4

2.3K 250 5
                                    












Istirahat telah usai, mereka kini menuju ruangan masing-masing untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya. Tapi kini keberuntungan sedang berbaik hati. Para dosen sedang ada rapat dadakan jadi terpakas mereka tak mengajar dan membuat para mahasiswa/i merasa senang. Namun, meski para Dosen rapat masih ada kelas yang di beri tugas sehingga mereka tak bisa menikmati jamkos dengan tenang. Namun, tak apa yang penting jamkos.

Zeedan dan Aldo kini di taman kampus dengan sebatang rokok yang terapit di antara jari mereka. Padahal perturan kampus melarang siswanya untuk marokok, tapi karena tak ada Dosen yang tau dan juga mereka telah mencari tempat yang aman, jadi mereka tetap santai melakukan kegiatan merokok.

"Jadi gimana ntar Zee? Jadi keluar ga?" tanya Aldo.

Zeedan meneguk kaleng coca cola miliknya sebelum menjawab. "Jadilah, kapan lagi gua main di sini lagi?"

"Bar yang biasa kita kunjungi makin rame sekarang. Banyak cewe-cewe cakep malahan," kata Aldo.

Zeedan menyesap batang rokoknya dang menghembuskan sampai keluar asap. "Udah lama gua, ga kesana," timpal Zeedan.

"Ntar ke sana lah. Mayan buat hiburan."

"Jam berapa ntar? Abis pelajaran selesai bisa?" tanya Aldo.

"Untuk sekarang sih bisa. Tapi kalau ternyata ntar ada urusan mendadak mungkin malem kita mainnya," balas Zeedan.

"Okedeh, gua ngikut aja," jawab Aldo.

"Eh btw, orang tua lo belum ngijinin lo buat tinggal lagi di rumah?" Tanya Aldo kepo.

"Belom. Memang tega bet tega ortu gua itu. Gua kangen sama Roki."

Roki adalah motor KLX kesayangan milik Zeedan yang masih tertinggal di rumah orang tua Zeedan. Lebih tepatnya di sita dalam masa hukuman ini.

"Heleh, Motor lo kangenin."

"Mestilah, gua juga kangen balapan di malem hari. Udah berapa kali absen gua?"

"Sama sih, gua juga pengen liat lo tanding balapan lagi. Semenjak lo ga ada ikut balapan, Si Bobby jadi besar kepala," jelas Aldo.

"Hadeh minta di tempeleng emang tu orang. Liat aja ntar kalo gua balik, gua hajar dia. Geram gua," balas Zeedan.

Aldo menginjak putung rokoknya yang sudah abis. "Gua ketoilet dulu ye, kebelet. Ntar gua balik lagi."

"Yaudah sono, ngompol nanti lo."

Aldo berlari meninggalkan Zeedan yang masih merokok.

"Ehem!" Suara deheman dari samping tempat duduk Zeedan. Zeedan menoleh lalu terkejut. Dengan panik dia membuang batang rokoknya yang masih setengah. Dia berdiri merapikan bajunya gugup.

"Eh, Shani. Ngapain di sini?"

"Terserah aku dong kalau mau di sini," jawab Shani.

Zeedan meneguk ludah dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Sejak kapan kamu ngerokok?" tanya Shani tapi matanya tak menatap Zeedan.

"Siapa yang ngerokok? Ga ada itu tadi permen," elak Zeedan.

"Aku bukan anak kecil yang gampang di bohongin Zeedan," balas Shani. Zeedan hanya bisa meringis bingung mau berkata apa.

"Ngerokok itu gabaik buat kesehatan. Kamu bisa aja sakit karena kebanyakan ngrokok. Bahkan, seremnya lagi kamu bisa aja kehilangan nyawa," jelas Shani.

"Aku ga sering ngerokok. Cuma beberapa kali doang."

"Sama aja kan kamu tetep ngrokok namanya."

"Terserah kamu deh. Aku juga ga ada hak buat nglarang." Setelag mengatakan itu Shani pergi meninggalkan Zeedan yang menatap punggungnya.

"Dateng tiba-tiba, pergi pun tiba-tiba. Shani.. Shani.."

~~~

Jadwal kuliah telah usai. Tak ada lagi kegiatan di kampus. Jadi, mereka yang ingin pulang sudah di perbolehkan. Entah mengapa kebetulan selalu berpihak pada harapan Zeedan. Ternyata jadwal kuliah milih Shani juga telah usai, sama sepertinya.

Maka dari itu, Zeedan yang bertemu Shani di halaman kampus langsung saja menawarkan tumpangan untuk pulang bersama. Toh juga jarak rumah mereka tak jauh bukan. Awalnya Shani menolak, karena merasa kurang enak. Namun, Zeedan memberi pengertian jika sekarang saja mendung, takut-takut jika Shani saat menunggu angkot, hujan akan turun.

Jadi, lebih baik Shani pulang bersama Zeedan saja, ya walaupun perkiraan kehujanan di jalan bisa saja terjadi. Namun, Zeedan menjamin jika mereka akan pulang dengan aman sentosa tanpa ada setetes hujan yang akan mengenai mereka saat masih di jalan.

Alhasil Shani menyetujui untuk pulang bersama Zeedan. Tenang saja, sebelum Zeedan pulang dia telah mengode Aldo jika jam main akan diundur. Sampai jam berapa belum tau, mungkin nanti akan di bahas lagi di WA.

Kini di setiap jalan yang mereka lewati, Zeedan tak berhenti untuk tersenyum. Sangat susah baginya untuk menahan senyuman karena perasaannya sedang bahagia. Bagaimana tak bahagia? Salah satu harapannya yang ingin memboncengkan Shani kini telah terwujud.

Shani duduk menyamping anteng di boncengan belakang dengan penghalang tas di antara mereka. Meski Shani tak mau memegang pinggang Zeedan, tapi tak apa. Zeedan tau mengapa Shani tak ingin melakukan, karena itu bukan muhrim. Jadi Shani hanya memegang tas Zeedan sebagai pegangan.

"Ehem-ehem Shan," panggil Zeedan.

"Iya?"

"Kamu tau ga? Aku tuh ibarat margarin loh, dan kamu itu ibarat wajan panasnya," kata Zeedan. Wah sepertinya makhluk ini akan meluncurkan gombalan maut.

"Kenapa gitu?"

"Karna kalo aku deket-deket kamu kayak gini bisa bikin aku meleleh," gombal Zeedan.

"Apa sih, gajelas kamu," balas Shani.

"Yang jelaskan perasaan aku ke kamu Shan," balas Zeedan dengan cepat.

"Udah, diem deh."

Zeedan memelankan motornya saat melewati polis tidur.

"Kamu tau ga bedanya kamu sama polisi lalu lintas?" tanya Zeedan lagi.

"Gausah gombal," ucap Shani melarang.

"Siapa yang gombal? Aku nanya."

"Gatau," ucap Shani menjawab pertanyaan Zeedan.

"Kalau Polantas itu mengalihkan lalu lintas, kalau kamu mengalihkan duniaku. Ciaaa... " Zeedan tetap tertawa meski gombalannya ini garing.

"Kan, makin gajelas kamu," kata Shani.

"Kamu tau ga Shan? Kata orang nyasar itu rugi banget, tapi aku nggak ngerasa rugi karena cintaku nyasarnya ke hati bidadari kayak kamu."

Shani hanya mendengarkan celotehan Zeedan meski dirinya di belakang menahan senyum dan pipinya sudah memerah seperti tomat. Smoga saja Zeedan tak melihatnya.

"Cinta itu ibarat lingkaran yang tidak ada titik lainnya. Aku harap, kita tetap menjadi lingkaran sampai maut yang memisahkan. Khekhekhekhe~ tapi itu cuma harapan. Harapanku yang menunggu kamu membalas perasaanku, sehingga cinta ibarat lingkaran ini bisa terwujud suatu hari nanti."




























Yeah.

Zeelamat berbuka puasa ges

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang