9

2K 257 22
                                    




Zeedan telah kembali ke rumah, lebih tepatnya di rumah orang tuanya. Sudah hampir seminggu dirinya di rumah setelah bebasnya dari kantor polisi. Zeedan tak pulang ke rumah nenek, dirinya sudah di perbolehkan untuk kembali pulang ke rumah oleh Papanya. Karena dirinya merindukan mami dan papinya, jadilah dia pulang ke rumah orang tuanya. Padahal nenek dan kakek berharap agar dirinya mau tinggal kembali dengan mereka. Karena hari-hari Zeedan sudah pernah tinggal di sana, jadi jika Zeedan kembali dengan orang tuanya, rumah nenek dan kakek akan terasa sepi tanpa adanya Zeedan. Namun, mau bagaimana lagi, semua keputusan ada di tangan Zeedan.

Setelah Zeedan bebas, dia bertekad akan berubah menjadi lebih baik. Setidaknya jika belum bisa seratus persen berubah, dirinya sudah berusaha untuk berubah. Perlu kalian tau, omongannya mengenai ingin mencoba menjauh dari Shani itu benar,benar dia lakukan. Saat di kampus pun dia berusaha untuk tak terlihat di depan Shani. Karena saat matanya melihat keberadaan Shani, dia dengan segera meninggalkan tempat itu. Sampai-sampai saat dia melihat Shani di kantin, Zeedan lebih memilih keluar kampus untuk mencari makanan di luar, walaupun nantinya akan kembali lagi untuk melanjutkan pelajaran. Sampai segitunya memang.

Setelah cukup lama Zeedan tidak ke kampung, pagi hari ini dirinya akan ke kampung, karena ada keperluan si sana serta juga Papa Ji menitipkan uang untuk di berikan pada Kakek. Mumpung kuliah lagi libur juga.

"Pa, mana titipannya?" tanya Zeedan yang sudah turun selesai bersiap.

"Oh, kamu udah siap. Sebentar Papa ambilin dulu."

"Yaelah Pa, dari tadi kek."

"Sabar lah," Ucap Papa Ji.

Zeedan duduk di samping mama nya yang sedang membaca majalah kecantikan.

"Si Abang belum sempet pulang ma?" tanya Zeedan.

"Belum, bantu bujuklah kakak kembaranmu itu. Mama udah sering telpon dia buat pulang. Mama kangen sama dia, yang terus sibuk kerja. Kemarin mama habis telpon, kata dia mau pulang bulan ini pas cuti kerja," ungkap Mama Zeedan yang bernama Cindy. Ternyata oh ternyata Zeedan mempunyai kembaran ges, yang belum tau nama dan modelannya kek apa. Mereka berdua sudah lama pisah, karena Kakak kembarannya ini sudah lulus kuliah dan langsung ingin kerja. Tak seperti dirinya yang malas dan ogah-ogahan untuk kuliah sampai-sampai dirinya tertinggal dari kembarannya itu. Dan sekarang kembarannya itu di beda kota sedang bekerja sebagai pegawai di perusahaan Papanya sendiri. Dia di tantang oleh Papanya untuk bekerja sebagai pegawai sebelum akhirnya nanti akan diberi kepercayaan untuk mengurus salah satu usaha Papanya ini. Dia juga menutupi identitas aslinya agar bisa menjalani pekerjaan dengan baik tanpa ada kesungkanan dari temen kerja yang lainnya.

"Ya lagian tu orang pakek segala nerima tantangan Papa buat kerja jadi pegawai, kudu pura-pura segala, mana tempatnya di cabang Papa yang jauh. Padahal kan langsung jadi atasan bisa di tempat kerja. Marahin tu Papa kenapa harus ngasih tantangan kayak gitu. Kan sekarang anaknya gamau pulang, keasikan kerja tuh," kata Zeedan.

"Mama udah omelin Papa. Tapi kata Papa buat kebaikan dia biar siap kalau dijadiin atasan besok. Lagian kamu juga, kuliah cepet selesaiin biar bisa bantu kerja juga. Kamu itu udah dewasa, jangan apa-apa cuma minta ke Mama Papa, ada saatnya kamu apa-apa itu pakek usaha kamu sendiri," kata Mama Cindy.

"Iya-iya Ma," balas Zeedan malas.

"Bantu hubungi dia suruh pulang ya," pinta Mama Cindy.

"Nih kasihin Nenek." Papa Ji memberikan sebuah amplop yang terasa tebal.

"Yaudah, kalau gitu Zeedan brangkat dulu, keburu panas." Zeedan menyalimi tangan Papa dan Mamanya itu. "Assalamuallaikum," pamit Zeedan.

"Waalaikumsalam."

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang