Suasana haru mereka rasakan. Saat bayi yang mereka tunggu berbulan-bulan lamanya kini tengah hadir di tengah-tengah mereka. Tidak hanya satu, tapi dua. Sungguh mengejutkan, ternyata yang Shani kandung selama ini adalah bayi kembar. Saat terlahir jenis bayi itu adalah laki-laki dan perempuan. Yang lahir dengan jarak sekitar sepuluh menit. Dengan bayi perempuan yang lahir terlebih dahulu.
"Cantik dan tampan sekali cucu kakek ini," puji Pak Sobirin pada kedua cucunya yang tertidur di sisi anaknya.
"Iyalah, Anak Zeedan dengan Shani gituloh. Ga salah kan Pak Sobirin restuin kita," ungkap Zeedan.
"Dasar," desis Pak Sobirin.
"Sudah-sudah. Kamu kasih nama siapa Dan?" Tanya Ibu Shani.
"Sebenernya Zeedan sama Shani udah nyiapin nama jauh hari lalu. Jika anak kita laki-laki atau perempuan, tapi ternyata yang lahir malah keduanya. Jadi kita pakek kedua namanya aja langsung ya Shan?" Kata Zeedan.
"Aku, nurut terserah kamu aja," jawab Shani.
"Untuk yang perempuan Aziza Shafa Asadel. Panggilannya Shafa. Untuk yang laki-laki Ahmad Athira Faysal Putra. Panggilannya Athir," ungkap Zeedan.
~~~
Tiga hari Shani di rawat di rumah sakit. Kini dia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah jika ingin. Shani yang mengetahui hal itu, langsung saja buru-buru meminta pulang. Karena jujur saja dia sudah tak tahan lama lagi berada di sini. Apalagi di setiap harinya terus mencium bau obat-obatan yang menyerbak di hidung.
"Aku, urus administrasi dulu," kata Zeedan lalu keluar ruangan.
Sedangkan di dalam masih ada Shani dan ibunya yang sedang membantu membereskan perlengkapan milik Shani untuk dibawa pulang. Pak Sobirin serta kakek dan nenek yang sempat menjenguk tadi sudah pulang karena ada urusan. Jadi di rumah sakit hanya ada Shani, ibunya juga Zeedan.
"Sudah siap, kita tunggu suami kamu kembali," kata Ibu Shani setelah memastikan tak ada yang tertinggal nantinya.
"Nyenyak banget keliatannya anak kamu tidur," kata Ibu Shani sambil memandangi cucunya di atas ranjang. Sedangkan Shani duduk di tepi ranjang rumah sakit.
Shani menanggapi dengan tersenyum. Sambil tangannya mengusap bibir anak perempuannya yang terbuka saat tertidur.
"Udah semua, yuk pulang," kata Zeedan yang sudah kembali.
Shani turun dari ranjang dibantu oleh Zeedan. Kemudia kedua bayi itu di gendong oleh Shani dan Ibu Shani. Sedangkan Zeedan membawa tas berisi perlengkapan Shani juga sang bayi. Dengan perlahan mereka keluar dari rumah sakit ini. Dengan menaiki mobil milik Zeedan dan Shani sendiri mereka bisa pulang dengan selamat ke rumah.
"Tidurin sini," titah ibu Shani. Bayi kembat itu tentunya ditidurkan dikasur kamar ZeeShan.
Mereka sampai saat ini masih bertempat tinggal di rumah orang tua Shani. Karena proses pembangunan rumah di tanah yang Zeedan beli belum selesai. Masih sekitar 45% belum 100%. Jarak antara tanah yang akan dibangun rumah oleh Zeedan itu dengan jarak rumah Pak Sobirin tak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menitan untuk sampai. Terbilang cukup dekan kan.
"Bapak belum pulang ya bu?" Tanya Shani.
"Sepertinya belum. Biasa kalau urusan di balai desa pasti lama," jawab Ibu Shani.
"Sudah kamu istirahat jangan kecapean. Zeedan, kamu mandi sana, kelihatannya kayak kusam banget muka kamu," kata Ibu Shani.
"Iya bu. Nanti Zeedan mandi," jawab Zeedan.
"Yaudah, kalau gitu Ibu keluar dulu mau bersih-bersih. Kalau butuh bantuan, panggil ibu ya?"
"Iya bu," jawab Zeedan dan Shani serempak.
Ibu Shani keluar dari kamar meninggalkan mereka berdua di dalam kamar. Zeedan mendekat ke arah istrinya yang duduk bersandar di atas kasur. Zeedan ikut duduk di sisi Shani, lalu dengan lembut merangkul bahu istrinya itu.
"Gimana?" Tanya Shani tiba-tiba.
"Gimana apanya?" Tanya Zeedan balik.
"Gimana perasaan kamu? Seneng gak? Bayi kita udah lahir."
"Kalau ditanya seneng ya tentu seneng bangetlah. Apalagi anak kita sekali keluar langsung di kasihnya dua. Bersyukur banget."
"Makasih ya? Udah mau ngandung anak aku, juga ngelahirin mereka ke dunia ini," ungkap Zeedan.
"Iya. Aku, juga mau berterima kasih karena kamu udah mau sabar dari dulu buat merjuangin aku, dan nemenin aku, sampai sekarang. Sampai dimana akhirnya Tuhan memberikan kita anak," balas Shani.
"Aku, ga nyangkal kalau akhirnya kita bisa sampai di titik sekarang," lanjut Shani.
"Semua berkat usaha dan doa kita sayang," balas Shani.
"Aku, janji bakal setia di sisi kamu, sampau nanti ajal yang bisa pisahin kita," ungkap Zeedan.
"Aku, pun sama," balas Shani. Dia mendongak memperhatikan wajah suaminya itu.
Zeedan menunduk, mencium bibir Shani dan melumatnya pelan. Ciuman itu berlangsung sekitar satu menitan. Sampai Zeedan menyudahi ciuman itu.
"I Love You Shani."
"I Love You Too Zeedan."
END
Ciaaa end akhirnya. Kan happy end, apa gue bilang. Epilog nyusul nanti.
Gue mo istirahat, kekenyangan karena abis sedekah bumi di sini. Makan mulu dari tadi.
Dah gitu aja maap buat typo.
Dan makasih udah mau baca cerita gaje gua yang kesekian ini. Makasih banyak ges, syaang deh muah!
Ditunggu crita slanjutnya. Babayyy!
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari [END]
Teen Fiction"Kiw-kiw cewe, namanya siapa neng?" Tanya Zeedan pada anak Pak Sobirin dengan cengiran. "Astaghfirullah," ucap Gadis itu. "Astaghfirullah," ucap warga serempak mengikuti ucapan anak Pak Sobirin.