22

2.1K 275 43
                                    













"Kek-kek buruan dong. Sebentar lagi waktu magrib nih," kata Zeedan.

Dia sedari tadi terus menyuruh Kakeknya untuk cepat bersiap ke Masjid. Padahal waktu maghrib saja belum masuk. Bahkan Kakek saja masih memperhatikan burung perkututnya yang selesai di mandikan.

"Sabar dong Zee. Kamu ini kenapa, tergesa-gesa. Udin saja melum keluar suaranya untuk adzan," balas Kakek.

Udin adalah remaja kampung yang sering melakukan adzan di Masjid di sana. Rumor yang pernah terdengar, Udin ini menyukai Shani anak Pak Sobirin. Tapi itu dulu, kalau sekarang tak tau masih atau tidak.

"Mau apa sih kamu sebenarnya?" tanya Kakek, heran dengan kelakuan cucunya.

"Zeedan ingin mengisi suara adzan kali ini. Makanya kakek buruan. Kita jangan sampai keduluan si Udin-Udin itu," jelas Zeedan.

"Adzan? Kamu? Kesambet apa kamu?" tanya Kakek cukup tercengan bahkan kopi yang hendak ia serupu sampai tak jadi.

"Biar Pak Sobirin tau, kalau Zeedan ini udah cocok jadi suami Shani."

"Kamu bisa adzan memangnya?"

"Loh, Kakek ngremehin Zeedan? Zeedan gini-gini waktu kecil pernah ikut lomba adzan," ungkap Zeedan.

"Menang? Juara berapa?"

"Juara satu... dari belakang," jawab Zeedan dengan pede.

Kakek menahan tawanya sekarang. Karena kalau ia tetap tertawa pasti kopi yang ada di mulutnya akan kembali tersembur keluar.

"Kamu jangan berulah ya Zeedan. Kalau belum yakin bisa adzan mending jangan dulu. Kakek ngeri dengernya."

"Kakek nih, bukan-nya dukung Zeedan. Zeedan bisa kok, udah belajar juga sama Ustadz Semarang," jelas Zeedan.

"Lah, kamu belajar sampai Semarang?"

"Kemarin pernah Zeedan pergi ke rumah neneknya temen. Terus selama di sana Zeedan minta tolong ajarin hal-hal yang baik sama ustadz di sana Kek. Jadi sekarang Zeedan mau tunjukin hasil belajar adzan Zeedan," jelas Zeedan lagi.

"Ayolah kek, sebentar lagi udah mau masuk Maghrib. Liat mataharinya udah mau tenggelem," kata Zeedan.

"Nanti ah. Kamu kalau ga sabaran berangkat duluan sana. Nanti Kakek bisa nyusul," jawab Kakek yang mulai jengah dengan Zeedan.

"Nanti kakek ke sana naik apa kalau motornya Zeedan bawa?"

"Kakek punya kaki. Udah sana berangkat."

"Oke, Kek!"

Zeedan berlari memasuki rumah untuk bersiap. Tak lama dia kembali keluar sambil menaiki motor miliknya sendiri.

"Loh, kamu ga jadi pakai motor Kakek?" Tanya Kakek. Karena cucunya tadi bilang ingin memakai motornya tapi pas keluar malah memakai motor KLX hijau miliknya sendiri.

"Nggak, Zeedan kasihan kalau Kakek jalan kaki. Udah tua."

"Dasar kurang ajar!"

"Salin Kek." Zeedan menyalimi tangan Kakeknya. Setelah menyalimi dia berangkat.

Zeedan belum memakai sarung makanya dia bisa menaiki motor KLX nya. Dia hanya memakai baju koko dan celana kolor pendek warna hitam bertuliskan angka 16 di paha kanannya. Sedangkan sarungnya dia selempangkan di bahu dan songkok yang di masukkan ke dalam saku.

Zeedan mengendarai motor cukup kencang karena tak ingin Si Udin mendahuluinya sampai di Masjid. Hanya membutuhkan lima menit Zeedan sudah sampai di Masjid yang masih nampak sepi.

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang