kan? Ngomong aja ada apa?" Ck manusia ini suka sekali suudzon.

"Suudzon lo sumarno! Kapan lo pulang? Mama dah neror gua buat bikin lo balik ke rumah," kataku. Aku dengan dia menghela napas

"Kenape?"

"Iya, gua tau. Gua udah telponan juga sama mami. Gua masih sibuk kerja, ntar kalau ada libur panjang gua usahain balik."

Kembaranku lebih suka memanggil orang tua kita mami dan papi sedangkan aku mama dan papa. Kita memang kembar tapi soal memanggil nama orang tua kita harus beda, gua gamau sama-sama mulu.

"Gitu mulu alesan lu. Inget keluarga lu, jangan kerja-kerja mulu, gila awas aja lu ati-ati," kataku. Benar bukan? Banyak orang menjadi gila karena tuntutan kerjaan yang di luar nalar.

"Sembarangan kalau ngomong. Makanya lu buru-buru selesai-in kuliah. Biar bisa bantu ngurus usaha papa. Gua pusing kalau nantinya ngurus sendirian. Lu kurangin bandelnya, masuk penjara kan lu kemarin. Mampus," tega sekali dia mengejekku. Awas saja jika ketemu, akan aku ajak gelud. Tak solid rasanya jika sodara tanpa adanya bumbu-bumbu pertengkaran.

"Iya deh, si paling rajin, si palin baik, si palin ga bandel," jawabku malas.

"Udah, gua sibuk mau lanjut kerja. Bay!"

Tut!

Telpon dimatikan sepihak. Ga ada adab emang manusia itu.

"Bisa-bisanya gua punya kembaran semacam itu." Pikirku.

Selanjutnya aku akan menginfokan pada teman-temanku di sini untyk berkumpul di tempat biasa. Sudah lama kita tidak berjumpa dan kumpul. Harapanku semoga mereka masih mau berteman denganku meski adanya masalah yang lalu. Tebakanku sih masih, karena saat aku di penjara pun mereka masih mau mengunjungi ku untuk menanyakan keadaan ku yang sudah seperti gembel terlantar. Bahkan kocaknya mereka sampai membawa rantang berisi makanan untuk kita makan bersama di sana. Sungguh random sekali.

Zeedan pov end


























Selamat berbuka puasa ges.

Ini kagak ada yg punya grub seru gitu?

Kita bikin grub kecebong pada mau kagak? Ntar disono serah klean mo ngapain dah, tapi ya jangan aneh-aneh tak hih , ntar. Tapi cuma angan-angan tok sih, kalau mau buat gc nya lagi males gua wkwkwk .

Udah maap buat typo yak.

Oh iya coba tebak siapa yang dimaksud kembaran Zeedan?

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang